NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: bund FF

Tidak ada yang bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim yang bagaimana.
Tugas utama seorang anak adalah berbakti pada orang tuanya.
Sekalipun orang tua itu seakan tak pernah mau menerima kita sebagai anaknya.

Dan itulah yang Aruna alami.
Karena seingatnya, ibunya tak pernah memanjakannya. Melihatnya seperti seorang musuh bahkan sejak kecil.

Hidup lelah karena selalu pindah kontrakan dan berakhir di satu keadaan yang membuatnya semakin merasa bahwa memang tak seharusnya dia dilahirkan.

Tapi semesta selalu punya cara untuk mempertemukan keluarga meski sudah lama terpisah.

Haruskah Aruna selalu mengalah dan mengorbankan perasaannya?
Atau satu kali ini saja dalam hidupnya dia akan berjuang demi rasa cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bund FF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

diajak Acing

"Run, pulang bareng yok" ajak Ferdi, di hari kedua setelah insiden sapu patah di tangan ibu Aruna.

"Lo nggak lihat gue sudah nggak pakai seragam sekolah? Gue mau kerja" jawab Aruna sambil mencopot satu earphone dari telinganya.

"Benar Lo sudah sehat? Kalau masih sakit istirahat lah, Run. Jangan lebih nyakitin diri begitu" ujar Ferdi kasihan.

"Kalau gue nggak kerja, Lo mau nanggung biaya hidup gue?" tanya Aruna.

"Ya nggak sih. Hidup gue saja masih jadi bebannya emak" jawab Ferdi, tapi sungguh Ferdi ini sedih melihat Aruna.

"Gue sudah sehat, Fer. Makasih Lo sudah perduli sama gue" kata Aruna kembali memasang earphonenya dan melambaikan tangan sembari melangkah menjauhi Ferdi yang arah rumahnya berlawanan dengan tempat Aruna kerja.

Ferdi hanya bisa membiarkan Aruna pergi. Karena diapun harus membantu emaknya mengurusi pesanan kue setiap harinya. Emaknya menggeluti usaha catering.

Sampai di tempat kerjanya, ko Acing memicing demi bisa memastikan Aruna yang masuk ke dalam tokonya. Dan meletakkan tas usangnya di dalam etalase. Tempat biasa karyawannya menaruh barang pribadi.

"Sudah sehat?" tanya ko Acing.

Aruna hanya mengangguk.

"Setelah makan, Lo anterin gue ke tempat teman gue ya, Run. Teman gue mau pesan banyak bahan bangunan buat renovasi rumahnya" ucap ko Acing yang sebenarnya hanya ingin kerja Aruna tidak cukup berat hari ini.

Pria oriental itu merasa kasihan pada pegawainya yang satu ini. Tapi untuk secara terang-terangan mengatakan rasa kasihannya, Ko Acing takut pegawai lainnya akan merasa iri.

Acing juga punya anak seusia Aruna yang kerjanya setiap hari hanya belajar dan merengek jika ada hal yang diinginkan. Tidak seperti Aruna yang harus bekerja keras. Itu juga alasan kenapa Acing mau-mau saja menerima Aruna sebagai pegawai.

Beberapa saat berlalu, Aruna kembali mendatangi Acing untuk menegaskan perintahnya yang tadi.

"Pergi sekarang, ko?" tanya Aruna.

"Boleh. Sebentar gue ambil kunci" kata Acing.

"Pakai motor, ko?" tanya Aruna lagi.

"Nggak. Pinggang gue sakit kalau naik motor. Pakai mobil gue ya" kata Acing sambil melemparkan kunci mobilnya pada Aruna.

Pria itu berdiri dan berjalan keluar toko. Mendapati pegawai lainnya sedang sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Gue ke luar dulu. Jaga toko yang benar" ucap Acing pada Wanto, karyawan senior yang biasa Acing beri tanggung jawab toko jika dia sedang keluar.

