Hang Jihan, seorang anak jenius dari keluarga sederhana, lebih memilih fokus pada pekerjaannya dan membantu sang ibu yang terserang penyakit. Dunianya yang tenang berubah ketika ia mendengar tentang pil ajaib yang konon dapat menyembuhkan penyakit sang ibu.
Tekadnya untuk menyelamatkan sang ibu menyeretnya ke dalam dunia bela diri yang penuh bahaya. Di sana, bakat terpendamnya bangkit, menunjukkan bahwa dia dilahirkan untuk kebesaran.
Namun, perjalanannya tak mudah. Rintangan tak terduga menghadangnya. Diperkuat oleh harapan sang ibu, Hang Jihan bertekad untuk menjadi kuat, mendaki puncak, dan kembali sebagai orang yang bisa dibanggakan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichwan Fzn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Formasi Pemanggil Binatang Roh
Bulan tenggelam, digantikan oleh mentari yang perlahan menampakkan dirinya, mewarnai langit dengan semburat jingga yang indah. Kicauan burung-burung menyambut pagi hari yang cerah dengan riang, menyelimuti perjalanan Hang Jihan yang damai. Dia melangkah dengan langkah kaki yang ringan, melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.
Pertarungannya melawan kelompok Kalajengking Hitam membawa kepuasan mendalam bagi Hang Jihan atas perkembangannya yang pesat. Hanya dalam beberapa minggu perjalanannya menuju Sekte Pedang Awan, dia telah mengalami kemajuan yang signifikan. Tampaknya badai yang selalu menyelimuti perjalanannya tidak seburuk yang dia bayangkan.
Kali ini, Hang Jihan menuju lereng gunung, tempat gedung murid luar berada. Gunung Suci terbagi menjadi tiga wilayah: di kaki gunung berdiri Kota Awan yang dihuni orang biasa, di lereng gunung adalah tempat bagi murid luar, dan di puncak gunung bersemayam para murid dalam Sekte Pedang Awan.
Sebagai salah satu sekte terkemuka di Kekaisaran Tianxuan, Sekte Pedang Awan telah melahirkan banyak murid berbakat dan orang kuat yang menjadi pilar Kekaisaran. Namun, tragedi lima tahun lalu menyebabkan hubungan antara sekte dan Kekaisaran merenggang. Hal ini dapat menimbulkan gejolak, bagaikan ranjau yang siap meledak kapan saja.
Hang Jihan memahami situasinya. Informasi dari Zhang Chen membuatnya harus lebih berhati-hati dalam menyikapi masalah. Dia tidak ingin terjebak dalam pusaran konflik antara dua kekuatan besar. Dengan pemikiran itu, dia terus melangkah. Hang Jihan sadar waktunya tidak lama lagi, dia harus segera kembali ke gedung luar Sekte Pedang Awan.
Sinar mentari pagi yang hangat menyapa wajah Hang Jihan, membantunya melupakan rasa lelah setelah pertarungan sengit melawan kelompok Kalajengking Hitam. Dia menarik napas dalam-dalam, menghirup udara segar pegunungan yang dihiasi aroma bunga liar. Pemandangan lereng gunung yang indah memanjakan matanya, memberikan ketenangan di tengah perjalanannya yang penuh rintangan.
Langkah kaki Hang Jihan semakin cepat, menapaki jalan setapak yang mengarah ke gedung murid luar. Rasa penasaran dan antusiasme bercampur aduk dalam benaknya saat membayangkan dirinya mempelajari teknik dan seni bela diri baru.
Meskipun telah mencapai ranah pemurnian tubuh, teknik bertarung Hang Jihan masih menyedihkan. Dia hanya mengandalkan energi internal tanpa memiliki teknik bela diri yang mumpuni. Untunglah Senior Wu Xiaotian memberinya gulungan teknik bela diri sebagai hadiah perpisahan. Berkat itu, Hang Jihan bisa melawan gadis berambut jingga dan kelompok kalajengking hitam.
