NovelToon NovelToon
Bunda Bukan Wanita Malam

Bunda Bukan Wanita Malam

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Patahhati / Duda / Single Mom
Popularitas:49.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!)

Demi mendapatkan uang untuk mengobati anak angkatnya, ia rela terjun ke dunia malam yang penuh dosa.

Tak disangka, takdir mempertemukannya dengan Wiratama Abimanyu, seorang pria yang kemudian menjeratnya ke dalam pernikahan untuk balas dendam, akibat sebuah kesalahpahaman.


Follow IG author : Kolom Langit

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Om Wila Jahat sama Bunda, Opa ...

Wira masih melamun dengan sekelumit tanda tanya di benaknya. Tak henti-hentinya ia memikirkan putri kecil yang telah lama terpisah darinya. Rasanya kerinduan itu seakan membunuhnya. Pencarian selama empat tahun bukanlah hal yang mudah. Ia akan melakukan apapun demi menemukan belahan jiwanya yang hilang.

Waktu menunjukkan pukul tujuh pagi, ketika Wira dan Bima sedang duduk di dalam sebuah pesawat untuk kembali ke ibu kota. Wira menatap keluar jendela. Cuaca yang mendung seolah menggambarkan kesedihannya. Tanpa terasa air matanya jatuh begitu saja.

"Pasrahkan saja semuanya pada takdir. Kalau Tuhan berkehendak, kau pasti akan menemukan anakmu," ujar Bima mencoba menghibur Wira.

"Aku hanya tidak mengerti semua ini. Shera itu seorang ibu. Tapi dia bahkan tega meninggalkan anak yang lahir dari rahimnya. Sedangkan Via ... dia mencintai Lyla dengan sepenuh hati, padahal Lyla bukan anak kandungnya." Wira mulai teringat pada kasih sayang dan kelembutan Via pada Lyla. Mengingat itu entah mengapa hatinya terasa menghangat. Jika ia menemukan anaknya, mungkin Via akan memperlakukan putrinya sama seperti Lyla. Begitu isi pikiran Wira.

Bima yang belum mengerti maksud ucapan Wira hanya dapat mengerutkan dahinya. "Apa maksudmu? Lyla bukan anak kandung Via?" tanya Bima heran. "kau tahu darimana?"

Wira kembali menatap keluar jendela dimana butiran-butiran air hujan mulai berjatuhan. Laki-laki itu ingat malam sebelum keberangkatannya ke Bali, ia memaksa istrinya dengan kasar, sehingga Via begitu ketakutan hingga gemetar. Terlebih, Lyla sempat melihatnya mendorong Via hingga terjatuh.

"Via itu wanita baik-baik. Aku sudah salah menilainya," lirih Wira mengutuk perbuatannya dalam hati.

Kerutan di kening Bima semakin dalam, pertanda laki-laki itu semakin bingung. "Tunggu! Aku belum menangkap inti dari apa yang kau bicarakan barusan. Coba jelaskan kembali."

"Iya, aku salah menilai Via. Dia bukan wanita malam. Dia masih utuh. Dan aku sudah--" Wira sudah tidak melanjutkan ucapannya, membuat Bima menganga tak percaya. Ia mulai menebak dalam hati apa maksud Wira.

"Maksudmu kau sudah ..." ujar Bima terputus. "Kau memaksanya?"

Wira menjawab dengan anggukan pelan. Ia begitu menyesali perbuatan kasarnya pada Via. Namun, tak bisa dipungkiri olehnya bahwa dalam penyesalannya itu ada secercah rasa syukur, karena pada akhirnya ia tahu bagaimana Via yang sebenarnya.

"Kau pasti sudah gila, Wira."

Wira mengusap wajahnya. Pikirannya bercabang antara Via dan Lyla, juga anaknya yang hingga kini belum pasti keberadaannya. "Bagaimana aku akan minta maaf pada Via? Dia mungkin akan membenciku. Aku termakan ucapan Aldi."

