NovelToon NovelToon
Hate Is Love

Hate Is Love

Status: tamat
Genre:Romansa / Tamat
Popularitas:6.2M
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Kolaborasi kisah generasi Hikmat dan Ramadhan.

Arsy, cucu dari Abimanyu Hikmat memilih dokter sebagai profesinya. Anak Kenzie itu kini tengah menjalani masa coasnya di sebuah rumah sakit milik keluarga Ramadhan.

Pertemuan tidak sengaja antara Arsy dan Irzal, anak bungsu dari Elang Ramadhan memicu pertengkaran dan menumbuhkan bibit-bibit kebencian.

"Aduh.. maaf-maaf," ujar Arsy seraya mengambilkan barang milik Irzal yang tidak sengaja ditabraknya.

"Punya mata ngga?!," bentak Irzal.

"Dasar tukang ngomel!"

"Apa kamu bilang?"

"Tukang ngomel! Budeg ya!! Itu kuping atau cantelan wajan?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wake Up

Stella membuka matanya, dia melihat ke sekeliling, sesaat kemudian dia menyadari bahwa dirinya tengah berada di sebuah terowongan. Stella berdiri tepat di tengah terowongan. Dia melihat ke sebelah kanan, terlihat seberkas cahaya di ujung terowongan, sedangkan di sebelah kirinya hanya kegelapan yang nampak. Seketika ketakutan menyergap dalam hatinya, terlebih dia juga mendengar suara-suara aneh yang sepertinya berasal dari dinding terowongan.

Perlahan Stella berjalan sambil meraba-raba menuju cahaya yang berada di ujung terowongan, tetapi tiba-tiba dia merasa ada sebuah tangan yang menahan kakinya. Stella melihat ke bawah dan melihat sebuah tangan hitam mencengkeram pergelangan kakinya, Stella pun berteriak ketakutan

“Aaaagghh....!!!!.... tolong..! tolong..!”

Stella berteriak sekuat tenaga, tetapi suaranya hanya bergaung di sekitar terowongan saja. Gadis itu berusaha keras melepaskan diri dari cengkeraman, dia menarik kakinya sekuat tenaga, tetapi kemudian muncul lagi dua buah tangan, kali ini kedua pergelangan kaki Stella sudah berada di cengkeraman tangan-tangan hitam tersebut.

Stella terjatuh, dia meronta-ronta mencoba melepaskan diri. Lalu melihat dari atas dinding terowongan kembali muncul tangan-tangan hitam hendak menangkap dirinya. Stella semakin ketakutan, dia berteriak dan meronta mencoba melarikan diri. Tiba-tiba sebuah suara yang dikenalinya terdengar memanggil namanya.

“Stella... Stella..” panggil suara itu.

“Eyang..”

“Iya. Ini Eyang sayang. Ayo terus jalan, ikuti suara eyang. Kamu jalan menuju cahaya, sayang.”

Stella melepaskan diri kemudian berjalan menuju titik cahaya di ujung terowongan. Sepanjang jalan terowongan tersebut begitu gelap, dan gadis itu kembali mendengar suara-suara aneh yang membuat bulu kuduknya berdiri. Seakan mengerti ketakutan Stella, suara Cakra kembali terdengar untuk menenangkannya.

“Jangan takut Stella, berdoa saja seperti yang eyang ajarkan.. berdoa dalam hati minta pertolongan kepada Allah, dan jangan takut ada eyang yang menemanimu di sini.”

Setelah berjalan beberapa saat lamanya, akhirnya Stella sampai juga di ujung terowongan. Cahaya di luar terowongan begitu terang sampai dia tidak bisa melihat apa yang ada di luar sana.

Stella terus berjalan menembus cahaya yang semakin terang dan menyilaukan mata. Semakin jauh berjalan cahaya menjadi semakin terang. Dia memicingkan matanya untuk menahan silaunya cahaya, tetapi cahaya itu begitu terang hingga dirinya tidak tahan lagi dan menutup matanya sambil terus berjalan sambil meraba-raba. Tak berapa lama gadis itu mendengar sebuah suara memanggilnya.