Rasa syukur sekali lagi menyelimuti Hang Jihan. Namun, di tengah perjalanannya, sepotong suara yang tak asing lagi menggema di kepalanya.
“Bocah, jangan pikir kau bisa kabur dari kami!”
Sosok yang muncul tak lain adalah Shi Bai dan beberapa anggota kelompok Kalajengking Hitam yang masih memburunya. Rasa malu dan amarah membakar diri Shi Bai. Tak terima dikelabui anak kecil, dia bertekad membersihkan nama mereka yang tercoreng akibat terjebak dalam perangkap mereka sendiri.
Ketidakpercayaan menyelimuti mereka. Kelompok Kalajengking Hitam, yang selama ini dikenal sebagai penindas, kini merasakan terbalik, menjadi pihak yang tertindas. Rasa malu dan takut kehilangan reputasi menghantui mereka, membayangkan jika kabar ini tersebar ke seluruh kota.
Mendengar perkataan Shi Bai, Hang Jihan menghela napas. Dia sebelumnya berpikir dia telah terbebas dari kelompok orang tak dikenal ini.
“Huft, Paman. Kalian masih belum kapok setelah semua yang terjadi?”
“Diam kau, bocah sialan!” teriak Shi Bai, wajahnya memerah padam. “Hari ini aku akan mengulitimu hidup-hidup!” Amarahnya tak terkendali, urat nadinya berdenyut di dahinya.
Hang Jihan tetap tenang, mengamati Shi Bai dan pasukannya. Dia sedikit terkejut saat melihat mereka mulai membentuk formasi.
“Teriakanmu tak sebagus kecerdasanmu, Paman. Lihatlah dirimu, terjebak dalam perangkapmu sendiri. Sungguh memalukan,” ucap Hang Jihan dengan penuh sarkasme.
“Ketua, mohon jangan banyak bicara dengannya. Bocah ini selalu melontarkan satir dan sarkas dalam setiap ucapannya.” Potong Fang Fang.
Dia tahu bahwa berlama-lama beradu argumen dengan Hang Jihan hanya akan menambah amarah dalam diri mereka dan bisa merusak fokus mereka saat ini.
“Baiklah, Bocah, kaulah yang memaksa kami. Jangan salahkan aku jika aku bertindak kejam!”
“Semuanya dengarkan perintah, aktifkan formasi pemanggilan!”
Seketika suara gemuruh terdengar dari bawah tanah, tanah bergetar, dan angin mulai bertiup kencang, pertanda bahwa ritual pemanggilan telah dimulai. Aura jahat mulai menyelimuti area, membuat bulu kuduk berdiri.
Dengan gerakan cepat, anggota Kalajengking Hitam menyelesaikan formasi. Batu-batu roh berkilauan di setiap titik, memancarkan energi spiritual yang kuat. Shi Bai, sebagai pusat formasi, berdiri di tengah dengan tangan terangkat.
“Seni formasi pemanggilan: Roh Kalajengking Neraka!”
Seolah memanggil jawabannya seekor kalajengking raksasa dengan aura merah darah muncul dari balik formasi. Matanya yang merah menyala menatap Hang Jihan dengan penuh kebencian. Ekornya yang berduri berayun-ayun dengan mengancam, siap menerkam mangsanya.
Hang Jihan tercengang melihat formasi yang belum pernah dia saksikan sebelumnya. Bulu kuduknya berdiri saat hawa dingin menjalar di tubuhnya. Dia tahu bahwa ini bukan kalajengking biasa, melainkan binatang roh yang cukup kuat.
"Ha ha bocah, ini adalah roh peliharaan kami, Kalajengking Neraka! Kali ini kau tidak akan selamat!"
Kalajengking raksasa itu menyerang tanpa ragu. Tubuhnya yang besar membuat Hang Jihan tampak seperti semut. Ekornya menusuk ke arah Hang Jihan, menghasilkan ledakan tanah dan debu yang berterbangan di udara.
