NovelToon NovelToon
Berondong Bayaran

Berondong Bayaran

Status: tamat
Genre:Tamat / berondong / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Anak Yatim Piatu / Beda Usia / Romansa
Popularitas:9.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

Sakit hati sang kekasih terlibat Cinlok (Cinta Lokasi) hingga berakhir di atas ranjang bersama lawan mainnya, Ameera bertekad menuntut balas dengan cara yang tak biasa.

Tidak mau kalah saing lantaran selingkuhan kekasihnya masih muda, Ameera mencari pria yang jauh lebih muda dan bersedia dibayar untuk menjadi kekasihnya, Cakra Darmawangsa.

Cakra yang memang sedang butuh uang dan terjebak dalam kerasnya kehidupan ibu kota tanpa pikir panjang menerima tawaran Ameera. Sama sekali dia tidak menduga jika kontrak yang dia tanda tangani adalah awal dari segala masalah dalam hidup yang sesungguhnya.

*****
"Satu juta seminggu, layanan sleep call plus panggilan sayang tambah 500 ribu ... gimana?" Cakra Darmawangsa

"Satu Milyar, jadilah kekasihku dalam waktu tiga bulan." - Ameera Hatma

(Follow ig : desh_puspita)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34 - Dahsyatnya Tipu Daya

"Yang ini!!"

Cakra terperanjat kala Mahendra merangkul pundak Cakra, dia bingung hendak bereaksi bagaimana. Sama sekali tidak ada persiapan, dia juga belum pernah berjumpa pria itu sebelumnya. Siapa dan bagaimana hubungan jelasnya Cakra masih buta, tapi beberapa saat kemudian pertanyaan yang mememuhi kepalanya terjawab satu-persatu usai pria bernama Sean itu mengenalkan diri sebagai kakak Ameera.

"Aku sudah mendengar banyak tentangmu dari papa ... kau yang bersama Ameera sejak tiga bulan terakhir, 'kan?"

Cakra mengangguk, dia tampak kikuk berhadapan dengan pria itu. Wajah teduh dengan tatapan tajam, tapi suaranya begitu menyejukkan membuat Cakra berdegub tak karu-karuan, persis seperti kala dia menyapa seseorang yang Ameera sebut sebagai papa pertama kali.

Bedanya, pria dewasa ini lebih bersahabat, wajahnya juga tidak membuat Cakra seolah hendak ditelan bulat-bulat, atau bisa dibilang dia nyaman dan tidak tertekan hingga bisa mengimbangi Sean dalam bicara. Bahkan, karena nyamannya, Cakra tidak keberatan saat Sean bertanya banyak hal tentangnya.

"Wah, kebetulan kakak juga begitu sejak sebelum menikah ... sampai sekarang juga masih, tapi tidak seperti dulu. Kapan-kapan datang ke bengkel sekalian ke rumah."

Bahkan Sean menyebut dirinya kakak kala bicara pada Cakra, jelas hal itu membuat Cakra semakin kagum. Padahal, dia hanya mengenal Cakra sebagai kekasih Ameera, tapi cara Sean menyambut Cakra sebegitu baiknya. Andai saja pria itu tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Ameera dan dirinya, entah senyum itu masih sama atau tidak, pikir Cakra.

"Lain kali, Kak."

"Kakak tunggu kedatanganmu," ucap Sean menepuk pundak Cakra.

Cukup lama mereka berbincang, Sean dan Cakra yang memiliki hobi yang sama membuat pembicaraan mereka bisa terasa lebih hidup dan menyenangkan. Bahkan, Mahendra sampai mengerjap pelan kala melihat keduanya justru seperti teman yang dahulu pernah dekat dan kini berbagi pengalaman.

"Oh iya, aku sampai lupa ... semalam tanya papa, tujuan Ameera ke desa itu untuk apa sebenar_"

"Ehem!! K-kak Sean?"

