NovelToon NovelToon
Becoming A Poor Princess

Becoming A Poor Princess

Status: tamat
Genre:Romantis / TimeTravel / Tamat / Cinta Paksa / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan
Popularitas:1.6M
Nilai: 4.7
Nama Author: Itha Sulfiana

Diana Steel yang baru saja menemukan sang tunangan bersama sahabat baiknya tengah berselingkuh, kembali pulang ke rumah dengan perasaan yang hancur. Diperjalanan, seorang Nenek tua menawarinya membeli sebuah novel tua bersampul hijau yang terlihat aneh di mata Diana.

Karena desakan sang Nenek dan rasa kemanusiaan yang tinggi, akhirnya Diana pun membeli novel yang menurut Nenek adalah novel yang mampu merubah kehidupan Diana. Apakah Diana percaya? Tentu tidak. Namun, kenyataan lain menampar Diana selepas menuntaskan cerita novel itu dalam satu malam. Dipagi hari berikutnya, dia terbangun di tempat lain dengan identitas sebagai Putri Diana Emerald. Sosok gadis malang, yang terasing sejak kecil dan malah akan berakhir mati ditangan suaminya sendiri, yaitu Kaisar Ashlan.

Menyadari hidupnya diambang bahaya, Diana memutuskan untuk menciptakan alur yang baru untuk kisahnya sendiri. Dia akan membuat Kaisar Ashlan jatuh cinta terhadapnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salah paham

Bab 14

Kepala rasanya sudah tak mampu menampung hawa panas yang dihasilkan oleh emosi yang bernama amarah. Telinga mulai berdengung. Darah berdesir jauh lebih cepat dari biasanya. Mata memanas. Bersiap menumpahkan kembali bening yang terlalu banyak dibuang percuma oleh Diana semenjak terdampar didunia yang asing ini.

Jujur, ia sendiri tak tahu kenapa ia bisa selemah ini. Apa karena raga yang dihuni bukan sepenuhnya miliknya?Argh!!! Diana benci. Dia benci terlalu lemah.

Otak tak mampu lagi memproses apapun untuk saat ini. Perkataan Ashlan benar-benar membuat Diana hilang akal hingga telapak tangannya mendarat telak di pipi sang Kaisar tanpa sadar.

"Yang Mulia!!" pekik Ksatria Bennett dan dua Ksatria lain yang sejak tadi berdiri menyaksikan drama mereka bersama Mulanie dan para pelayan. Ketiganya tampak terkejut. Tak menyangka bahwa Ratu akan menampar Kaisar mereka sedemikian keras.

Ksatria Bennett berinisiatif mendekat. Namun, samar Ashlan memberinya kode untuk tak melakukan apapun selain diam.

"Kau pikir, siapa dirimu, hah? Apa hakmu memberi penilaian seperti itu tentangku?" teriak Diana tepat dihadapan Ashlan yang hanya menatapnya dalam kebisuan.

"Kau pikir, aku menginginkan terlahir didunia dengan cara mengorbankan nyawa Ibuku?" Suara Diana tercekat. Hatinya luar biasa sakit saat ungkapan itu lolos dari mulutnya begitu saja. "Andai bisa memilih, lebih baik aku yang mati dibanding Ibuku. Lebih baik aku yang menghilang dari dunia sehingga tidak membuat Ayahku menjadi hidup dengan separuh jiwa seperti sekarang. Dan, kau tadi bilang apa? Aku tidak berguna?" Ia tertawa sumbang. "Kalau sudah tahu tidak berguna, buat apa kau nikahi, Bodoh?" teriaknya tepat dihadapan wajah Ashlan.

"Dasar bedebah gila!" umpat Diana sembari mendorong keras tubuh Ashlan sebelum berlalu pergi dengan langkah terburu-buru.

Ashlan masih bergeming. Lelaki itu menatap kepergian Diana tanpa ekspresi. Entah apa yang ada dalam pikirannya, tak seorang pun yang bisa menebak selain Ksatria Bennett.

"Haruskah Anda berkata sekasar itu pada Ratu, Yang Mulia?" tanya Ksatria Bennett usai hanya dia, Ashlan dan dua Ksatria lain yang tersisa.

"Memang lebih baik seperti ini," jawabnya sembari berlalu.

Ksatria Bennett menghela nafas. Dua Ksatria lain sudah bergerak menyusul Ashlan. Namun, dia justru masih berdiam sambil menatap prihatin ke arah sepupunya itu.

"Kau berhak untuk bahagia. Kenapa terlalu takut untuk memulainya, Ashlan?"

*

"Yang Mulia, Anda baik-baik saja?"

Mulanie mendekat perlahan ke arah Diana yang sedang menangis sesenggukan dibangku taman. Sayup-sayup terdengar gerutunya dan umpatan dari mulut perempuan yang ia layani itu. Seperti biasa, Mulanie tahu bahwa hal tersebut salah. Namun, untuk hari ini ia membiarkan telinganya tuli. Setidaknya, hari ini dia membebaskan Diana melepas beban yang memang terlalu menyiksa.

