Alena mengorbankan usia mudanya dengan menikahi Aviano. Dia menikah di usia yang terbilang masih sangat muda yaitu 18 tahun. Dirinya bahkan mengubur dalam-dalam impiannya untuk berkuliah dan lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Mengurus rumah dan 2 buah hatinya adalah pekerjaannya sehari-hari.
5 tahun pernikahan mereka, hal yang mengejutkan pun terkuak, Alviano suaminya ternyata diam-diam memiliki wanita lain. Dia telah mengkhianati kesetiaan, ketulusan bahkan semua pengorbanan yang telah di lakukan oleh istrinya selama ini.
Akankah Alena bertahan demi kedua buah hatinya, memaafkan dan memberi kesempatan kedua kepada suaminya itu? Atau, dia akan memilih mundur dan mengejar cita-citanya yang sempat dia kubur dalam-dalam?
"Perselingkuhan Suamiku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekolah
📞 "Apa saya menganggu tidur kamu?" tanya Alvian, suaranya terdengar berat nan jauh di sana.
📞 "Tidak," jawab Alena singkat.
📞 "Anak-anak terus saja memanggil nama kamu, Len."
📞 "Kamu sudah mengatakannya tadi, tidak usah di ulang-ulang lagi."
📞 " Kasihan mereka."
Alena hanya terdiam seraya mengigit bibir bawahnya keras.
📞 "Len ..."
📞 "Hmmm!"
Keheningan seketika tercipta. Kedua orang itu sama-sama diam membisu dengan ponsel yang di letakan ponsel di telinga masing-masing. Rasanya benar-benar canggung. Baru sehari melepas status suami-istri mereka sudah merasa seperti orang asing yang baru saling mengenal. Alena meremas sprei dengan telapak tangannya tidak tahu harus berkata apa.
📞 "Kalau gak ada yang mau dibicarakan lagi, aku tutup teleponnya," ucap Alena kemudian.
📞 "Tunggu, Len."
📞 "Hmmm!" Alena hanya bergumam.
📞 "Besok saya antar anak-anak pulang pagi-pagi sekali, saya harus berkerja soalnya."
📞 "Hmmm!" Lagi-lagi Alena hanya bergumam.
Tut! Tut! Tut!
Sambungan telepon pun dia tutup. Alena kembali meletakan ponsel miliknya sembarang di atas ranjang. Dirinya menutup hampir seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Alena mencoba untuk terpejam meskipun rasanya sulit sekali untuk melakukan hal itu.
"Mommy kangen kalian, Nak. Maafkan Mommy, maafkan kami," lirih Alena mengusap dada sebelah kirinya yang terasa begitu sesak kini.
* * *
Hari berganti dan waktu berlalu. 3 bulan sudah Alena menyandang status sebagai janda. Dia pun telah siap mendaftarkan diri untuk berkuliah di salah satu Universitas terbaik di kota itu. Alena akan mengejar cita-cita yang sempat dia kubur dalam-dalam. Dia akan bangkit dan melupakan masa lalunya yang kelam.
Tidak ada kata terlambat untuk mencapai apa yang menjadi cita-citanya selama ini. Meskipun mengurus kedua buah hatinya tetap menjadi prioritas utama, karena dirinya tetaplah seorang ibu dari Lani dan juga Lian buah dari pernikahannya yang sudah karam di hantam badai.
"Mommy cantik sekali, Mommy mau ke mana memangnya? Kata Eyang, Mommy mau sekolah lagi ya? Mommy 'kan sudah tua, sudah punya anak 2 lagi. Emang masih boleh sekolah?" tanya Lani dengan begitu polosnya. Dia menghampiri sang ibu yang saat ini duduk di depan meja riasnya.
"Hah? Hahaha! Kata siapa Mommy sudah tua? Belajar itu tidak memandang usia, sayang. Meskipun Mommy sudah punya 2 anak yang cantik seperti kamu, tapi Mommy masih bisa sekolah untuk mengejar cita-cita Mommy," jawab Alena meraih tubuh putrinya lalu membawa ke dalam pangkuannya kini.
"Emangnya cita-cita Mommy mau jadi apa sih?"
"Hmm! Apa ya? Mommy ingin menjadi Dokter anak. Biar kalau kalian sakit gak usah pergi ke Dokter lagi, 'kan sudah ada Dokter Alena."
"Asiiiik! Kalau aku sakit, aku gak perlu takut ke Dokter nanti, gak usah takut di suntik. Karena Dokternya ibu aku sendiri," sorak Lani terlihat senang.
