NovelToon NovelToon
Getaran Cinta

Getaran Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: KENZIE 7 store PONOROGO

Raline dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya demi baktinya pada orang tua. Konflik muncul setelah Raline bisa menerima dan mulai mencintai suaminya. Perselisihan dengan mertua dan ipar serta mantan Raline pun hadir.

Akankah pernikahan mereka yang diawali dengan perjodohan dapat berjalan dan berakhir bahagia?

.....

Hai kak, ini karya pertama saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam hangat


Hai, kak. Ini adalah karya pertam saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam dari Ponorogo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KENZIE 7 store PONOROGO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejutan dari Devan

Karena masalah di Ibukota selesai lebih cepat, Devan memutuskan untuk kembali ke rumah hari itu juga. Menahan rindu itu berat rasanya dan juga menyiksa jiwa raga. Padahal baru dua hari tidak bertemu.

Devan sudah kembali ke hotel. Saat ini dia sedang berkemas untuk cek out. Devan ingin memberi kejutan untuk istrinya.

Setelah selesai berkemas, dia langsung menuju resepsionis untuk cek out. "Terima kasih." Ucap Devan.

Devan keluar dari hotel dan menunggu taksi yang lewat untuk membawanya ke bandara. Sebelum terbang, Devan ingin mampir dulu ke toko oleh-oleh dan toko perhiasan. Dia ingin membelikan Raline hadiah.

Melihat ada taksi, Devan segera melambai untuk menghentikan taksinya. Dia membuka pintu dan langsung naik.

"Ke bandara Pak." Ucap Devan.

Sopir taksi menganggukkan kepalanya mengerti. "Baik Tuan."

"Ah iya. Nanti kalau lewat toko oleh-oleh dan toko perhiasan tolong berhenti ya Pak!"

"Baik."

Taksi pun melaju dengan kecepatan sedang. Kebetulan jalanan juga tampak lenggang.

Taksi yang ditumpangi Devan berhenti di toko pusat oleh-oleh setelah sepuluh menit perjalanan. Devan membeli panganan khas Daerah Ibukota. Untuk Raline dan juga untuk Mbok Sum. "Semoga dia suka." Gumam Devan.

Taksi kemudian ke toko perhiasan. Disana Devan ingin membelikan Raline perhiasan yang simpel namun tampak elegan. Pilihannya jatuh pada cincin dengan hiasan batu permata kecil. Devan juga membelikan kalung dengan liontin berbentuk hati yang ditengahnya terdapat mutiara. "Cantik." Gumamnya.

Selesai dengan belanjaannya, Devan melanjutkan perjalanan menuju bandara. Tak lupa dia membayar ongkos taksi dengan melebihkan dari ongkos yang seharusnya.

"Terima kasih Tuan." Ucap sopir taksi senang.

"Sama-sama Pak." Balas Devan

Devan pun berjalan masuk dan menuju ke airport terminal untuk melakukan pembelian tiket keberangkatan.

Devan memilih pemberangkatan pukul sepuluh pagi. Sekarang baru pukul sembilan tiga puluh menit. Masih ada waktu setengah jam lagi sebelum berangkat. Rasanya Devan sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan istrinya.

Devan membuka layar HP-nya. Dia membuka galeri. Devan mencari foto Raline yang diam-diam dia ambil saat Raline sedang tidur. Devan tersenyum.

Karena masih lama, jadi Devan memutuskan untuk jalan-jalan sebentar untuk mengusir rasa bosan.

Akhirnya pengumuman pemberangkatan sudah ada. Devan segera bergegas berjalan menuju Garbarata.

Perjalanan dari Ibukota ke Kota Sili membutuhkan waktu satu jam lima belas menit.

Akhirnya Devan sampai juga di bandara Kota Sili. Devan memutuskan untuk naik taksi. Karena ingin memberi kejutan pada Raline, jadi dia tidak ingin dijemput.

Setengah jam kemudian Devan sudah sampai di depan kediamannya. Setelah membayar ongkos taksi, Devan pun turun. Dibantu sopir taksi yang menurunkan kopernya.

"Terima kasih Pak." Ucap Devan.

"Sama-sama Tuan." Balas sopir taksi.

Devan melangkah memasuki gerbang rumahnya sambil menyeret kopernya.

Rumah tampak sepi. "Mungkin sedang di belakang." Gumam Devan.

Ting Nong !!

Ting Nong !!

Devan memencet bel berulang kali namun pintu tak kunjung ada yang membukanya. "Mungkin Mbok Sum masih repot jadi tidak mendengar suara bel." Devan masih berfikir positif.

Dia mencoba menghubungi Raline. Namun nomernya di luar jangkauan. Mendadak Devan diliputi perasaan panik.

Devan mencoba menuju garasi, mobilnya ada. "Pada kemana sih!" Gerutunya.

Ting !! Tong !!

Devan mencoba memencet lagi bel rumahnya berharap kali ini ada yang membukakan pintu. Kalau tidak juga terbuka, Devan memutuskan akan mendobrak pintunya.

Dari kejauhan tampak Raline dan Mbok Sum juga Pak Anto datang dari gerbang. Mereka tertawa bahagia. Membuat Devan berdecak sebal.

"Kalian dari mana heum?" Tanya Devan memasang wajah garang dan berkacak pinggang.

Melihat Devan berdiri di depan pintu, membuat Raline menatap tak percaya. Pasalnya, Devan bilang besok akan pulang, tapi sekarang malah sudah berdiri di depannya.

Raline langsung berlari menuju kearah Devan. Dia menubruk Devan dan memeluknya. Meluapkan rasa rindu yang menggebu.

Devan tentu menikmati pelukan Raline. Dia pun membalas pelukan Raline dengan tak kalah eratnya.

