NovelToon NovelToon
Janji Cinta

Janji Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Pelakor
Popularitas:18.5k
Nilai: 5
Nama Author: aisy hilyah

Belum seumur jagung menikah, Wulan sudah ditinggalkan pergi oleh lelaki yang menjadi suaminya ke luar negeri untuk melakukan pengobatan. Wulan menjalani hari-hari sendiri sambil menunggu janji Sandi, sang suami.

Hingga badai itu datang, prahara yang mencipta kemelut dalam rumah tangganya. Wulan pergi meninggalkan rumah Sandi setelah ia diterima bekerja di perusahaan yang diimpikannya, menjadi seorang petugas kebersihan.

Hidup sendiri sambil menggantung harap pada kedatangan Sandi yang berjanji akan selalu percaya padanya. Namun, sejak Wulan tahu, jika Sandi adalah CEO di perusahaan tempatnya bekerja, ia tak berani mengharapkan Sandi.

Sikap Sandi yang dingin ketika berpapasan dengannya, semakin membuat Wulan tak percaya diri. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menjauh dan membuang harapan.

Apa yang terjadi? Akankah mereka dapat menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perintah Sandi

"Sebenarnya aku ingin mengajak kamu kembali ke kota, Wulan. Untuk menghadiri pesta perusahaan. Semua karyawan diundang, termasuk kita walaupun hanya karyawan rendahan."

Mita menghela napas, kedatangannya ke kota itu hanyalah untuk mengajak Wulan dan bukan untuk memberikan bingkisan yang diberikan Sandi padanya karena sengaja tak ia bawa.

Wulan tersenyum sembari menundukkan kepala. Kenapa ia tak mendengar cerita tentang suaminya yang sudah pasti Mita telah bertemu karena Sandi adalah atasannya di kantor.

"Apa kabar itu benar, Mit?" tanya Wulan tanpa menanggapi ucapan Mita. Berharap sahabatnya itu akan bercerita tentang pemilik perusahaan yang digadang-gadang masih muda dan tampan.

Gadis dengan kemeja merah muda itu melirik, mengernyit heran mendengar pertanyaan sahabatnya.

"Kabar apa? Tentang pesta? Tentu saja benar, apa kamu tidak menerima undangannya dari atasan kamu di sini?" Mita masih menatap Wulan yang menunduk memainkan jemarinya.

Ia menggeleng, menghela udara, kemudian mengangkat wajah menatap langit sore yang mulai dihiasi warna jingga.

"Bukan. Aku menerimanya dan Pak Chiko mengajakku pergi, tapi tuan Arya justru melarangku. Dia memintaku untuk tidak datang," ucap Wulan tak mengalihkan pandangan dari awan-awan yang bergerak lambat.

"Kenapa dia melarang kamu? Memang siapa dia? Enak saja melarang kamu pergi. Kamu akan pergi dan harus pergi, Wulan. Titik!" geram Mita mendengar ucapan sahabatnya itu.

Wulan melirik, dan berpaling lagi sembari menghela napas. Keraguan berkumpul di hatinya, praduga dan bayang-bayang pikiran buruk pun sudah beterbangan menghantui. Bagaimana jika ucapan Arya benar? Acara tersebut adalah acara pertunangan suaminya dengan perempuan lain.

Oh, hati! Belum menyaksikannya saja sudah seperih itu. Rasa sakit bagai dicabik-cabik, disayat-sayat, diiris sembilu. Namun, tak berdarah. Air langsung saja menggenang di kedua pelupuk mata Wulan, tapi sekuat mungkin dia tahan agar tidak jatuh.

"Dia mengatakan jika aku datang itu hanya akan membuatku menangis saja, Mita. Aku tidak tahu, apa aku memang harus datang atau di sini saja menikmati kesendirian," ungkap Wulan dengan hati yang perih.

Mendengar itu, Mita merasa sedih. Hatinya bertanya-tanya apakah Wulan sudah mengetahui siapa suaminya? Mita diam memperhatikan gadis yang menunduk di sampingnya. Hati perih ketika melihat Wulan menyeka matanya. Dia menangis? Apa yang sebenarnya terjadi?

"Wulan, kamu bisa ceritakan padaku apa yang terjadi? Aku tidak akan memaksa kamu untuk ikut bersamaku kalau alasannya bisa aku terima," pinta Mita sembari mengusap bahu Wulan dengan lembut.