"Betul sekali, sayang. Maka dari itu, mulai sekarang Mommy tidak bisa menemani kamu setiap saat, kamu jaga adik kamu baik-baik. Jangan nakal, nurut sama Eyang dan juga bibi, oke?"
"Jadi, kalau pagi Mommy berangkat sekolah. Aku sama dede Lian rumah sama Eyang? Emangnya aku gak boleh ikut Mommy ke sekolah?" Lani kembali bertanya, rasa ingin tahunya semakin menjadi-jadi.
"Tentu saja, kalau sekolah itu gak boleh bawa anak kecil. Nanti di marahi sama ibu guru."
"Baiklah kalau begitu, aku janji akan jadi anak yang baik. Akan nurut sama Eyang dan juga Bibi seperti yang Mommy katakan tadi. Mommy fokus sekolah saja, jadi Dokter anak biar aku atau dede Lian sakit gak perlu pergi ke Rumah sakit. Aku sayang Mommy."
Alena memeluk tubuh mungil putrinya. Di usianya yang terbilang masih balita, gadis kecil itu sudah memiliki pemikiran yang dewasa dan memiliki kecerdasan yang luar biasa. Dia benar-benar merasa bersyukur, karena itu artinya mental Lani baik-baik saja meskipun dia tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya.
Ceklek!
Pintu kamar di buka lebar, Lian si bungsu masuk ke dalam kamar bersama sang nenek. Dia segera berlari lalu naik ke dalam pangkuan ibundanya sama seperti sang kakak.
"Mommy mau ke mana?" tanya Lian dengan suaranya yang khas.
"Mommy pergi dulu ya, sayang. Kalian baik-baik di rumah ya. Jangan nakal, nurut sama Eyang."
"Ikut ..."
"Jangan ikut dede, Mommy mau sekolah biar Mommy kita bisa jadi Dokter," celetuk Lani menatap wajah sang adik.
"Jadi Dokter?"
"Iya, kamu mau 'kan kalau Mommy kita ini jadi Dokter? Nanti kalau kita sakit gak perlu pergi ke Rumah Sakit, dede 'kan takut di suntik."
"Iya juga ya. Ya udah aku tidak ikut kalau begitu."
Baik Alena maupun Nyonya Inggrid, menatap wajah Lani dan juga Lian seraya tersenyum lucu. Melihat mereka ngobrol santai di atas pangkuan Alena membuat hati ibu dan nenek itu merasa senang tentu saja.
"Kalian pintar banget sih. Mommy berangkat dulu ya. Kalian baik-baik di rumah ya."
Lani dan adiknya mengangguk secara bersamaan. Keduanya pun turun dari pangkuan sang ibu, berjalan dengan bergandengan tangan keluar dari dalam kamar.
"Bu, boleh ya aku pinjam mobil ayah? Aku malas naik taksi," tanya Alena sesaat setelah mereka sampai di lantai dasar.
Ckiiit!
Sebuah mobil tiba-tiba saja berhenti tepat di depan teras rumah. Mobil berwarna merah warna kesukaan Alena. Fazril keluar dari dalam mobil lalu melambaikan tangan kepada Alena, ibu dan kedua keponakannya yang masih berada di dalam rumah.
"Abang! Mobil siapa ini? Abang beli mobil baru lagi?" tanya Alena berjalan menghampiri.
"Tidak."
"Nah, ini mobil siapa? Joknya masih di bungkus gitu? Ini mobil baru 'kan?" Alena menghampiri mobil tersebut.
"Mobil ini untuk kamu, Len. Ini adalah hadiah dari Abang karena kamu sudah menjadi wanita yang luar biasa."
Kedua mata Alena seketika berkaca-kaca merasa terharu tentu saja.
"Abang ..." gumam Alena menatap lekat wajah sang kakak.
BERSAMBUNG
...****************...
mna ad orang tua yg rela anak x diselingkuhi ..
sdh tepat keputusan mm x alena.
untuk menempa ilmu buat msa depan
ak pun akan berbuat sma sesama .
orang tua
dri pd sakit hati berkepanjangan
klo berpisah bsa jd ad yg sanggup ..
mengobati luka mu..
yg bisa buat bahagia dan tenang..
banyak orang sukses ....
sarjana aj banyak nganggur ..
tergantung keberuntungan ..
contoh x ak bisa dibilang gk sekolah ..
bisa dibilang ak sekses dlm ekonomi..
keberuntungan berpihak pd ku...