Baru saja Sean hendak bertanya pada Cakra, wanita itu sudah datang memotong pembicaraan dan kini cari pehatian dengan mencium punggung tangan Sean sebagai bentuk hormatnya. "Waalaikummussalam, Meera," ucap Sean walau adiknya hanya menyela tanpa kata dan duduk di antara mereka berdua.

"Ya, Tuhan anak ini ... kenapa harus di tengah? Di depan kosong, Meera," ucap Sean seraya menghela napas panjang, entah kenapa semakin bertambah usia adiknya bukan semakin dewasa, tapi sebaliknya.

"Kita sudah lama tidak bertemu, tidak ada salahnya aku duduk di sini."

Ameera dengan keinginan kerasnya memang benar tidak bisa dibantah, terpaksa Cakra dan Sean yang sama-sama bergeser agar tidak begitu sempit. Hanya karena takut ketahuan kakaknya, dia sampai rela duduk di antara mereka.

Sama sekali Ameera tidak menduga jika mereka justru akan bertemu di rumah sakit. Padahal, dia memilih rumah sakit tersebut karena dinilai paling aman dan lokasinya cukup jauh dari kediaman Sean, tapi anehnya takdir justru berkata lain siang ini.

Sejak awal melihat Cakra dan Sean tampak berbincang dia mulai menerka sedalam apa pembicaraan mereka. Entah kenapa takutnya Ameera pada Sean memang berbeda, walau atas izin papanya dia tetap takut andai Sean tahu tujuannya pergi ke desa itu adalah untuk menemui Cakra.

"Dasar anak nakal, kakak jadi lupa mau nanya apa tadi."

Ameera berseru yes, kalau perlu jangan ingat lagi dan wanita itu berdoa dalam hati agar pintu hati Sean terketuk untuk pulang segera. Apapun caranya, bahkan dia sampai memohon pada Tuhannya agar putri bungsu Sean menangis dan pria itu segera dihubungi istrinya.

.

.

"Apa ya? Ya, Tuhan kenapa jadi pikun begini?"

"Nanya sudah jam berapa kali," timpal Ameera sengaja memecah konsentrasi Sean yang masih berusaha mengingat pertanyaan yang hendak dia lontarkan pada Cakra.

Sean berdecak, Ameera berhasil mengacaukan konsentrasinya hingga dia tidak punya pilihan lain selain meminta bantuan Mahendra. "Apa ya, kau ingat, Mahen?" tanya Sean beralih pada Mahendra.

Bukan main paniknya Ameera, wanita itu menatap Mahendra tajam dan memberikan isyarat agar diam. Tidak hanya itu, Ameera bahkan mempraktekan akan menyayat leher Mahen andai berani bicara. "Keperluan Ameera ke desa itu untuk apa sebenarnya, begitu kira-kira, Kak."

"Nah iya, coba jelaskan selagi kamu yang di sini," pinta Sean kini menghadap Ameera.

Tidak pernah dia duga jika Mahendra akan mengkhianati dan menusuknya dari depan. Ameera gelagapan dan berpikir keras memilih jawaban, salah-salah bisa kena tausiyah. "Kerja atau ...."

"Liburan biasa, Kak, kakak tahu sendiri aku suka suasana pedesaan dan sejak dulu pengen kesana tapi selalu saja ada halangan ... salah-satunya hamil, ada yang anaknya sekolah, suaminya kerja dan ya begitu terus sampai lumutan cuma jadi wacana."

"Oh gitu, terus Cakra ikut?"

"Iya, tapi papa bilang harus ajak Mahen baru diizinin."

Lihat, pandai sekali dia bicara hingga Mahendra yang berusaha menyerangnya sampai menggelengkan kepala. Memang benar bahwa Ameera adalah ratunya dalam berkilah, pandai sekali dia mengolah kata dan bicara sesantai itu dan membuat Sean iya-iya saja.

"Lalu, kamu ke rumah sakit untuk apa? Apa di sana tidak ada puskes atau semacamnya?"