“Stella.. Stella..”

Perlahan Stella membuka matanya. Samar-samar terlihat seorang pria paruh baya mengenakan jas putih tengah melihat ke arahnya. Sejenak gadis itu hanya terdiam, ketika dokter tersebut mengarahkan sinar senter ke matanya. Tak lama dia mematikan senter tersebut dan memasukkan ke dalam saku jas snelinya.

“Selamat datang kembali Stella..” ujar Reyhan seraya tersenyum.

“Saya di mana dokter?”

“Kamu di rumah sakit. Apa kamu ingat apa yang terjadi padamu?”

Sejenak Stella terdiam. Mencoba mengingat kejadian yang menimpanya. Yang terakhir diingatnya adalah seekor kucing berwarna hitam meloncat ke mobilnya, membuat gadis itu harus membanting stir. Kemudian sebuah mobil menabrak kendaraannya sampai berputar dan menabrak tiang lampu jalan. Setelah itu semuanya gelap.

“Aku… kecelakaan dok.”

“Iya.”

“Aku masih hidup kan, dok? Aku belum mati kan? Dokter beneran dokter kan? Bukan malaikat?”

“Hahaha…”

Reyhan hanya tertawa mendengar rentetan pertanyaan absurd Stella. Sepertinya gadis ini sudah sadar sepenuhnya. Stella menatap dokter berwajah tampan yang usianya mungkin sepantar dengan papinya.

“Dokter..”

“Ya..”

“Beneran bukan malaikat kan? Soalnya ganteng.”

“Hahaha… kamu itu lucu sekali. Sebentar saya periksa kamu dulu, ya.”

Dibantu seorang suster, Reyhan memeriksa kondisi Stella, dari mulai mengecek tanda vital, tekanan darah dan juga nadinya. Setelah kondisi Stella dipastikan baik-baik saja, Reyhan memerintahkan suster untuk menyiapkan kamar VVIP untuk cucu dari Cakra dan Sekar.

“Dok.. saya ngga sadar berapa hari?”

“Dua hari.”

“Dua hari? Lama juga ya, dok. Terus mami saya gimana? Pasti mami nangis-nangis. Bisa tolong kasih tau mami saya, dok. Saya udah sadar.”

“Iya, kamu tenang aja. Nanti saya kasih tau mamimu.”

“Sama eyang juga. Dokter tahu eyang saya ngga?”

“Tahu.”

“Bilang ke eyang, cucu kesayangannya baik-baik aja.”

“Iya anak cantik,” Reyhan mengusak puncak kepala Stella saking gemasnya.

Suster yang sedari tadi menemani Reyhan tak bisa menahan tawanya. Baru kali ini ada pasien yang sadar dari komanya langsung banyak bicara seperti itu. Jangan-jangan kemarin gadis itu bukan koma, tapi tidur.

🍁🍁🍁

Setelah Stella dipindahkan ke ruang perawatan, semua sepupunya datang bergantian untuk menjenguk. Hanya Anya dan Irvin yang tetap ada di ruangan. Cakra dan Sekar juga tidak bisa berlama-lama di rumah sakit, karena faktor umur. Yang penting cucunya sudah tidak dalam keadaan bahaya lagi, mereka bisa pulang ke rumah dengan tenang.

Arsy yang mendengar kalau Stella sudah dipindahkan ke ruang perawatan bergegas menuju lantai 11. Di lift dia bertemu dengan Irzal juga Daffa yang juga hendak menjenguk sepupunya itu.

“Mau lihat Stella?” tanya Daffa.

“Iya. Dokter juga?”

“Hmm..”

