Mendapatkan hati yang kita cintai tentu sebuah kebahagiaan yang sulit di gambarkan. Seperti usaha Elin mengejar cinta Danil, sang suami.
Menikah dan memiliki keluarga yang hangat sudah selalu terbayang di pikiran Elin. Sayang, semua yang di rencanakan manusia tidaklah sesederhana itu. Bukan hidup jika tak ada ujian. Sejak kecil selalu menjadi yang terakhir di mata sang ayah, sampai memiliki keluarga pun nyatanya ia masih tidak mendapat perhatian ayahnya.
"Tinggalkan Danil demi Kakakmu, Elin!" Suara itu terdengar bersamaan dengan suara kunci di lemparkan di depannya, tepatnya di lantai yang kini Elin duduki.
Derai air matanya berjatuhan. Entah apa yang membuat sang ayah memiliki keputusan gila itu. Menikah dengan orang yang sangat ia cintai, kini Elin masih terasa terbuai di alam mimpi karena mendapat kasih sayang dari pria bernama Danil. Dan apa yang barusan ia dengar? Bercerai?
Akankah Elin mendengarkan perintah sang ayah? Ataukah Elin memperjuangkan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marina Monalisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan Makan Malam Untuk Mertua
Setibanya di bandara, tampak sosok wanita cantik menarik kopernya berjalan keluar bandara. Wajah penuh semangat terlihat jelas. Viera menarik napasnya dalam, berharap langkah ini akan menjadi permulaan kesuksesannya di dunia fashion. Memejamkan mata membayangkan impiannya akan segera terwujud di negara ini.
"Impianmu sudah di depan mata, Viera. Jangan pikirkan yang membuatmu hilang fokus." ujarnya pada dirinya sendiri.
Paris yang menjadi negara pilihan Viera, kini tak terasa sudah satu minggu ia menyibukkan diri sejak kedatangannya kembali dari Indonesia. Sebuah acara yang di persiapkan kali ini menjadi titik fokusnya. Mata indahnya berbinar memandang kesibukan panitia untuk acara yang Viera akan selenggarakan besok. Sebuah fashion show karyanya akan di perhatikan banyak orang. Tentu adalah sebuah kebanggaan tersendiri.
"Aku harus segera memberi kabar Ayah. Mereka pasti sangat senang mendengar kabar ini." Viera segera menghubungi sang ayah ketika ia di dalam perjalanan.
Beberapa kali menelpon, Damian tak kunjung mengangkat telepon darinya. Andai saja ia tahu dimana sang ayah berada saat ini.
"Terimakasih Ayah dan Ibu sudah mau datang atas undangan makan malam ini." Bukan Elin yang berbicara melainkan Danil.
"Jujur saja saya kecewa dengan pernikahan kalian yang tidak mengatakan kebenaran tentang anak itu." Damian langsung berbicara pada intinya.
Siapa pun Danil, dimata Damian tetaplah menantu yang bersalah. Menikah tanpa memberi tahu status yang sebenarnya. Kini semua itu tidak bisa merubah apa pun. Pernikahan sudah sah terjadi. Jelas Damian sangat ingin marah pada Danil. Tapi, ia sadar pria yang menjadi menantunya bukanlah bocah kecil lagi.
"Maafkan saya." Hanya itu yang Danil katakan.
Mereka pun menikmati makan malam dengan tenang tanpa ada bicara apa pun. Jelas Danil tidak begitu antusias berbincang dengan ayah mertuanya, sebab yang mengundang mereka adalah Elin. Zahra sangat senang kala melihat sikap Danil yang lembut.
"Kemari, biar aku yang memotongnya." tutur Danil mengambil pisau untuk memotong daging di piring sang istri.
"Adit juga mau di potongin, Bunda." ujar sang anak.