Mendengar ucapan bodoh yang keluar dari mulut Wira membuat Bima garuk-garuk kepala tidak jelas. Ia ikut prihatin dengan nasib bosnya itu. Namun apa daya, nasi telah menjadi bubur. Bima hanya dapat berdecak heran.

****

Sementara itu di sebuah rumah sakit, Via baru saja selesai menyuapi bubur untuk putri kecilnya. Sepertinya selera makan Lyla sedang bagus. Ia menghabiskan semangkuk kecil bubur itu dengan lahap.

"Enak ya, Sayang?" tanya Via sembari tersenyum lega. Kondisi Lyla sudah membaik. Tidak seperti kemarin saat mereka membawanya ke rumah sakit. Dimana wajah Lyla sangat pucat.

"Enak, Bunda."

Via mengusap bibir anak gadisnya dengan tissue, lalu mengecup kening. "Anak bunda memang pintar dan kuat. Makanya bunda sayang."

"Lyla kan anak baik, Bunda."

"Iya, Sayang."

Tidak lama kemudian, pintu ruangan itu terbuka. Via menoleh ke arah pintu. Tampak ayah mertuanya ada di sana bersama Surya yang membawa beberapa kantongan belanjaan di tangannya. Tadi saat dalam perjalanan ke rumah sakit, ia meminta Surya untuk mampir ke swalayan untuk membelikan susu dan beberapa perlengkapan lain untuk Lyla.

"Selamat pagi, Nak!" sapa nya sambil tersenyum ramah. Via segera menyambut kedatangan ayah mertuanya dengan mencium punggung tangannya. Pria paruh baya itu mendekat menuju pembaringan, dan mengusap pucuk kepala Lyla. "Bagaimana keadaan Lyla? Apa kata dokter?"

"Kata dokter Lyla masih harus menjalani beberapa pemeriksaan, Ayah. Tapi Lyla sudah membaik. Dia tidak mengigau lagi seperti kemarin."

"Baiklah ... syukurlah," ucapnya seraya bernapas lega.

Via menatap ayah mertuanya yang kini sedang duduk di bibir pembaringan itu sambil membawa Lyla ke pangkuannya. Satu hal yang disyukuri oleh Via, bahwa mertuanya bersikap baik pada Lyla dan mau menerima gadis kecil itu.

"Ayah, terima kasih sudah mau membantuku dan Lyla. Aku tidak tahu harus berterima kasih dengan cara apa," lirih Via.

"Kenapa kau harus berterima kasih? Bukankah Lyla adalah cucuku juga. Iya kan, Lyla." Dengan lembut, ia mengusap rambut dan punggung Lyla.

"Iya, Opa."

Via masih berusaha menahan air mata yang kini menggenangi bola matanya. "Ayah, aku mau ke ruangan dokter sebentar."

"Sebentar, Via ..." ia mengeluarkan dompet dari saku celana dan memberikan sebuah kartu pada Via. "Gunakan ini untuk keperluanmu, Nak!" ucapnya sambil menyerahkan sebuah kartu.

"Tidak usah, Ayah. Ayah sudah membantuku membawa Lyla kemari. Itu sudah cukup."

"Tidak, Nak ... Kau membutuhkan ini. Ambillah, ini bukan untukmu, tapi untuk Lyla."

Tangan Via terulur menerima pemberian ayah mertuanya itu. "Terima kasih, Ayah."

"Baiklah, aku akan menemani Lyla di sini. Kau pergilah dulu. "

Setelah memberi tahu nomor pin kartu pemberiannya, Via pun beranjak menuju ruangan dokter, meninggalkan mertua dan juga Lyla di kamar itu. Sementara Surya masih tetap setia berdiri di sana sambil memperhatikan interaksi antara tuannya dan juga balita berusia empat tahun itu.

"Opa ..." panggil Lyla. Ia kini duduk di pembaringan sambil memainkan boneka barbie usangnya.