Arsy melirik pada Irzal yang tak mengatakan apapun. Pria itu hanya berdiri dengan mata menatap ke depan dan wajah tanpa ekspresi. Arsy memilih mengalihkan pandangannya ke depan dan tak mempedulikan Irzal yang sama sekali tidak menyapanya. Padahal saat mengantarkan Stella ke rumah sakit, pria itu terlihat peduli padanya.

Pintu lift terbuka, Arsy lebih dulu keluar disusul oleh Daffa dan Irzal. Kedua pria itu mengekori Arsy yang berjalan di depan. Mereka masuk ke dalam ruang perawatan VVIP. Di dalam ada Anya, Irvin, Arya dan juga Geya. Anya menyambut kedatangan Daffa dan Irzal dengan hangat.

“Gimana kabarnya Stella? Masih ada yang sakit?” tanya Daffa.

“Ngga, dok. Alhamdulillah udah sehat. Dokter anaknya dokter Reyhan ya?”

“Iya. Kok tempe?”

“Mukanya mirip. Sama-sama ganteng, hihihi…”

Arsy memutar bola matanya mendengar ucapan Stella. Sungguh sebuah kalimat yang tidak disangka akan keluar dari mulut pasein korban kecelakaan yang baru saja sadar dari komanya selama dua hari.

“Stella.. kenalkan ini Irzal. Dia yang menolongmu waktu kecelakaan,” Anya memperkenalkan Irzal pada putrinya.

Mata Stella yang tadi menatap Daffa beralih pada Irzal. Sejenak gadis itu memandangi wajah Irzal yang melihatnya tanpa ekspresi. Dia melayangkan senyuman seraya mengucapkan terima kasih. Irzal hanya menganggukkan kepalanya. Pria itu lalu memilih duduk di sofa, mengobrol dengan Arya dan Irvin. Daffa juga ikut menyusul duduk di sana. Geya berdiri dari duduknya kemudian mendekati bed Stella.

“Sssttt.. Sy.. beneran tuh orang yang nolong gue?”

“Iya, dari rekaman di mobil lo sama cctv dia emang narik elo keluar dari mobil terus bopong elo ke mobilnya. Emangnya kenapa?”

“Gue penasaran.”

“Penasaran apaan?”

“Kira-kira pas dia gendong gue. Tuh muka ada panik-paniknya apa lempeng aja kaya gitu?”

Arsy menoyor kepala sepupunya ini yang malah mengajukan pertanyaan absurd. Sepertinya dia harus mengajukan CT Scan ulang untuk sepupunya ini. Khawatir kalau ada salah satu sel otaknya yang bergeser.

“Nih gue kasih tau. Mukanya bukan panik apalagi lempeng. Tapi mukanya tuh tegang nahan kentut, soalnya elo berat banget ditambah dosa tambah berat kan,” celetuk Geya yang sedari tadi mendengarkan percakapan kedua sepupunya.

“Hahahaha…”

Tawa Arsy langsung pecah mendengar jawaban nyeleneh Geya. Anak kedua dari Kenan ini memang tingkah dan ucapannya benar-benar amazing dan kerap bikin kepala geleng-geleng. Bukannya marah, Stella malah mengajukan pertanyaan yang tidak kalah nyeleneh.

“Tegang nahan kentut yang kaya gimana modelannya?”

“Yang kaya gini nih.”

Geya memperagakan gaya ketika Irzal membopong Stella dengan ekspresi mesem-mesem ngga jelas. Arsy semakin tak bisa menahan tawanya. Irzal, Daffa dan Arya hanya melihat ketiga gadis itu dengan keheranan.

“Lo ngapain sih nanyain begituan? Lo naksir ye sama dia?”

“Gue emang berterima kasih sama dia karena udah nolongin gue. Tapi sorry-sorry aja nih. Otak gue masih normal, mata gue masih jeli. Biar kata gue jomblo, gue mikir-mikir kali naksir ama es kering model dia.”

“Hahahaha…” kali ini ketiganya tertawa bersamaan.