"Aku benci dia, Lanie! Di-dia pria yang ja-hat. Bah-kan ja-uh lebih jahat dari Gerald si tukang selingkuh!" ucap Diana terbata sambil mengusap air matanya.

"Apa haknya mengatakan semua itu padaku, Lanie? Memangnya, apa salahku sampai semua orang harus memandang aku serendah itu? Bahkan, suamiku sendiri juga melakukannya. Aku sakit hati, Lanie. Sangat!"

"Yang Mulia...," Mulanie menatap Diana dengan prihatin. Tak ada yang mampu gadis itu lakukan selain mendengar keluh kesah Diana semata.

"Dia menyelamatkan nama baikku didepan semua orang dipesta semalam. Lalu, beberapa saat kemudian dia nyaris membunuhku. Lalu... Dia kembali berubah manis dan meminta maaf atas sikapnya. Tapi... Kenapa sekarang dia kembali menjadi jahat?"

"Mungkin Yang Mulia Kaisar hanya sedang ada masalah, Yang Mulia!"

"Dan, melampiaskan permasalahannya padaku adalah hal yang pantas? Begitu?" protes Diana dengan cepat. "Aku benci dia. Aku tidak mau lagi bertemu dengan Kaisar kejam itu, Lanie!"

Beberapa hari kemudian, Diana terus berusaha menghindari pertemuan dengan Ashlan. Dia bahkan tidak lagi tidur di kamar yang lama. Ia memutuskan pindah ke bagian istana yang lain demi tak berjumpa dengan Ashlan. Selain karena benci, ia juga semakin bertambah takut karena menyadari bahwa tindakannya menampar Ashlan sudah sedikit berlebihan. Bagaimana jika lelaki itu dendam dan malah menebas lehernya jika tak sengaja berpapasan? Hiiihhh... Membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk Diana berdiri.

"Ratu!" panggil seseorang dari arah belakang kala melihat Diana sedang berjalan mengendap-endap melewati perpustakaan kerajaan dimana Ashlan saat ini sedang berada. Karena Mulanie sedang sakit, maka tak ada lagi mata-mata yang mampu melaporkan mengenai keberadaan Ashlan padanya.

Jantung gadis itu nyaris melompat keluar dari tempatnya. Dia seperti pencuri yang baru saja tertangkap basah oleh tuan rumah. Dengan ketakutan, ia pun berbalik badan dan menemukan sosok Ksatria Bennett yang sedang berjalan menghampirinya.

"Sstt...," Diana menempelkan telunjuknya di bibir sebagai isyarat agar Ksatria Bennett diam.

Lelaki berambut ikal itu mengangkat sebelah alisnya. Heran dengan tingkah Diana yang sepertinya sedang berusaha menghindari sesuatu.

"Ada ap...," Belum selesai pertanyaan ia lontarkan, Diana sudah lebih dulu menyeretnya pergi dari tempat itu. Pegangan tangan mereka baru terlepas saat Diana menemukan tempat yang dirasanya aman untuk berbicara dengan Ksatria Bennett.

"Anda sedang menghindari pertemuan dengan Sang Kaisar?" tebak Ksatria Bennett.

Diana mengangguk. "Tolong jangan katakan pada Yang Mulia jika Anda bertemu dengan saya hari ini."

"Tapi, kenapa?"

Gadis bernetra kehijauan itu mendengkus kasar. "Karena saya masih ingin hidup."

"Saya tidak mengerti dengan perkataan Ratu barusan. Apa hubungannya Anda bertemu Kaisar dengan keinginan Anda untuk hidup?" tanya Ksatria Bennett seraya mengernyitkan alis.

"Aku hanya tidak ingin kepalaku dipenggal tiba-tiba oleh manusia kejam itu." Hilang sudah keformalan dalam bicara Diana.

Mendengar hal tersebut, Ksatria Bennett terdiam sejenak sebelum tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Diana. Dan, Diana yang melihat itu langsung mendelik tak suka.

"Kenapa Anda tertawa?" protesnya tak terima. Apa ditempat ini, tak ada satu pun orang yang bisa menghargai nyawa orang lain?

"Kaisar tidak sekejam itu, Ratu!"

"Anda mengatakan itu karena Anda sepupunya."

Ksatria Bennett menghentikan tawanya. Ditatapnya lekat Diana yang masih menampakkan raut kesal. Lelaki itu kemudian tersenyum penuh arti ke arah Diana.

"Dia tidak sejahat yang Anda pikir, Ratu!" Ksatria Bennett memelankan suaranya. "Sungguh!" imbuhnya sebelum Diana sempat melayangkan protes.

"Andai dia tidak kejam, kenapa dia nyaris membunuhku malam itu?"

