NovelToon NovelToon
Si Rubah Licik

Si Rubah Licik

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ws. Glo

Dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekitar dan dikhianati suami tercinta. Hanya karena paras dan penampilannya yang tidak menawan.

Hidup ditengah-tengah manusia yang suka menghakimi sesama dan berbuat dusta. Rasa sakit mana lagi yang tidak dapat dia hindarkan?

Itulah mengapa dia memalsukan kematiannya dan menyamarkan identitasnya menjadi sesosok yang lain, demi membalaskan dendamnya!

Saking heroik setiap aksi yang ditunjukkannya lewat identitas barunya, dia sampai dijuluki si rubah licik! Mengapa bisa terjadi? Bagaimana kelanjutan kisahnya? Penasaran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ws. Glo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23: Awal Mula Konflik

Zahra terpaku atas perkataan reflek Hendrik yang mengaku kalau Ayuma adalah calon isterinya.

Ia merasa bahwa bagaimana mungkin Hendrik bisa secepat itu menemukan penggantinya. Bukannya mereka baru saja mengakhiri hubungan beberapa hari silam?

Zahra menaikkan alisnya dan akhirnya ngeh betul jika pengakuan tersebut cuman pengalihan isu, sebagai wujud pelontaran kekesalan Hendrik kepadanya akibat pengkhianatan cinta yang dilakukannya.

Senyum pahit terpatri di ujung bibir Zahra. "Oh ya?"

"Benarkah begitu??" Sahutnya memandang intens ke Ayuma yang mencelingukkan bola mata ke kiri dan kanan, menilik semua orang dihadapannya.

Entah mengapa ia tiba-tiba merasa tidak enak serta mendadak bulu kuduknya meremang, terlibat ketegangan demikian. Padahal maksudnya datang ke kediaman Hendrik, awalnya hanya untuk berkunjung. Sekaligus melepas rasa rindu pada Penthouse yang pernah menjadi saksi bisunya, berjuang dari keterpurukan.

Ah tidak! Lebih tepatnya, Hendrik lah yang memaksanya mampir ke kediamannya. Alasan jikalau Yoga merindukan Ayuma plus sebagai ganti makan malam mereka yang tidak jadi semalam.

Nyatanya bila telaah, tentu tidak. Itu hanyalah alasan Hendrik agar bisa memperkenalkan Ayuma dengan sang ibu tercinta. Tak tahu apa yang sebenarnya diselubunginya dalam hati dan pikiran.

Karena bingung harus menjawab bagaimana dan berbuat apa dengan ekspresi canggungnya yang terbata-bata, Ayuma terkekeh kaku saja, "hehehehe."

Ia kelinglungan dan batinnya ketar-ketir. Kyaaa!

Siapapun tolong selamatkan aku.

Suasana ini sungguh merepotkanku!!

Kenapa tiba-tiba tuan Hendrik yang kemarin-kemarin kelihatan menyayangi kekasihnya, malah kaya musuh bebuyutan begini?

Ditambah, mengapa tuan Hendrik mengaku-ngaku bila aku adalah calon isterinya?

Apa-apaan ini?!!

Kyaaaa!!!! ><

Yoga! Kau dimana?!!

Ayuma mengerutkan wajah dan bibirnya bersamaan. Jiwanya bak terobrak-abrik.

Tidak ada tempatnya tuk mengeluh ataupun bertanya tentang apa yang tengah terjadi.

Ia menyebar pantauan matanya, entah dimanakah Yoga yang katanya merindukan dia berada?

Pengamatan itupun beralih terlempar ke sesosok wanita paruh baya yakni Viola, yang membalasnya dengan senyum paksa. Seolah telepati Viola berkata kalau dia dan Ayuma, sepertinya sedang apes sekali berada di situasi yang salah. Antara Hendrik dan mantan tunangannya.

"Sekarang kau paham kan? Jikalau sudah tidak ada lagi tempatmu, di hati seorang Hendrik Xavier."