Hang Jihan berkelit dengan susah payah untuk menghindari serangan brutal Kalajengking Neraka. Kecepatannya tidak bisa diremehkan, dan ukurannya yang besar membuat ia ragu untuk menyerang.
“Nenek beruang!” gumam Hang Jihan. “Kecepatan kalajengking ini benar-benar gila! Bahkan dengan kecepatan di ranah pemurnian tubuh, aku hampir tak bisa mengikutinya!”
Berbeda dengan Hang Jihan yang tengah kesulitan, Shi Bai tampak gembira. Suaranya menggema di tengah kekacauan.
“Hei bocah!” teriak Shi Bai. “Bahkan jika kau adalah orang terkuat di ranah pemurnian tubuh, kau tidak akan bisa menang! Karena sesungguhnya Kalajengking Neraka ini sama kuatnya dengan ahli di ranah Peleburan Jiwa!”
"Paman kau benar-benar tidak punya muka!" teriak Hang Jihan, nyaris tergilas oleh ekor kalajengking raksasa itu. Capitnya yang tajam menjepit udara di dekatnya, nyaris merobek pakaiannya.
"Seni Bela Diri Tingkat Rendah: Langkah Bayangan Hantu!"
Langkah kaki Hang Jihan menari bagaikan bayangan di tengah gempuran ganas Kalajengking Neraka. Tubuhnya meliuk dengan kelincahan luar biasa, menghindari setiap serangan capit dan ekor beracun dengan presisi yang mencengangkan. Di tengah kekacauan itu, Hang Jihan memusatkan seluruh energinya ke tangan kanan. Seperti badai yang tertahan di dalam sangkar besi, energi itu mengamuk, siap meledak dan meluluhlantakkan lawannya.
Matanya tajam bagaikan elang, Hang Jihan menangkap celah sekecil apapun pada tubuh Kalajengking Neraka. Dengan gerakan gesit bagaikan kilat, dia menghantamkan tangannya ke tubuh kalajengking raksasa itu, mengeluarkan ledakan energi yang menggetarkan seluruh arena.
*BAAAM!*
Namun, rasa nyeri yang tak terbayangkan menjalar di tangan Hang Jihan seperti sengatan ribuan lebah. Seolah-olah baru saja menghantam gunung es yang kokoh, sendai dingin menusuk tulangnya, menciptakan efek kejut yang tak terduga. Rasa kecewa dan frustrasi bercampur di hatinya saat menyadari bahwa pertahanan Kalajengking Neraka masih tak tertembus.
"Sialan!" gerutu Hang Jihan, suaranya serak penuh amarah. "Bukan hanya kecepatannya yang mengerikan, tapi juga pertahanannya!"
Di sisi lain, Kalajengking Neraka tak tinggal diam. Merespon serangan Hang Jihan, ia segera mengarahkan ekor beracunnya ke arah Hang Jihan dengan kecepatan penuh. Hang Jihan, masih terhuyung mundur akibat serangan sebelumnya, terkejut dengan serangan balik yang begitu cepat. Posisinya yang tidak seimbang membuatnya hampir tak mungkin untuk menghindar.
Saat ekor kalajengking neraka itu nyaris mengenai dada Hang Jihan, sepotong suara menggema dari langit.
"Seni Bela Diri Tingkat Menengah: Tarian Pedang Jiwa," bisik suara itu, bagaikan melodi indah yang menenangkan jiwa dan membawa kedamaian di tengah pertarungan.
harusnya sebagai MC.... ilmunya di perdalam dulu... yaah kalo kalah sekali kali ya ndak papa... laaah ini, mc kalah muluuu.... hanya mengandalkan nasib baik di tolong orang lain....bener2 naif. gak menarik babarblaaas.
1. Ada sosok kuat yang membantunya.
2. latar belakang Hang Jihan yang tidak biasa, meski dia tidak mengetahuinya
3. kekuatan dari doa atau harapan ibu pada bab sebelumnya.
4.faktor lain.
dan itu aja teori dari saya hehe