Ksatria Bennett menghela nafas. " Yang Mulia mungkin khilaf. Dan, beliau begitu menyesali perbuatannya setelah itu."

"Cih! Mana mungkin!" sangkal Diana sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

"Andai beliau tidak merasa bersalah, untuk apa beliau tengah malam pergi ke menara penyihir untuk meminta obat agar leher Anda bisa sembuh dan tidak menyisakan bekas?"

"A-apa?" Mata Diana membelalak mendengar ucapan Ksatria Bennett.

"Ya," angguk lelaki itu. "Kaisar rela tengah malam naik ke gunung untuk bertemu penyihir agung demi meminta obat agar leher Anda bisa sembuh dan tak berbekas. Lalu, keesokan harinya, pagi-pagi sekali beliau juga harus menuju ke kediaman Duke Hendrick demi meredam kemarahan lelaki itu karena Yang Mulia sudah menghukum cambuk putrinya."

"Kaisar menemui Paman Robert?" tanya Diana setengah tak percaya.

"Harusnya Anda sudah tahu seperti apa kedudukan Duke Hendrick dinegara ini. Beliau adalah pengendali nyaris 60 persen keluarga bangsawan di negara ini. Yang artinya, beliau bisa saja melakukan kudeta dan memaksa Yang Mulia untuk turun takhta."

Deg!!

Diana tertampar oleh kenyataan yang baru dia sadari. Dia baru ingat sepenggal kisah mengenai siapa Duke Hendrick dalam cerita ini. Beliau adalah orang kepercayaan Raja terdahulu. Beliau pulalah yang selama ini mendampingi dan mengajarkan berbagai hal mengenai kepemimpinan negara pada Ashlan. Satu yang tak Diana pahami hingga kisah ini selesai ia baca.

Kenapa Ashlan seolah tak berkutik dihadapan Duke Hendrick? Bahkan, bisa dikatakan bahwa dia digerakkan bak Boneka?

"Apa gara-gara Paman Robert hingga Yang Mulia sampai berbuat kasar padaku?" tebak Diana.

Ksatria Bennett mengangguk. "Anda ternyata cukup cerdas dalam memahami situasi, Yang Mulia! Kalau begitu, saya permisi! Saya rasa, penjelasan saya sudah cukup untuk mengurai sedikit kebencian Anda terhadap Kaisar."

"Apa Paman Robert memegang rahasia tentang wajah Yang Mulia?"

Langkah Ksatria Bennett terhenti. Lelaki yang sudah melangkah tidak jauh dari Diana itu kembali berbalik dengan tatapan yang mendadak mengandung kecemasan.

"Jangan cari tahu apapun, Yang Mulia! Cukup menjadi Ratu yang tidak tahu apa-apa maka Anda akan tetap aman."

"Justru aku tidak akan aman jika diam saja, Alarick!" gumam Diana dalam hati sambil memperhatikan sosok Ksatria Bennett yang kian menjauh.

1
Bzaa
hadirrrrr....
semangat diana
Sufiaa Ulfaa
Luar biasa
sunflower01
marathon baca novel mu 2 hari Thor baru nemu kemarin ya di gass terus Thor 🔥😀 karyanya bagus..🌟👍. happy ending... 🥰❤️makasih Thor...🙏 lanjut baca karya mu yg lain ...🏃🏃
Anonymous
Suka ma ceritanya kereeenn
Uci Umami
bagus ceritanya suka....akhir nya juga pass
gaby
Intinya Ashlan anak pelakor kalo di dunia nyata. Emaknya Ashlan menikahi pria beristri
gaby
Jgn mau disentuh dulu dong sblm tau apa alsan Kaisar membunuh Diana dulu sblm Diana dr masa dpn dtg.
gaby
Kaisar bukannya menolak Verona, tp baru mau buka baju, dah kburu kegep sm bininya🤣🤣
gaby
Yah, masa kaisar takut sm bawahannya, sampe2 berani ngamuk ke istri. Masih mending suamiku dong, walau kluarganya menghinaku, suamiku langsung pasang badan. Bahkan adik perempuannya ditampar karena menghinaku
Oi Min
aq penasaran ma jati diri nenek Anneth......
Oi Min
wah..... ternyata Vanya itu Verona
Oi Min
Erick ma Lanie...... sprt dulu
Oi Min
gembor donk...... terkedjoet donk.....
Oi Min
hloooo..... nenek Anneth apa moyangnya Diana???
Oi Min
ikut g sabar aq ma pertemuan mereka
Oi Min
apa Erick=Alarick???
Oi Min
kuwapuwok...... dasar benalu, parasit menjijikkan
Oi Min
tenang Di...... tunggulah Ashlan akan datang padamu
Oi Min
apa Diana kmbali ke dunia modern nyusul Ashlan???
Oi Min
Ashlan kek nya jg ada di dunia modern dan koma. apa Ashlan akan kmbli sblm Diana??
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!