Logan Ruiz, putra tunggal Darius Ruiz, marah besar ketika pria paruh baya yang ia hormati itu memutuskan menikah lagi. Ia bahkan membawa seorang wanita dan anak perempuannya ke Mansion Keluarga Ruiz. Logan berusaha menggagalkan rencana pernikahan itu dan mengajak anak perempuan wanita itu untuk bekerja sama. Namun, anak perempuan itu tak mau mengganggu kebahagiaan wanita yang sangat ia sayangi. Hingga akhirnya Logan menggunakan cara yang menurutnya paling ampuh, yakni menodai gadis itu dan mengaku di hadapan Darius Ruiz. Hal itu akan menggagalkan rencana pernikahan Ayahnya itu. Namun siapa yang menyangka jika Alina, nama gadis itu, memilih pergi agar pernikahan itu tetap berlangsung dan menutup rapat kejadian malam kelam itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JIKA DIRIMU MEMBENCIKU
“Bagaimana keadaannya?” tanya Beatrice pada seorang dokter yang memeriksa Alina. Perasaan cemas menyelimuti hati Beatrice. Ia teringat pada putrinya yang saat itu terpaksa melahirkan Carlos lebih awal karena pendarahan.
“Ia mengalami pendarahan, tapi untung saja janinnya sangat kuat. Ia masih bisa bertahan,” jawab Dokter, “Kalau nanti ada apa-apa, hubungi aku saja. Alina memiliki nomor ponselku.”
“Anda mengenal Alina, Dok?” tanya Beatrice.
“Ya, ia pernah sekali memeriksakan kandungannya di klinik,” jawab Tazzana tersenyum tipis.
“Terima kasih, Dok.”
Dokter tersebut menganggukkan kepalanya. Ia menghela nafasnya pelan dan sekali lagi melihat ke arah Alina yang sedang terbaring. Tazzana tahu bahwa Alina hamil tanpa seorang suami, wanita itu telah mengatakannya saat pertama kali datang memeriksakan kehamilannya.
Tazzana pun berlalu dari sana, ia harus bergegas karena jadwal prakteknya di klinik akan dimulai dalam tiga puluh menit ke depan.
“Granny,” panggil Carlos.
“Ada apa, Carl?” tanya Beatrice.
“Aku harus kembali sebentar ke peternakan, akan ada pembeli yang berencana memesan susu dalam jumlah besar. Aku sudah membuat janji dengannya sejak satu minggu yang lalu,” jawab Carlos.
Sebenarnya Carlos ingin tetap di sana dan menemani Alina. Bukankah itu akan menampakkan ketulusannya pada Alina? Tapi ia tak bisa karena pekerjaannya saat ini.
“Pergilah, Carl. Granny yang akan menjaga Alina di sini,” kata Beatrice menepuk bahu cucunya.
“Aku akan segera kembali ke sini setelah pertemuan itu selesai,” kata Carlos.
“Granny tahu. Pergilah dan hati-hati. Jangan ngebut,” pesan Beatrice pada cucunya itu.
“Hmm … i love you, Granny. Kabari aku jika Alina sudah sadar,” Carlos mengecup pipi wanita tua tersebut kemudian berlalu dari sana.
Beatrice duduk di samping brankar kemudian menggenggam tangan Alina, “Kamu kuat, sayang. Begitu juga dengan bayimu.”
**
Logan mengerjapkan matanya ketika efek obat bius telah habis. Ia kembali mengingat situasi terakhir yang ia alami. Ruang perawatan tersebut tampak kosong, tapi matanya menangkap sosok lain yang juga ada di dalam ruang perawatan itu.
Ia bangkit dari tidurnya dan merasakan sakit di daddanya. Namun ia mencoba menahan rasa sakit itu untuk melihat siapa yang ada di sana. Logan memegang tiang infusnya dan mulai berjalan dengan perlahan.
“Dia …, mengapa dia kembali dirawat?” Logan menautkan kedua alisnya, bertanya-tanya dalam hatinya.
Ceklekkk
Pintu ruang perawatan tersebut terbuka dan tampak Dad Darius dan juga Vin masuk. Keduanya baru saja keluar untuk menemui dokter.
“Logan! Kamu sudah sadar? Apa yang kamu lakukan? Cepat berbaring!” Dad Darius memberi perintah pada Logan karena melihat putranya itu langsung saja berjalan padahal baru sadar dari operasi.
“Aku tidak apa-apa, Dad. Hanya nyeri sedikit saja,” kata Logan.
Darius berdecak kesal melihat putranya yang selalu keras kepala, ntah menurun dari siapa.
“Dengarkan perkataan Uncle, Log. Kamu jangan membuatnya semakin kuatir,” ujar Vin.
“Apa yang ia lakukan di sini?” tanya Logan lagi sambil mengarahkan wajahnya pada Flo.
Dad Darius menghembuskan nafasnya pelan, “ia mendonorkan darahnya untukmu, padahal Dad sudah melarangnya.”
