Aira harus memilih di antara dua pilihan yang sangat berat. Di mana dia harus menikah dengan pria yang menjadi musuhnya, tapi sudah memiliki dirinya seutuhnya saat malam tidak dia sangka itu.
Atau dia harus menunggu sang calon suami yang terbaring koma saat akan menuju tempat pernikahan mereka. Kekasih yang sangat dia cintai, tapi ternyata memiliki masa lalu yang tidak dia sangka. Sang calon suami yang sudah memiliki anak dari hubungan terlarang dengan mantannya dulu.
"Kamu adalah milikku, Aira, kamu mau ataupun tidak mau. Walaupun kamu sangat membenciku, aku akan tetap menjadikan kamu milikku," ucap Addriano Pramana Smith dengan tegas.
Bagaimana kehidupan Aira jika Addriano bisa menjadikan Aira miliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Yang Pilu
Mata Aira yang belum kering kembali basah karena dia menangis mendengar apa yang diucapkan oleh Shelomitha. "Jadi kamu benar sudah memiliki anak dengan mas Dewa?" Dada Aira terasa sangat sesak mengatakan hal itu.
Wanita itu mengangguk pelan. "Aku sudah memiliki anak dengan mas Dewa saat kita masih sama-sama duduk di bangku sekolah SMU. Waktu itu kita masih berpacaran dan karena terbawa suasana saat Dewa berada di rumahku, kita tidak sengaja melakukan hal yang seharusnya tidak kita lakukan, dan ternyata ada tanda cinta yang tumbuh di rahimku. Dewa tidak tau kalau aku mengandung anaknya karena sebelum aku sempat mengatakan kita bertengkar hebat. Dewa mengira aku berselingkuh dengan sahabatku. Dia memutuskan hubungan denganku dan aku pindah ke luar negeri ikut dengan kedua orang tuaku.
"Sejak kapan kamu datang ke sini?"
"Sudah tiga bulan lebih. Aku pernah menghubungi Dewa dan kita bertemu, bahkan aku membawa putranya agar dia bisa bertemu dengan ayahnya."
"Kenapa Mas Dewa tidak memberitahu aku tentang hal ini? Selama ini dia selalu jujur padaku." Aira tampak menangis pilu.
Shelomitha mendekat pada Aira, dan menaruh tangannya pada pundak gadis yang sedang menangisi nasib yang menimpanya. "Aira, aku minta maaf jika sudah membuat kamu sedih, aku hanya ingin Dewa bisa bertemu dan mengetahui tentang putranya. Aku juga tidak tau jika dia akan menikah dengan kamu."
"Aku bertemu dengan Mas Dewa saat dia ke rumah untuk bertemu kakakku. Mas Dewa teman kuliah kakakku, dan kami saling jatuh cinta. Aku melihat mas Dewa adalah sosok yang baik dan setia, dia juga sangat mencintaiku. Aku benar-benar tidak menyangka jika dia memiliki masa lalu seperti ini."
"Aira, Dewa memang pria yang baik, dia tidak salah dalam hal ini karena dia memang tidak tau jika aku hamil. Dewa tidak mengatakan hal ini karena dia mungkin tidak mau menyakiti kamu, dia bilang jika dia sangat mencintai kamu dan ingin bisa hidup bersama denganmu." Shelomitha menatap nanar pada pria yang tengah berbaring dengan banyak alat medis yang menancap di tubuhnya.
"Seharusnya dia mengatakan padaku tentang kamu dan putranya. Sekarang mana anak kamu?"
"Dia berada di aparatemenku dengan Bi ima. Aku belum mengatakan padanya tentang ayahnya yang sedang koma di rumah sakit. Dia beberapa hari menanyakan di mana ayahnya yang pernah mengajaknya bermain. Dewa seminggu sebelum hari pernikahan pernah beberapa kali ke rumah dan dia mengajak putranya bermain. Putraku yang berumur tiga tahun sangat senang bisa merasakan bermain bersama ayahnya."
Dada Arin benar-benar terasa berat mendengar hal itu, dia bahkan hampir sulit mengambil napas. "Apa kamu masih mencintai Mas Dewa?
Wanita itu tersenyum manis pada Arin." Jujur aku masih mencintai Dewa, tapi saat aku mendengar dia serius ingin menikahi kamu tidak marah ataupun kecewa karena aku merasa mungkin kamulah jodoh Dewa, jadi aku tidak mau terlalu memaksakan diri untuk mendapatkan Dewa kembali. Aku akan bahagia bersama putra kecilku."
"Lalu, apa maksud kamu menghubungi mas Dewa dan mengatakan ingin bunuh diri?"