Istri Sandi itu diam, masih menyembunyikan kesedihan dari sahabatnya. Beberapa saat, ia menghela napas dan menoleh pada Mita yang terlihat prihatin terhadapnya.

"Aku tidak tahu, Mit. Bagaimana harus menceritakannya padamu. Satu-satunya orang yang aku percaya sudah membohongiku. Aku juga sudah tidak memiliki kepercayaan diri lagi untuk tetap menunggu kedatangannya."

Wulan menjeda ucapannya, kembali menyeka sudut mata yang hampir menangis. Mita diam mendengarkan, dalam hati tak tega melihat sahabatnya bersedih.

"Apa kamu masih akan percaya jika sudah dibohongi, Mit? Terlebih kenyataan itu diberitahu orang lain, bukan dirinya. Mungkin jika tidak ada yang memberitahu, selamanya aku akan tidak pernah tahu. bagaimana menurutmu?"

Wulan menatap Mita dengan mata berkaca-kaca. Tersirat kesedihan di pancaran maniknya, tertulis kepiluan di raut wajahnya. Sungguh, hati Mita ikut merasa sakit. Ia memeluk Wulan, memberinya sedikit ketenangan.

"Apa kamu sudah tahu siapa suami kamu?" bisik Mita lirih.

Wulan bergeming, mungkin semua orang tahu kecuali dirinya. Merasa tidak diakui sebagai istri, tidak dihargai kesetiaannya menanti. Pengorbanannya, waktu yang dia habiskan untuk menunggu Sandi. Waktu yang memberinya kisah pilu, difitnah, diusir dengan keji tanpa diberi kesempatan untuk membela diri.

Jatuh jua air mata Wulan, kali ini dibiarkan menetes. Tak berniat mencegah turunnya, dia perlu meluapkan semua. Menumpahkan rasa sesak yang kian menghimpit rongga dada.

"Apa kamu sudah bertemu dengannya, Mit? Bagaimana menurutmu?" Wulan balik bertanya. Ia tersenyum ketika Mita mengurai pelukan dan menatapnya.

"Aku tidak pernah tahu siapa suamiku yang sebenarnya. Yang aku tahu, dia satu-satunya orang yang selalu percaya padaku. Selalu bersedia mendengarkan penjelasanku, dan tidak pernah merendahkan aku. Sekarang, aku tidak tahu apa semua itu masih berlaku padanya?"

Wulan menggelengkan kepala, berpaling dari sahabatnya yang terdiam mendengarkan. Kata-kata Arya kembali mengiang, tentang siapa Sandi sebenarnya. Ah, benar. Dia menolak laki-laki itu karena alasan kasta. Sekarang, suaminya adalah pemilik perusahaan di tempat dia bekerja.

"Aku dan dia sungguh jauh berbeda, Mit. Aku menolak tuan Arya karena alasan kasta kami yang berbeda. Lalu, suamiku sendiri menutupi kenyataan itu. Seperti yang kamu tahu, aku diusir oleh mertuaku sendiri, dihina iparku. Semua orang kaya sama saja, mereka hanya akan merendahkan aku," ungkap Wulan kembali menundukkan kepala sambil mengusap mata.

Benar, Mita lupa kisah itu. Kisah di mana Wulan datang ke rumahnya di pagi hari dalam keadaan menangis. Namun, dia yakin, Sandi berbeda. Laki-laki itu pasti memiliki alasan kenapa belum mengatakan yang sebenarnya kepada Wulan.

Mita mengusap-usap punggung Wulan yang berguncang lemah. Memberinya sebuah pelukan, untuk sekedar mengurangi beban sakit kehidupan. Ia tak dapat melakukan apapun sekarang selain mendengarkan curahan hati sahabatnya.

"Mungkin suami kamu punya alasan sendiri kenapa menyembunyikan itu semua dari kamu." Mita menenggelamkan wajah di pundak Wulan, memeluk gadis yang tengah menahan tangis agar tidak tumpah seluruhnya.

"Aku tidak tahu, Mit. Yang pasti aku kecewa. Aku merasa kehadiranku tiada artinya. Sekarang, untuk apa aku datang ke pesta itu kalau akhirnya aku akan merasa sakit? Biarlah aku dilupakan, aku sudah rela menerima semuanya. Aku akan merelakannya bahagia dengan yang lain, yang sepadan, yang sesuai keinginan keluarganya. Aku cukup sadar diri, Mita."