"Mahen luka, kemaren ada maling, Kak, terus dia lupa tutup jendela akhirnya gitu jadi terpaksa di bawa ke rumah sakit, takut makin parah," jelasnya kini menjual nama Mahendra yang dibuat tidak bisa berkata-kata.

Sialnya, Sean tampak begitu percaya dan justru memerhatikan luka Mahendra yang kebetulan baru saja selesai ditangani. "Wah, lain kali hati-hati, Mahen ... tapi kenapa kamu juga ikutan kalau yang luka cuma Mahen?"

Ameera meneguk salivanya pahit, sempat bingung sesaat, tapi dalam waktu singkat dia mampu mengatasi keadaan. "Sekalian, aku nyeri haid jadi ikut ke rumah sakit dan biasanya kalau di Bandung aku cocoknya di dokter rumah sakit ini."

.

.

Sepanjang pertemuan agaknya dia terus bersilat lidah. Hingga, usai Sean pamit pulang barulah dia bisa sedikit lebih lega. Setidaknya tidak ada yang membuat otaknya harus berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Sean nantinya.

Mahendra dan Cakra adalah saksi nyata bahwa tipu daya paling dahsyat adalah wanita, dan salah-satunya adalah Ameera. Lelah usai berkilah dan menguras otaknya, Ameera makan berdua bersama Cakra. Sementara Mahendra dan tiga orang lainnya ada di meja sebelah dengan alasan tidak muat, padahal Ameera yang sengaja cari alasan agar bisa bersama Cakra.

"Cakra, boleh aku tanya sesuatu?"

"Boleh, apa memangnya?"

"Apa kak Sean membuatmu tidak nyaman?"

Cakra menggeleng, dia mengulas senyum hangat dan menegaskan jika dugaan Ameera salah. "Kakakmu sangat baik, sampai aku tidak tega dia dibohongi adiknya yang pandai sekali mengarang indah it_ sshh aaw!!"

"Cakra ih," desis Ameera usai mencubit perut Cakra hingga pria itu tertawa kecil, selain pandai berkilah Ameera juga menolak fakta.

"Jangan sering bohong, Sayang, nanti kualat," ucap Cakra menggenggam jemari Ameera yang tadi dia gunakan untuk menyakiti perutnya.

.

.

- To Be Continued -

1
Tina MardaZulqa
Luar biasa
Moertri
sedih
Amilia Indriyanti
sama kaya Aldebaran 😄
Khayla Salwa
Luar biasa
Hasto Wibowo
lanjut
Datu Zahra
Aneh, tau anak dan cucu tinggal dimana, tapi tidak dijenguk malah mengangkat cucu. terus buat apa diawasi, punya dua kakek kaya tapi bodoh semua
Datu Zahra
aku masih ngebayangin gimana waktu mamanya Cakra disiksa, diperkosa enam orang terus dibunuh. iblis sumpah manuaia manusia itu
Datu Zahra
seenaknya aja, udah salah nyuruh pulang dengan cara gitu
Datu Zahra
Cakra konyol
Datu Zahra
bener, lebih tragisnya udah tau ada cucu kenapa tetap ditinggal berdua. katanya diawasi tapi gutama yang menyiksa istri dan anak dibiarkan, sampe bisa ada tragedi berdarah. Aneh, gimana bisa
Datu Zahra
warisannya banyak nih Cakra
Datu Zahra
nih cakra beneran keturunan bangsawan kayanya
Datu Zahra
orang asing yang ditemui Cakra dulu adalah Evan
Datu Zahra
uwu
Datu Zahra
Cakra dong
Datu Zahra
mahen kocak
Datu Zahra
Biadab sih bapaknya, dibunuh doang enggak cukup.
Datu Zahra
mewek, lelaki idamanku ternyata sesakit itu hidupmu
Datu Zahra
yang membantai bapaknya itu cakra sendiri ya thor
Datu Zahra
🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!