"Tangisan putraku saat dia sakit karena ingin bertemu ayahnya dan tinggal dengan ayahnya. Aku mengatakan pada Dewa jika dia boleh menikah dengan kamu, tapi dia harus membawa putranya. Dewa tidak mau dan berharap aku membawa putranya pergi jauh darinya dan dia nanti akan tetap bertanggung jawab membiayai kehidupan kita tanpa kamu ketahui. Dia benar-benar mencintai kamu dan tidak mau kehilangan kamu, Aira."
Aira sampai terduduk di sofa dengan tubuh yang seolah-olah tidak ada kekuatan untuk berdiri. "Maaf, Mitha, aku sama sekali tidak pernah berpikir akan hadir dalam kehidupan Mas Dewa. Aku sangat mencintai Mas Dewa, dia orang yang bisa membuat aku merasakan jatuh cinta, dia lelaki yang benar-benar membuat hidupku berubah." Aira menangis menutup mukanya. Dia benar-benar tidak menyangka akan ada di posisi seperti saat ini.
"Bukan salah kamu. Sejak mengetahui aku hamil, kedua orang tuaku tidak mau menerimaku, terpaksa aku tinggal dan membiayai hidupku sendiri. Aku berharap Dewa menerima putranya. Bukannya aku tidak bisa membiayainya, tapi putraku sangat membutuhkan kasih sayang ayahnya." Aira menatap nanar pada wanita di depannya itu.
Aira dan Shelomitha yang duduk di dalam ruangan VVIP tempat Dewa dirawat. Banyak yang sedang mereka bicarakan. Aira banyak mendengar kisah hidup yang dilalui oleh Shelomitha sendirian dalam membesarkan putranya yang bernama Langit.
Aira juga menceritakan semua tentang kehidupannya sampai dia bertemu dengan Dewa. Aira awalnya tidak percaya dengan Dewa karena dia memang tidak pernah merasakan berpacaran, tapi akhrinya waktu yang membuat dia mau menerima Dewa, walaupun mamanya tidak merestui dia dan Dewa.
"Jadi, mama kamu tidak merestui hubungan kamu dengan Dewa?" Aira mengangguk. "Kenapa? Apa yang kurang dari Dewa?"
"Mamaku sebenarnya ingin menjodohkan aku dengan anak dari temannya, tapi karena aku sangat mencintai Mas Dewa, aku meyakinkan mamaku dan akhirnya beliau mau menerima aku menikah dengan mas Dewa."
"Aira aku senang Dewa mendapatkan gadis yang sangat baik seperti kamu, aku harap kamu bisa memaafkan Dewa atas masa lalunya dulu." Shelomitha memegang tangan Aira. Aira merasakan bahwa wanita yang bernama Shelomitha ini benar-benar tulus kepadanya.
"Mitha, apa boleh aku bertemu dengan putramu dan mas Dewa?" tanya Aira dengan nada sedikit takut.
Wanita cantik itu memberikan senyumnya pada Aira. "Kamu serius ingin bertemu dengan Langit?"
"Iya, aku ingin bertemu dengan Langit." Aira mengangguk perlahan.
"Baiklah, nanti pasti akan aku perkenalkan kamu dengan putraku Langit, dan dia pasti akan sangat senang bertemu dengan kamu, Aira."
Tiba-tiba pintu terbuka dan kedua wanita itu melihat ke arah pintu. Sosok wanita cantik yang tak lain adalah mamanya Mas Dewa.
"Tante." Aira beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri mamanya Dewa. Aira memeluk wanita paruh baya itu.
"Aira, kamu barusan datang?" tanya mama Mas Dewa setelah melepaskan pelukannya.
"Aku sudah datang dari tadi, Tante." Wajah Aira menunjukkan tidak semangatnya bahkan untuk tersenyum saja tidak bisa.
"Kamu kenapa, Sayang?" Tangan wanita itu mengusap lembut pipi Aira.
"Aku tidak apa-apa, Ma! mama jangan khawatir." Aira mengusap lembut lengan tangan wanita paruh baya itu.
Pandangan mata mama mas Dewa sekarang menuju ke wanita yang ada di sebelah Aira. Dia sepertinya ingat wajah wanita yang ada di samping Aira. "Dia siapa?" tanyanya pada Aira.
Arin sampai lupa jika di sana ada Shelomitha. Aira dan Shelomitha saling pandang. "Ini ... eh dia Shelomitha teman Mas Dewa, Ma!" jawab Aira sedikit takut.
"Shelomitha?"
"Saya Shelomitha, Tante, teman Dewa waktu kita masih SMA dulu." Shelomitha mengulurkan tangan ingin mengajak mamanya Mas Dewa berjabatan tangan.