“Kayanya anak om udah sehat ya. Itu udah bisa ketawa-ketawa gitu,” ujar Irzal pada Irvin.

“Alhamdulillah, sepertinya begitu. Terima kasih ya, Zal. Kamu sudah nolongin Stella.”

“Sama-sama om.”

“Kalau begitu saya pamit ya, om,” Irzal berdiri dari duduknya.

“Saya juga pamit, om,” Daffa ikut berdiri.

“Iya, silahkan. Terima kasih sekali lagi.”

Irzal dan Daffa juga berpamitan pada Anya dan Arya. Kemudian mereka menghampiri bed Stella. Ketiga gadis yang masih asik berbincang itu terdiam ketika dua pria yang wajahnya sukses membuat para wanita meleleh mendekatinya.

“Kita pamit dulu, ya. Cepat sembuh, Stella,” ujar Daffa.

“Sekali lagi terima kasih ya kak Irzal,” Stella melayangkan senyuman manisnya dan hanya dijawab anggukan oleh Irzal.

“Sy.. kamu mau balik ke IGD?” tanya Daffa.

“Iya, dok. Stel.. gue ke balik kerja dulu. Nanti gue ke sini kalau udah beres.”

“Sip.”

Stella mengangkat kedua jempolnya ke arah Arsy. Gadis itu terus memperhatikan ketiga orang yang baru saja keluar dari kamar perawatannya. Kemudian melanjutkan pembicaraan dengan Geya.

🍁🍁🍁

Malam mulai menjelang. Arsy yang tadinya hendak menginap, diminta Anya untuk pulang. Malam ini dirinya yang akan menemani Stella di rumah sakit. Wanita itu merapihkan selimut yang menutupi tubuh Stella.

“Stel.. waktu itu apa benar kalau kamu melihat kucing hitam loncat dari atas pohon?”

“Iya, mi. Kenapa mi?”

“Ngga apa-apa.”

“Euung… mi… tadi ada yang ngintip aku deh kayanya dari balik pintu.”

“Siapa?”

“Ngga tau, mi. Gelap kaya cuma bayangan aja.”

“Perasaan kamu aja kali. Sekarang kamu tidur ya.”

Anya kembali membenarkan letak selimut Stella. Kemudian wanita itu menuju sofa yang ada di sana dan membaringkan tubuhnya. Sejak kemarin malam Anya tidak bisa tidur nyenyak karena mengkhawatirkan Stella. Tapi sekarang kondisi anaknya itu sudah mulai membaik. Dia bisa mengistirahatkan tubuhnya dengan tenang.

Melihat maminya sudah memejamkan mata. Stella pun memilih untuk tidur. Obat yang tadi diminumnya sudah mulai memberikan efek kantuk padanya. Beberapa kali gadis itu menguap sebelum akhirnya jatuh tertidur.

Tidur Stella terganggu ketika mendengar gerakan-gerakan di dekat bednya. Matanya membuka perlahan, lalu menangkap seorang suster tengah memeriksa selang infusannya. Dia terlihat tengah mengatur ritme tetesan infusan.

“Loh kok bangun?” tanya suster.

“Ngga apa-apa sus.”

“Dilanjutkan tidurnya, sudah malam.”

Stella tersenyum mendengar ucapannya, lalu di melihat nametag di dada suster tersebut, tertulis nama Meranti. Stella terdiam sejenak, sepertinya dia belum pernah melihat suster Meranti sebelumnya semenjak dia siuman.

“Suster, kok kayanya saya belum pernah lihat suster sebelumnya,” ucap Stella.

“Saya baru masuk kerja lagi, habis cuti panjang,” jawab suster Meranti seraya tersenyum.

“Ok, selamat tidur ya,” lanjut suster Meranti kembali sebelum meninggalkan kamar. Stella pun hanya menjawab dengan anggukan.