"Siap bos" jawab Wanto yang juga sudah tak heran saat Acing pergi dengan Aruna. Dia sering menggibah tentang Aruna bersama Acing. Dan keduanya sama-sama merasa kasihan tanpa mau menyinggung perasaan Aruna.

Aruna sendiri sudah lama diajari menjalankan motor dan mobil di toko milik Acing ini. Karena setiap harinya para karyawan sering disuruh untuk mengirim pesanan pelanggan.

Jadi meski tak memiliki SIM, tapi sudah bisa dipastikan jika Aruna sangat ahli dalam bidang setir menyetir.

Aruna tak menyangka jika Acing akan membawanya ke sebuah rumah mewah di kawasan elit.

Sudah terkenal jika jejeran rumah di kawasan ini adalah milik orang-orang penting. Kalau bukan petinggi negara, pengusaha sukses atau artis terkenal.

Dan Aruna baru saja berbelok ke salah satu rumah yang katanya milik artis ibu kota yang sudah lama tak dihuni.

"Ayo ikut turun" ajak Acing.

Aruna hanya menurut.

"Selamat sore, selamat datang dirumah baruku, Cing" sapa seseorang yang baru keluar dari balik pintu.

Seorang pria berwajah oriental juga. Tapi sedikit berbeda karena kulit putihnya, bahkan Acing kalah putih.

Mata keduanya sama-sama sipit, tapi perawakan pria ini nampak ideal. Tinggi dan berotot. Terlihat lebih muda meski berkacamata.

"Selamat sore, Kim" balas Acing dan mereka berpelukan singkat.

"Ayo duduk" ajak pria itu sambil melihat ke arah Aruna yang masih terdiam.

"Ini pegawai gue di toko. Gue terlalu malas nyetir, Kim. Macet dimana-mana" kata Acing yang paham dengan pandangan penuh tanya dari kawannya itu.

"Jadi Lo sekarang tinggal disini?" tanya Acing.

"Iya. Baru gue beli dari artis itu. Lo pasti paham lah" kata teman Acing.

"Bapak ini namanya pak Kim, Run. Beliau ini baru pindah dari Korea" kata Acing.

Aruna hanya mengangguk dan tersenyum.

"Kenapa Lo pindah kesini lagi?" tanya Acing.

"Orang tua gue sudah meninggal, usaha disana biarlah diurus sama saudara gue yang lain" jawab Kim.

"Gue sudah diterima di sebuah perusahaan besar di kota ini, jabatan gue bagus. Gaji gue gede, Cing" kata pria itu.

"Kenapa nggak pilih kota kelahiran Berta?" tanya Acing, membuat lawan bicaranya terdiam sebentar.

"Kota dengan masa lalu yang buruk, Cing. Mending disini saja lebih adem. Lagian disana banyak keluarganya Berta, nanti gue diawasi terus, malas sekali" ujar Kim yang membuat Acing tergelak dan keduanya terdiam saat seorang wanita cantik keluar dari balik pintu.

"Hai, Berta. Apa kabar kamu?" tanya Acing membalas Berta yang mengulurkan tangan, bergantian menyalami Aruna.

"Aku baik. Kamu sekarang lebih bundar, ya" kata Berta sambil tertawa, Aruna yakin jika wanita ini adalah istri pak Kim.

Acing hanya tertawa menanggapi ucapan wanita ini.

"Aku tinggal keluar dulu, ya" pamit Berta sambil cipika cipiki dengan suaminya.

"Baiklah, jadi rencananya gue mau renovasi beberapa titik di rumah ini, Cing. Sepertinya sekalian mau bangun satu gedung lagi di sana" ucap Kim sambil menunjuk ke sebidang tanah yang dipagar disamping rumahnya.

Acing hanya manggut-manggut mendengar penuturan kawannya ini.

"Jadi gue butuh banyak banget bahan bangunan. Dan gue percayakan semua kebutuhannya ke Lo saja, ya" kata Kim.

