Hari harusnya menjadi hari bahagia tiba-tiba berubah menjadi hari duka. Pernikahan yang sudah berada di depan mata harus terkubur untuk selama-lamanya.
Tepat di hari pernikahannya Yudha mengalami sebuah kecelakaan dan tidak bisa terselamatkan. Namun, sebelum Yudha menghembuskan nafas terakhirnya dia berpesan kepada Huda, sang adik untuk menggantikan dirinya menikahi calon istrinya.
Huda yang terkenal playboy tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan berat hati dia pun menyanggupi permintaan terakhir sang kakak. Mampukah Huda menjadi pengganti kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikahi Calon Ipar ~ 24
Meskipun berada dalam dekapan Huda, bukan berarti Husna luluh dengan penjelasan yang keluar dari mulut Huda. Husna hanya merasa takut karena sama sekali tak ada penerangan dalam kegelapan dalam kamarnya. Kilatan cahaya petir yang membelah langit, bisa terlihat dengan jelas dari dalam kamarnya.
"Kalau takut, tutup saja matamu, Mbak. Peluk yang erat. Aku ada disini untukmu."
Sebuah kesempatan dalam kesempitan. Begitulah yang dirasakan oleh Huda. Dia menggunakan kesempatan agar Husna memeluk tubuhnya dengan erat.
Karena saat ini Husna benar-benar sangat ketakutan, dia pun langsung memeluk tubuh Huda, meskipun sebenarnya dia sedang kesal padanya.
Ya Allah, semoga saja hujan dan mati lampunya awet sampai pagi, biar mbak Husna nemplok kayak gini sampai pagi. Huda hanya bisa melafalkan doa dalam hati, berharap apa yang dia inginkan terkabulkan, mengingat semakin lama hujan semakin turun dengan deras. Sesekali suara petir juga saling menyahut, membuat Husna tidak bisa memejamkan matanya karena merasa takut.
"Mbak, kamu denger detak jantungku enggak?"
Husna yang bisa mendengar detak jantung Huda dengan sangat jelas hanya bisa menahan napas. Detak jantung yang sangat berdebar dengan sangat cepat. Bahkan bukan hanya punya Huda saja seperti itu. Jantung Husna pun tak kalah berdengung lebih kencang dari biasanya.
"Enggak. Aku enggak dengar." Husna mencoba untuk berbohong.
"Ah, masa sih, Mbak. Aku aja bisa deringin lho. Masa kamu yang meluk enggak dengar?" protes Huda. "Eh, tapi ngomong-ngomong kok hawanya jadi panas sih? Padahal tadi kan dingin. Iya gak sih, Mbak?"
Husna hanya membuang napas kasarnya. Meskipun diluar turun hujan deras sangat deras, tetapi tak membuat dua tubuh yang saat ini sedang menempel ikut merasakan dingin. Yang ada hang hawa panas dari dalam tubuh keduanya.
"Kamu tuh cerewet! Udah diam napa! Mending tidur aja!" tegur Husna yang tidak menjawab akan pernyataan Huda.
"Ya udah aku diam. Tapi Mbak .... gimana aku bisa tidur kalau tuh perkutut malah bangun. Mana udah sesak pengen keluar dari sarangnya," ucap Huda dengan rasa sesak yang dia rasakan.
"Mbak ... palang merahnya udah siap belum? Kalau udah kita jelajah ya?" bisik Huda dengan pelan.
Husna hanya bisa menelan kasar salivanya serta. Tubuhnya mulai menegang saat mendengar bisikan dari Huda.
"Mbak kok diam aja, sih? Biasanya sih kalau diam itu tandanya benar dong tebakan aku. Mbak Husna udah gak palang merah lagi kan? Jadi kita bisa jelajah ke angkasa dong malam ini."
Husna langsung menabok lengan Huda. "Apaan sih kamu, Hud." Wajah Husna pun mulai bersemu, sekalipun cuaca teras dingin.
Sebagai seorang pria normal yang sudah beristri tentu saja Huda tidak bisa untuk menahan hawa nafsunya. Barang halal yang ada didepan mata tidak mungkin diabaikan begitu saja. Malam yang panjang pun akhirnya dilewati oleh pasangan suami-istri dengan panas, sekalipun saat dalam keadaan gelap tak bercahaya.
Husna yang telah menerima dengan Ikhlas pernikahannya dengan Huda, tidak bisa menolak saat pria yang berstatus suami meminta akan hak-nya. Begitu juga Husna yang saat ini adalah seorang istri, sudah semestinya dia memberikan kewajibannya untuk melayani Huda.
***
Mentari pagi telah menghangatkan belahan bumi yang hampir satu malaman di guyur hujan tanpa henti. Bahkan hujan lebat tadi malam mengakibatkan berapa pohon tumbang sehingga menyebabkan listrik padam. Beruntung saja di dalam rumah masih ada stok air untuk pasangan suami istri itu mandi.
Dengan rambut yang dibungkus dengan handuk, Husna telah berkutat di dapur, sementara Huda mempersiapkan apa yang akan dia bawa pulang nanti.
"Mbak .... Mbak Husna ... " panggil Huda yang baru keluar dari kamarnya.
Husna yang berada di dapur hanya sekilas menoleh kearah Huda yang tengah berjalan mendekatinya.
"Ada apa, Hud?" tanyanya.
"Gak ada cuma manggil aja!" Huda pun langsung tertawa pelan setelah sampai ke samping Husna.
Husna hanya berdecak dengan pelan dan kembali melanjutkan lagi aktivitasnya, tanpa ingin membalas lagi ucap Huda.
"Mbak ... Mbak Husna tuh kalau lagi gak pakai jilbab tuh cantik banget lho. Aku bersyukur karena kecantikan Mbak Husna hanya untukku. Mbak, makasih ya udah mau nerima aku apa adanya. Maaf jika aku belum bisa menjadi suami yang sempurna untuk Mbak Husna, tapi aku janji akan segera menjadi suami yang sempurna untuk Mbak Husna. Aku akan menjadi apa yang diinginkan oleh Mas Yudha untuk menjaga Mbak Husna," oceh Huda panjang lebar.
Husna tetap fokus pada masakannya agar tidak gosong. Husna tau, semua butuh proses. Dan cinta itu tidak bisa dipaksakan. Jikapun saat ini Huda telah mencintainya, mungkin itu adalah sebuah keajaiban, mengingat Huda adalah sosok play boy.
"Kamu ngomong apa sih, Hud! Udah duduk sana, bentar lagi sarapannya siap."
"Mbak Husna kenapa sih? Kan aku hanya ngomong apa adanya. Kamu percaya kan sama aku, Mbak?"
...***...
segala sesuatu memang harus dibiasakan kok
kak author beneran nih ditamatin,,,,,,,
astagfiruloh
torrr ini beneran tamat