Mendengar itu, Mita mengeratkan pelukan. Berpikir cukup lama untuk mengatakan alasannya datang adalah karena perintah Sandi sendiri. Dia sadar, kedua insan ini saling mencintai satu sama lain. Namun, keadaan belum menyatukan mereka. Entah apa sebabnya.

Sementara di tempat lain, satu sosok berdiam diri memperhatikan. Dia adalah Arya, yang sengaja mengikuti keduanya. Laki-laki itu mengepalkan tangannya yang berada di dalam saku celana. Hatinya selalu merasa sakit ketika melihat Wulan menangis.

"Seandainya kamu memberiku kesempatan, Wulan. Sayangnya, kamu sudah menolak sebelum mengenal aku. Apa aku memang seburuk itu di dalam pikiran kamu?" Arya bergumam pelan.

Selama ini dia tahu bagaimana kehidupan Wulan, tapi tak pernah diberi kesempatan untuk membantu. Alasannya, dia tak ingin terlibat masalah dengan orang kaya. Terlebih ada seorang wanita yang selalu menerornya kala itu, setiap kali Arya mendekatinya.

Laki-laki itu berbalik dan pergi, membawa kekecewaan yang mendalam di hatinya.

Mita melepas pelukan, mengusap wajah Wulan yang basah.

"Apa kamu tahu, hari ini aku datang ke sini menemui kamu itu karena perintah dari suami kamu sendiri. Dia memintaku untuk menjemput kamu."

Wulan menoleh, tidak terenyuh sama sekali.

Kenapa tidak datang sendiri? Tidakkah dia tahu aku rindu.

"Mungkin dia ingin memberi kejutan padamu. Sebenarnya dia melarangku untuk mengatakan ini, tapi aku terpaksa."

Wulan bergeming.

1
Wicih Rasmita
dah tamat aja Thor
Aisy Hilyah: sepi kak
total 1 replies
Sugiharti Rusli
wah dibikin tamatnya ko cepat yah😁😁
Hafifah Hafifah
g nunggu mereka punya anak dulu nih tamatnya
Hafifah Hafifah
siwulan ngapain sih mau ngurusin tuh anaknya si salsa entar dia bisa ngelunjak lagi.ngebantu sih boleh tapi untuk merawat anaknya si salsa kan harus berunding dulu ama sandi jangan asal ambil keputusan aja
Soraya
lanjut thor
Hafifah Hafifah
wah bagus itu biar semua orang tau lw wulan itu istrimu
Hafifah Hafifah
makanya jadi cewek tuh jangan murahan jadi ginikan hamil tapi g diakui ama pacarnya
Hafifah Hafifah
😁😁😁😁si lisa ketar ketir nih
Sugiharti Rusli
masih yah si Wulan mau berkorban tuk keluarganya walo itu akan menentang Sandi,,,
Sugiharti Rusli
makanya Wulan kamu lebih baik ikut saran Sandi jadi asprinya kalo masih mau kerja, jadi kan ga jadi bahan omongan nantinya😉
Hafifah Hafifah
lebih baik diumumin lw wulan tuh istrinya biar g ada salah paham dan membicarakan wulan dibelakang
Ochyie Aguztina
harus nya di umumknan biar salah paham ,org kan banyak sa nua ngehujat doang
Hafifah Hafifah
kayaknya nih sekertaris mau caper deh ama sandi.g tau aja tuh si lisa lw wulan tuh istrinya sandi.kenapa g diumumkan sih lw wulan tuh istrinya
Hafifah Hafifah
😁😁😁😁😁nah kan bener lw kamu asprinya itu +++ yg khusus melayani sandi aja
Hafifah Hafifah
wah promosi yg bagus tuh jadi asprinya suami sendiri paling kerjaannya hanya nemenin aja tanpa bekerja 🙊🙊
Sugiharti Rusli
orang si Wulan spesualis OG tuk pak CEO juga, dasar aja sekretaris kegatelan sepertinya nih si Lisa,,,
Soraya
lanjut thor
Hafifah Hafifah
paling sisaudara tirinya wulan nih yg hamil
Hafifah Hafifah
emangnya bisa tahan tuh ampe satu minggu g nyentuh istrinya apalagi udah tau rasanya surga dunia 😁😁😁
Hafifah Hafifah
😁😁😁😁😁 bisa"nya sisandi lupa apa yg udah terjadi alamat g dapet jatah nih lw si istri ampe ngambek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!