“Untukku?”
“Ya, rumah sakit tak memiliki stock, sama seperti saat Flo dioperasi waktu itu. Golongan darah kalian memang termasuk langka,” kata Darius.
Kondisi tubuh Flo memang masih sangat lemah setelah kecelakaan itu, ditambah lagi dengan usianya yang tidak lagi muda.
Logan duduk di tepi brankar sambil menatap ke arah Flo. Ia bahkan masih terus memegang tiang infus yang tadi ia bawa saat berjalan.
“Ia sangat menyayangimu, sangat. Ia bahkan rela mati demi dirimu, Log,” kata Dad Darius sambil menggenggam tangan Flo.
Logan hanya diam dan terus saja menatap. Tak lama seorang dokter dan seorang perawat terlihat memasuki ruangan. Mereka datang karena Vin menekan tombol untuk memanggil mereka.
“Maaf, Tuan. Bisakah anda berbaring? Kami akan melakukan pemeriksaan,” kata dokter tersebut.
“Hmm,” Logan menurut dan berbaring, meskipun wajahnya masih terus mengarah ke brankar yang ditempati oleh Flo.
Ia memejamkan matanya ketika dokter memeriksa luka bekas operasinya. Rasa nyeri kembali terasa tapi ia masih bisa menahannya. Setelah memastikan semua baik, dokter tersebut keluar dari ruang perawatan. Dokter hanya menambahkan obat anti nyeri pada infus Logan.
“Kamu tahu kalau kamu itu gegabah, Log?” tanya Dad Darius sesaat setelah dokter dan perawat telah keluar dari ruangan.
“Aku hanya tak menyangka ia berani menggunakan senjata di hadapan banyak orang, Dad. Kalau aku mengetahuinya, aku juga pasti akan membawa senjataku dan membalas tembakannya,” jawab Logan.
Darius kembali menghela nafas. Sepertinya putranya itu benar-benar keras kepala karena masih merasa benar dengan tindakannya, “sudahlah, semua sudah terjadi. Tak ada yang bisa diputar kembali. Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan ini, pasti memiliki maksud dan tujuannya. Sekarang beristirahatlah, Log. Daddy akan pulang sebentar untuk mandi dan berganti pakaian.”
“Aku juga harus ke perusahaan lagi, Log. Aku harus menyelesaikan kasus ini agar tak terjadi masalah,” kata Vin.
“Pulang dan beristirahatlah dulu, Vin. Besok baru kamu lanjutkan. Maafkan aku yang membuat masalah untukmu,” kata Logan.
“Ah itu sudah biasa untukku, Log. Kamu kan memang pembuat masalah,” ujar Vin sambil tertawa untuk memecah kesunyian.
“Baiklah kalau begitu, terima kasih. Aku pulang dulu, Log. Aku benar-benar merindukan tempat tidurku yang empuk,” ujar Vin melanjutkan kemudian berlalu dari sana.
Setelah kepergian Dad Darius dan Vin, kini hanya tinggal Logan dan juga Flo yang masih belum sadarkan diri. Logan kembali melihat ke arah wanita yang telah menyumbangkan darah untuknya.
Ia bangkit kembali dan untuk kedua kalinya ia melangkah bersama dengan tiang infusnya. Logan mendekat ke arah Flo lalu memperhatikan wajah wanita yang merupakan Mommy kandungnya, wanita yang telah melahirkan dirinya hingga bisa melihat dunia.
“Mengapa kamu menolongku? Seharusnya kamu membenciku, membenci anak durhaka sepertiku. Aku tak pernah bersikap baik padamu, bahkan mengharapkanmu mati. Maaf, maafkan aku … Mom.”
Logan terus memperhatikan Flo. Ia kembali mengingat cerita Dad Darius, bagaimana ia bisa berada di tangan Mom Natalie. Wanita di hadapannya, yang tengah terbaring tak sadarkan diri, memberikan dirinya untuk Mom Natalie. Demi kebahagiaan sahabatnya, wanita ini rela melepas dirinya. Padahal wanita di hadapannya bisa saja mengambil posisi Mom Natalie saat itu.
“Aku jahat sekali padamu, bukan? Kamu menyerahkanku juga tentu selain membahagiakan Mom Natalie, kamu ingin aku hidup dengan baik dan layak. Terima kasih karena masih mempertahankanku dan melahirkanku ke dunia,” Logan menghela nafasnya pelan.
“Sadarlah, Mom. Ijinkan aku berbakti padamu. Ijinkan aku menyayangimu, seperti aku menyayangi Mom Natalie.”
Hanya saja aku belum bisa mengatakan sebuah kebenaran, bahwa aku telah meninggalkan noda pada adikku sendiri. Aku jadi takut jika dirimu membenciku. - batin Logan.
🌹🌹🌹
Karyanya bagus alurnya thorr💞🙏🏻