Hendrik berekspresi jijik ke Zahra.

Tangannya terkepal kuat dan emosinya meledak-ledak.

Andai Zahra adalah seorang pria, telah lama Hendrik membabi-butanya.

"Pergilah."

"Aku muak melihatmu." Titah Hendrik, dingin.

Sepasang mata indahnya, memicing tajam mematahkan hati Zahra yang tersengat-sengat.

Zahra mendeheh, menertawakan frustasi Hendrik yang mengusirnya secara halus tanpa pamrih. "Kau luar biasa ya."

"Habis sepah manis dibuang."

"Semoga kau tidak menyesal." Jelas Zahra, menjulang geraian rambut yang menutupi wajah. Memperlihatkan miliknya yang gelap nan suram.

"Permisi." Tutupnya meninjau satu per satu ke orang-orang yang ada didepan mata, dengan tilikan menjenuhkan.

Tidak mau berlama-lama melibatkan dirinya dalam suasana yang amat tidak menyenangkan, Zahra sigap memalingkan badannya meninggalkan tempat kejadian perkara.

Tak... Tak... Tak.

Untuk sekarang, Zahra yang tau diri pun berlalu pergi. Namun tidak ada yang benar-benar mengerti, kira-kira apa yang diselundupkannya dalam hati dibalik pancaran mata sinisnya yang membara.

Alhasil akibat percekcokan tersebut, Hendrik langsung bad mood dan secepatnya berpaling melangkah menuju ke dalam kediaman, tanpa mengajak Ayuma ikut jua saking kacaunya pikirannya.

"Hendrik! Hei, wait!" Panggil Bu Viola mengingatkan Hendrik, meninggalkan Ayuma sendiri.

"Ahahaha. Tidak apa-apa Bu."

"Maklum, mungkin suasana hatinya sedang buruk." Sahut Ayuma cengengesan.

"Duh, maaf ya neng."

"Hendrik emang gitu anaknya."

"Ada masalah sedikit, langsung ngamuk² dan galau."

"Yowes atuh, mari masuk." Urai Viola yang pada ujungnya mengajak Ayuma memasuki kediaman.

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

Di ruang makan.

Cetank... Cetank.. Cetank...

Bunyi percikan piring dan garpu sendok makan mengalun menyatu, menyelimuti keheningan yang menyelubung.

Tersengal-sengal dan segan, Ayuma memakan perlahan hidangan makan siang yang disiapkan.

Tetapi yang menjadi masalah adalah sedari tadi, Hendrik cuma mengotak-atik makanan tersebut tanpa memasukkannya kedalam mulut satu pun.

Ayuma kian merasa tidak enakan. Pusat perhatiannya tiada henti menatap pergerakan Hendrik di seberangnya.

Sebenarnya apa yang telah terjadi??

Batinnya, bertanya-tanya.

Bu Viola yang menyadari kesenjangan tersebut, mencoba membuka obrolan agar keadaan terpecah. "Ohh iya, sampai lupa."

"Nak, kamu namanya siapa??" Lontarnya hangat, kepada Ayuma.

"Saya Ayuma Tante." Jawab Ayuma, sopan santun.

"Kamu teman kerjanya Hendrik?"

"Iya Tante. Lebih tepatnya sih partner bisnis."

"Wow, memang kamu ada bisnis apa??"

"Sa--saya pemimpin Simsung Group Tante." Ujar Ayuma bangga, sedikit malu-malu.

"Jadi tuan eh maksud saya Pak Hendrik, merupakan salah satu investor terbesar kami saat ini." Sambungnya menekankan.

"Whaaa!! Simsung Group yang mengelola barang-barang elektronik itu ya?" Viola ternganga.

"Hehehe. Iya Tante."

"Astaga! Masa sih?"

"Di rumah Tante yang di Bali, banyak make barang-barang keluaran perusahaan kamu lho. Disini juga. Karena selain kualitasnya tahan lama dan harganya terjangkau, modelnya juga bagus-bagus."