Mbok Sum dan Pak Anto tersenyum melihat kedua majikannya saling meluapkan rasa rindu. Mereka ikut bahagia.

"Ayo kita ke belakang Pak." Ajak Mbok Sum. Pak Anto mengangguk lalu mengekor Mbok Sum.

Raline menyadari apa yang Ia lakukan kemudian melepaskan pelukannya. "Maafkan aku."

"Kenapa dilepas? Aku masih kangen tau." Devan bicara jujur.

"Mari masuk." Ajak Raline mengalihkan pertanyaan Devan.

Devan hanya menurut. Dia masuk dengan menyeret kopernya dan menaruh di dekat sofa ruang tamu.

"Duduk sini Al. Aku ada sesuatu untukmu." Devan mengeluarkan belanjaan yang dia beli untuk Raline.

"Apa ini Dev?" Tanya Raline penasaran.

"Bukalah. Semoga kamu suka."

Raline pun membuka bungkusan yang diberikan Devan. Matanya menatap tak percaya. "I-Ini untukku Dev?" Tanyanya tak percaya.

"Biar ku pakaikan." Devan mengambil kalung dan memakaikan di leher Raline. Saat Raline menyibak rambutnya, mata Devan justru tertuju pada tulang selangka Raline. Membuat jakunnya naik turun. 'Sabar Dev. Tahan.' Ucapnya dalam hati.

"Ini indah sekali Dev. Terima kasih." Ucap Raline senang lalu memeluk Devan erat. Lagi-lagi saat menyadari perbuatannya, Raline langsung melepaskan pelukannya. 'Aku masih merasa malu.' Batin Raline.

"Syukurlah kalau kamu senang. Ayo kita ke kamar."

"Ma-Mau apa?" Tanya Raline gugup.

"Aku mau istirahat. Memangnya mau ngapain?" Devan justru menggoda Raline. Membuat yang digoda mempoutkan bibirnya.

Cupp!!

Sontak Devan langsung mencium bibir Raline gemas. "Kalau kamu melakukan itu lagi, aku tidak segan-segan akan langsung melahapnya."

Raline langsung menutup bibirnya saat menyadari ucapan Devan barusan.

Devan melangkah menuju kamarnya. Badannya rasanya benar-benar sangat lelah. Raline pun mengekor Devan sambil membawa koper milik Devan.

"Mau aku siapkan air hangat atau mau makan dulu Dev?" Tanya Raline saat sudah sampai di dalam kamar.

"Tidak. Aku mau istirahat dulu Sayang." Devan langsung merebahkan tubuhnya pada ranjang dan langsung tertidur.

"Rupanya dia benar-benar sudah mengantuk." Gumam Raline pelan. "Semoga tidurmu nyenyak Suamiku~ " Bisik Raline tepat di telinga kanan Devan. Membuat empunya tersenyum dalam tidur lelapnya.

.

.

.

Raline memutuskan untuk memilih pakaian Devan yang kotor untuk segera dicuci. Dia membuka koper milik Devan dan menemukan ada tiga kantong kresek.

Karena penasaran Raline pun membukanya dan dia terkejut karena isinya oleh-oleh yang dibeli Devan saat akan pulang. Raline menangis haru. Devan sangat romantis dan perhatian. Tanpa Raline minta, ternyata Devan membelikan oleh-oleh untuknya.

"Tapi banyak sekali. Sebaiknya aku bagi untuk Mbok Sum juga." Ujarnya.

Kemudian Raline mengambil beberapa makanan khas Daerah Ibukota itu untuk diberikan pada Mbok Sum.

Raline keluar kamar menuju ke belakang.

Kebetulan Mbok Sum sedang menjemur pakaian. "Ini oleh-oleh dari Mas Devan untuk Mbok Sum." Ucap Raline memberikan bungkusan berisi oleh-oleh itu.

"Terima kasih Non. Seharusnya Tuan tidak perlu repot-repot." Ucap Mbok Sum sambil menerima bungkusan dari Raline dengan sedikit rasa sungkan.

Sebab, selama Mbok Sum kerja di sini. Belum pernah sekalipun dia diberi oleh-oleh karena dilarang oleh Bu Ambar. Meski dulu Devan diam-diam pernah membelikan oleh-oleh juga untuk Mbok Sum dan Pak Anto tanpa sepengetahuan Bu Ambar.

"Semoga kebahagiaan dan keberkahan selalu menghampiri Non Raline dan Tuan Devan." Doa tulus Mbok Sum untuk kedua majikannya.

"Aamiin. Terima kasih Mbok. Sehat-sehat juga untuk Mbok Sum dan Pak Anto." Balas Raline tak kalah tulusnya. Raline memeluk Mbok Sum layaknya kepada Ibunya sendiri.

Tanpa mereka sadari sejak tadi ada sepasang mata yang menatap interaksi mereka itu dengan perasaan bahagia.

'Tidak salah aku menerima penawaran Ayah dulu. Hatimu ternyata sangat baik. Aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia.' Ucapnya dalam hati sambil bersedekap tangan bersandar pada dinding pembatas ruang makan dan bagian belakang.

Bersambung....

Adakah yang tahu siapa yang mengintip Mbok Sum dan Raline??

Terima kasih kepada reader yang sudah mendukung karya author.

Khamsahamnida. Terima kasih. Thank you. Xie Xie. Arigato. Matur suwun. Hatur nuhun.

Salam dari bumi reog

1
OkitaNiken
Sedihh banget si Raline
tefa(♡u♡)
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
AKB: terima kasih kak /Kiss/
total 1 replies
NotLiam
❤️ Hanya bisa bilang satu kata: cinta! ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!