Semenjak kedatangan suster Meranti, Stella jadi tidak mengantuk. Dia melihat pada Anya yang sudah tertidur pulas. Stella berusaha untuk melanjutkan tidurnya kembali. Namun baru saja dirinya memejamkan mata, pintu kamarnya terbuka lagi. Stella membuka matanya lagi, seorang suster lain masuk ke dalam kamarnya dan memeriksa infusannya lagi seperti yang dilakukan suster Meranti tadi. Stella yang merasa bingung hanya memandang suster tersebut dengan tatapan aneh.

“Kenapa mba Stella?” tanya suster itu seraya tersenyum. Stella tidak langsung menjawab, dia melihat nametag suster dan tertera nama Yeni di sana.

“Suster, bukannya tadi udah ada yang masuk, ya?”

“Hmm.. oh ya? Saya baru ganti shift mba, dan belum ada yang periksa mba Stella, baru saya kayanya.”

“Tapi bener kok tadi udah ada yang dateng ke sini,” ujar Stella meyakinkan.

“Siapa namanya?” tanya suster Yeni penasaran.

“Suster Meranti,” mendengar jawaban Stella, suster Yeni terkejut. Dia terdiam sesaat.

“Kenapa sus?” tanya Stella.

“Gak apa-apa,” jawab suster Yeni tergagap.

Perawat wanita itu buru-buru menyelesaikan pekerjaannya lalu beranjak pergi, tapi Stella yang penasaran menahannya. Tangannya menarik ujung seragam suster tersebut.

“Sus.. bener kan ada yang namanya suster Meranti?” tanya Stella lagi. Suster Yeni lagi-lagi terdiam.

“Dia bilang kalau dia baru masuk lagi, habis cuti panjang.”

Suster Yeni semakin terdiam, dia memandangi Stella dengan tatapan tidak percaya. Gadis itu mulai merasa ada yang tidak beres. Dengan takut-takut, dia kembali bertanya.

“Kenapa sus.. apa ada yang salah?” tanya Stella dengan suara setengah berbisik.

“Ngga ada yang namanya suster Meranti di sini?” lanjut Stella seraya memegangi tangan suster Yeni.

“Dulu suster Meranti memang bekerja di sini, tapi dia sudah meninggal karena kecelakaan empat tahun yang lalu.”

Stella karuan terkejut mendengarnya. Wajahnya menjadi pucat dan tubuhnya mendadak lemas. Suster Yeni yang melihat Stella ketakutan merasa bersalah. Dia buru-buru menenangkan gadis itu.

“Mungkin mba Stella cuma mimpi, tenang aja, In Syaa Allah ngga ada apa-apa. Sekarang mending mba Stella tidur ya,” ucap suster Yeni mencoba menenangkan. Stella hanya mengangguk pelan, dan tak lama suster Yeni pun pergi meninggalkan kamar.

Stella yang masih terkejut tidak dapat memejamkan matanya, masih terbayang di ingatannya wajah suster Meranti dengan senyum ramahnya, bulu kuduk Stella berdiri. Berkali-kali dia meyakinkan dirinya kalau itu mungkin hanya mimpi dan mencoba untuk tidur tetapi tetap tidak bisa.

Kemudian Stella mendengar suara langkah kaki menuju kamarnya, perlahan pintu kamarnya mulai terbuka. Stella yang ketakutan langsung menutup kepalanya dengan selimut. Dari balik selimut dia melihat seseorang berjalan ke arahnya, lalu berhenti di samping ranjangnya. Stella menurunkan selimutnya sedikit dan melihat ternyata lagi-lagi seorang suster yang datang. Gadis itu melihat ke arah suster itu dan ternyata dia mengenalinya. Itu adalah suster Dian yang tadi mengganti perbannya. Suster Dian yang melihat Stella bertingkah aneh langsung menyapanya.

“Kenapa mba Stella? Belum bisa tidur?” tanya suster Dian.