"Bahkan merk ponsel Tante aja Simsung nih." Viola menyodorkan lalu memamerkan hpnya ke meja. "Whaa! keren ya."

Ayuma terperanjat.

"Masih muda, sudah banyak kontribusinya buat negara! Jempol buat kamu." Puji Viola mengacungkan jempolnya, yang membuat Ayuma naik kuping.

Sungguh suatu hal yang tidak diduga-duga kalau nyatanya sang putera tunggalnya bisa memiliki teman sesama konglomerat. Bahkan seperti akrab dan terlihat sudah kenal lama. Terlebih-lebih dia adalah seorang wanita. Sampai-sampai di ajaknya main ke rumah pula.

Viola benar-benar melihat suatu peluang besar di masa yang akan datang, bila Hendrik mengeratkan hubungannya dengan sesosok wanita cantik nan anggun, yang terduduk santun dihadapannya itu.

"Hmmm."

"Ngomong-ngomong....,"

"Kamu udah ada yang punya??" Ceplosnya tanpa rem.

"Eh? Ma--maksudnya??" Lirih Ayuma, kurang peka.

"Udah ada pacar?" Viola memperjelas.

Ayuma termenung.

"Emm."

"Kalau soal itu...."

Hendrik yang sedarinya tidak punya selera, memasang telinganya memfokuskan perhatian pada pernyataan Ayuma.

Satu.

Dua.

Tiga.

"Saya masih single Tante."

Deggg.

Dan yang benar saja, jawaban yang paling dinanti-nantikannya akhirnya terungkap jelas.

Hendrik tersenyum sekilas.

Tanpa sengaja dia menggerakkan sendok dan garpunya sesuai dengan yang seharusnya, di atas makan siang lezatnya.

Nafsu makannya yang barusan melebur, tiba-tiba jadi menggebu. Dalam sekejap mata suasana hatinya stabil semula. Melupakan semua yang telah terlewat. Begitu simpel dan unik sekali pemikiran serta suasana hati Hendrik yang berubah-ubah dalam sesaat.

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

Pada waktu yang sama.

Kediaman Alexander.

Di samping rumah.

Adapun seorang pria yang mengenakan baju hitam serba tertutup dan memakai topeng, celingak-celinguk memantau sekelilingnya. Setelah selintas kemudian, memprediksi kondisi kediaman Ayuma.

Gelagat pria bertopeng itu tampak mencurigakan.

Intinya dia bukanlah sesosok yang muncul dengan niat baik. Melainkan sebaliknya.

Sesudah memastikan keadaan, ia segera merogoh kocek mengambil ponselnya untuk menelpon seseorang.

Tut.... Tut.... Tut.

"Bagaimana? Disana aman?" Suara Bram mengalun dingin dan kejam.

"Aman tuan. Tidak ada security yang berjaga."

"Waktu yang sangat tepat jika menyelinap pada jam makan siang!" Seru si pria bertopeng, masih mengkondisikan keadaan sekitar.

Bram menyeringai. Merasa bahwa alam sedang berdiri di pihaknya."Heh! Bagus. Cepat geledah lah isi kamar wanita itu dan temukan apapun yang berkaitan erat dengan kehidupannya.....,"

"Apalagi jika itu yang berhubungan pada masa lalunya."

"Jangan biarkan aku menunggu!"

Tut... Tut.

1
Aisyah Suyuti
seru
Fitria Dewi
yeyyyyyy happy ending 🥳👍👍👍👍👍👍
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Huuu, makasih loh udah nemenin sampe akhir🤧 Terhuruuu akutu
total 1 replies
Fitria Dewi
Hendrik cpetan Dateng kasihan ayuma 🥺
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: 🥺🥺🥺🥺🥺😭
total 1 replies
Fitria Dewi
lanjut tor semangat 💪🥳
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Maacihhh
total 1 replies
Resi Maulana
Luar biasa
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Makasih kak🙂🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!