Ketiganya terlihat begitu hangat saling menyayangi. Mata Damian dan Zahra terus memperhatikan keharmonisan mereka hingga akhirnya acara makan malam pun usai. Danil malam ini menunjukkan betapa ia sangat menyayangi keluarga kecilnya. Tentu itu membuat tenang pikiran Zahra. Anak gadisnya benar-benar menikah dengan orang yang tepat.
Makan malam usai, kedua orang tua Elin pamit untuk pulang. Dengan wajah enggan Damian menerima salam dari sang cucu. Aditya mencium punggung tangan sang kakek. Wajahnya tersenyum polos menatap Damian.
"Hati-hati di jalan, Kakek. Besok-besok makan kesini lagi yah?" ujar Adit yang hanya mendapat balasan anggukan kepala dari Damian.
Elin merasa sedih melihat pemandangan di depannya. "Tidak seharusnya sikap Ayah seperti itu pada cucu Ayah. Semoga nanti Ayah bisa menerima Aditya dengan baik." gumam Elin dalam hati.
Sepulang Damian dan sang istri dari rumah Danil, Elin meraih tangan sang suami. Meminta maaf atas sikap ayahnya. Meminta maaf juga pada Aditya untuk sikap sang kakek.
"Aku memanggilnya hanya untukmu. Bukan untuk sebagai menantu pada mertua." ujar Danil datar.
Pria itu melangkah pergi masuk ke dalam rumah mendahului Elin dan Aditya. Elin berjongkok mensejajari tinggi anak tirinya. Menatap Aditya dengan sedih. "Maafin Bunda yah, Adit. Kakek seperti tadi karena lagi nggak enak badan. Adit jangan sedih yah?" tutur Elin dan Aditya mengangguk.
Mereka tidak tahu jika di perjalanan pulang, Damian mengumpat marah pada sang istri. Ia meluapkan kemarahannya dengan sang istri. Tak terima jika harus berbaik hati pada menantu yang sudah merendahkan dirinya dengan menipu.
"Sudahlah, Ayah. Selagi Elin tidak berbuat salah itu sudah cukup. Mereka juga sudah sangat bahagia saat ini. Kita tinggal fokus pada Viera.” ujar Zahra.
Mendengar nama sang putri di sebut, Damian langsung meraih ponsel. Ingat jika sang putri akan memberinya kabar bahagia. Ternyata benar, panggilan tak terjawab dari sang putri beberapa kali terlihat di ponsel miliknya.
“Viera,” sapa Damian ramah. Seketika wajah kesalnya hilang berganti dengan senyum kerinduan.
Di sana Viera sudah memanyunkan bibirnya. Cemberut manja. “Besok acara fashion show karyaku sudah oke, Ayah. Ayah nonton yah besok. Jangan nggak nonton loh.”
Damian mengangguk tersenyum. “Kamu anak Ayah yang sangat hebat. Iya kan, Bu? Viera memang tidak pernah mengecewakan kita.” tambah Damian lagi menoleh pada istrinya.
Zahra hanya bisa tersenyum paksa. Bahkan Viera sendiri kini mulai membatasi kedekatannya dengan sang ibu. Sadar jika dirinya sudah berbuat salah yang sangat besar.
“Apa jika Viera mengecewakan kita, Ayah akan melakukan hal yang sama seperti Ayah memperlakukan Elin?” Tiba-tiba suasana bahagia di perjalanan malam itu berubah menjadi tegang.
Wajah Viera yang tersenyum mendadak sangat takut sekali. Apalagi ayahnya sudah menoleh tajam pada Zahra, sang ibu.
“Apa maksud Ibu bicara seperti itu?” tanya Damian lagi.
Bukan kepalang rasanya jantung Viera seperti berhenti berdetak saat itu juga. Rasa takut tiba-tiba menguasai isi kepalanya.
kcuali kl cerai mati lain lagi ceritanya.
sedang itu ada anak antara mantan, trus ada anak lagi kn ribet. pa lagi lakinya juga gk teges ntah lah kyak gk bnget aja.