“Sus.. tadi sebelum suster Dian ada yang udah dateng ke sini belum?” tanya Stella dengan suara sedikit bergetar. Suster Dian terdiam sebentar.

“Hmm.. kalau ngga salah, terakhir suster Farah kan yang datang meriksa, emang kenapa?” suster Dian balik bertanya.

“Ngga apa-apa sus, cuma nanya aja,” jawab Stella terbata-bata.

“Saya permisi ya mba, selamat malam.”

Lamunan Stella buyar mendengar ucapan suster Dian. Tak lama kemudian suster tersebut meninggalkan kamar, Stella pun langsung bersembunyi di balik selimutnya dan mencoba untuk tidur secepat mungkin.

🍁🍁🍁

😱😱😱 **Itu suster Meranti sama Yeni manusia atau.....🏃🏃🏃🏃

Buat kemarin yang nebak Stella bakalan jatuh cintrong sama Irzal, tetooottt tebakan kalian salah. Ngga selamanya yang ditolong bakalan jatuh cinta sama yang nolong. Tergantung orangnya juga, kalo modelan es kering kaya Irzal ya ngga janji🤣🤣🤣**

1
Mimi Sanah
ya Allah hahahaha bales dendam terseruh 😃😃😃😃
Mimi Sanah
gaweannya pingsan Bae kamu diki hahahaha 😃😃😃
Mimi Sanah
kok jantung ku bertabuh yah 😀😀😀😀
Mimi Sanah
ini setan apa sule 😀😀😀😀
Mimi Sanah
tamar oh tamar aku yakin dia pawang mu stel 😀😀😀
Mimi Sanah
itulah titisan mu ke , masa muda mu mulut mu pedes level seribu kek 😁😁😁😁😁
Mimi Sanah
hahahaha modus kek'bi mah biar rencananya mulus😁😁😁😁😁
Mimi Sanah
yg penting cerita nya bagus dan nyambung di otak ku Thor 😁😁😁🙏🙏🙏🙏
Mimi Sanah
titisan kakek Abi 😀😀😀😀
Sulisbilavano
gantengnya cantiknyaaa
Sulisbilavano
kok rakan kyk zain ya...bpk agen rahasia sebelah🤭🤭🤭
Sulisbilavano
cantik dan ganteng
Sulisbilavano
thor aku baca ini dah ke3 kalinya ngak bosen aku baca ini...novelnua baguuus bgt
Wiwie Aprapti
boleh lahhhhh idenya kakek abi
Wiwie Aprapti
saat ini juga ada pelatihan bultang yg di sponsornya Taufik hidayat kak, semacam akademi gitu, ada beberapa muridnya yg udah bertanding profesional namun blom ada yg di rangking teratas sihhh
Wiwie Aprapti
wehhhhhh...... paksu mana...... paksu.... pengen ngajakin bikin telor gulung sosis nihhhh🤣🤣🤣🤣🤭😛
Wiwie Aprapti
kannnnnnnn iya kannnnnnn hutang 🤭
Wiwie Aprapti
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣kalo yg ini mungkin ngutang 🤭🙃😁😛
Wiwie Aprapti
alhamdulillah.... aku sama paksu udah 2 kali kesini kak, gara-gara rekomendasi kakak, aku dan keluargaku jadi tau tempat indah yg ga jauh-jauh dari Jakarta jadi sekalian aku ajak liburan keluarga paksu sama keluarga ku ke tempat yg udah kakak rekomendasi, fulll cakep banget. . 👍👍🙏
Wiwie Aprapti
kak.... waktu bulan puasa tahun ini, paksu kan di pindah tugas ke Jakarta, awal puasanya selama seminggu kita ke Geopark cileutuh, aku penasaran sama semua tempat yg Arya kunjungi, ternyata memang benar Indah bangett.... terimakasih ya kak, buat info tempat wisata yg ada di sekitar Bandung
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!