"Iya, Nak!"

"Lyla sama bunda mau pulang ke panti ajah. Lyla tidak mau tinggal di lumah Om Wila lagi," ucap Lyla dengan polosnya.

Ucapan Lyla membuat laki-laki itu mengerutkan alis pertanda sedang memikirkan sesuatu. "Memangnya kenapa, Nak?"

"Lyla takut sama Om Wila, Opa ..." lirihnya menatap sang opa. "Om Wila galak. Om Wila juga jahat sama bunda, suka malahin bunda, teyuss suka dolong bunda. Bundanya jatuh teyus nangis." Dengan polosnya, Lyla mengadukan semua perbuatan Wira selama berada di rumah itu. Bahkan gadis kecil itu terlihat sedih saat menceritakan semua itu.

Terkejut, pria berusia 55tahunan itu menatap Surya. Tatapannya kini menggambarkan kemarahan.

"Jadi Om Wira sering memarahi Lyla?" tanya nya hendak memastikan.

"Iya, Opa. Lyla cuma pinjam boneka plinsyesnya, teyus Om Wila malahin Lyla. Takut Opa, Om Wila jahat. Lyla tidak syuka Om Wila. Lyla mau pulang ke panti ajah." Walau pun cara berbicara Lyla masih sangat belepotan dan kadang tidak jelas, namun pria itu dapat mengerti dengan baik apa maksud gadis kecil itu. Begitu pun dengan Surya yang menatap iba pada bocah kecil itu.

Ia teringat kembali pembicaraannya dengan Via kemarin saat Lyla sedang ditangani beberapa dokter di ruang IGD. Ia menanyakan bagaimana Wira memperlakukannya. Namun, Via selalu berusaha menutupi semua dengan berkata Wira selalu bersikap baik padanya dan juga Lyla. Akan tetapi kini ia tahu yang sebenarnya melalui Lyla. Seorang gadis kecil polos yang tak mungkin berbohong.

Jadi seperti ini perbuatan Wira selama ini. Dia sudah benar-benar keterlaluan. Bahkan Lyla sedang sakit tapi dia malah tidak bisa dihubungi sampai sekarang. Tidak sedikit pun dia peduli pada Via dan Lyla. ucapnya dalam batin.

...........

1
Rani R.i
slalu ada bawang di mana mana😭😭😭🤣🤣🤣
Rani R.i
wkwkwk🤣🤣🤣🤣🤣
karin Ke
udah baca kk chica
tp ntar mau baca ulang lagi 😁😁
karin Ke
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
lubang yang salah 😆😆😆😆😆😆
Gina Savitri
Lagi hamil tapi bodoh banget via main keluar aja, bukan telfon bantuan dari di dalem tadi..
Gina Savitri
Ada kok di tamini square pintu belakang 😁
Nuryati Yati
👍👍
Nuryati Yati
🤣🤣🤣tk kirain yg tanya Lyla ternyata Wira sableng to/Facepalm//Facepalm/
Nuryati Yati
nah kan ketahigan Wira sableng 😁
karin Ke
udah baca juga kisahnya zian dan naya kk chica 😊😊
banyak mengandung bawang 😭😭😭😭
Gina Savitri
Apa kabarnya elu shera udah bersuami tapi memilih kabur sama laki2 lain kelakuan elu shera lebih rendah dari wanita malam 😏
karin Ke
berapa banyak barangnya kk chica 😭😭😭😭😭😭😭
karin Ke
anakmu di depan mata wira sableng 😡😡😡😡😡😡
karin Ke
lhaa udah pasti wira sableng
lyla kn anakmu 😏😏😏😏
karin Ke
balik baca lg kk chica🤭🤭
blm bisa move on
Nuryati Yati
😭😭😭
Nuryati Yati
ada apa dengan Lyla
Nuryati Yati
semoga berhasil
Nuryati Yati
🤣🤣
Nuryati Yati
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!