"Soalnya waktu gue terbatas banget, karena harus kerja. Gue sudah nyewa arsitek, jadi nanti Lo bisa ngobrolin semuanya sama dia. Besok deh, Lo gue temuin sama arsiteknya. Sekarang yang gue mau tahu, Lo mau kan ngurus semuanya?" tanya Kim.

"Tentu saja. Gampang itu. Percayakan saja sama gue. Aman pokoknya" jawab Acing senang, pasti akan untung banyak, kan.

Cukup lama keduanya berbincang, Aruna sendiri sudah sangat bosan karena pertemanan kedua pria itu membuat obrolannya jadi melantur kemana-mana.

Dari seratus persen, hanya tiga puluh persen saja pembahasan mengenai pekerjaan. Selebihnya hanya sebuah reuni yang Aruna dengar kalau keduanya sama-sama pindahan dari luar kota.

"Sudah sore, Kim. Gue harus balik ke toko. Bisa ngamuk bini gue kalau ketahuan jalan sama cewek lain berjam-jam nggak jelas" Kim tertawa mendengar penuturan sahabatnya ini.

"Ayo balik, Run" ajak Acing.

"Iya ko" jawab Aruna lantas berdiri dan menyalami Kim sebelum pergi.

Dan di gerbang saat akan keluar dari rumah Kim, rupanya mobil yang Aruna kendarai berpasangan dengan mobil yang akan masuk, membuat Aruna mundur sementara membiarkan mobil itu masuk karena takut menghalangi pengendara lain.

Aruna sempat melihat istri Kim sedang bersama seorang gadis, meski sekilas bisa Aruna pastikan kalau yang ada di dalam mobil itu adalah Mina, teman sekelasnya.

"Itu tadi anak bungsunya, Kim. Kalau tidak salah sekolah di tempat Lo kan, Run?" tanya Acing yang menyadari tatapan penuh tanya dari Aruna.

"Iya ko" jawab Aruna yang sudah kembali fokus pada setirnya, mengendarai mobil sambil sesekali mendengar curhatan dari kokonya mengenai pertemanannya dengan Kim di masa muda dulu.

"Nanti ke depannya, Lo bakalan sering gue suruh ke tempatnya Kim buat antar pesanan ya, Run" kata Acing.

"Iya ko" jawab Aruna.

Sudah lewat senja saat Acing dan Aruna kembali ke toko. Terlihat para pegawai sedang santai karena memang biasanya akan sepi di jam begini.

Aruna membelokkan mobilnya ke rumah di sebelah toko. Tempat Acing dan keluarganya bersemayam. Lantas kembali ke toko dengan mengekor pada Acing.

"Oh iya, hari Minggu ini ada pengiriman ke toko cabang. Rencana gue sih maunya pinjam kontainernya distributor semen buat ngirim biar efisien budget. Lo mau ya lembur bareng Rizal, Run?" tanya Acing.

"Terserah Koko saja" jawab Aruna.

"Kalau Lo, Zal?" tanya Acing.

"Gue mau-mau saja, ko. Demi cuan" jawab Rizal.

"Bagus, sekalian sama satu orang lagi, ya. Kasihan kalau cuma mereka berdua meski nanti disana pasti dibantu sama karyawan cabang buat bongkar barang" kata Acing yang artinya Wanto juga harus ikut, meninggalkan Rini yang tugasnya adalah sebagai kasir.

"Cg, bilang saja suruh lembur semua, ko. Ribet banget hidup Lo" kesal Wanto membuat semuanya tertawa.

"Lo ngambekan banget sih, pak tua. Gue traktir deh biar kalian semangat lagi kerjanya" kata Acing yang sudah melambaikan tangannya pada penjual nasi goreng yang kebetulan lewat.

Kebaikan seperti ini yang membuat para pegawai Acing betah. Meski kadang mulut Acing seperti sampah saat menyumpahi pegawainya yang berbuat salah. Tapi masih sangat wajar karena memang dia bos nya.

Aruna pun jadi ikut senang karena lagi-lagi bisa mengirit uang jajannya.

1
Azizah Hazli
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!