Aurelia Aureta Jonson pemimpin sebuah organisasi mafia milik keluarga nya, Aurel gadis yang selalu tenang dalam kondisi apapun, seolah dirinya diciptakan tak memiliki emosi.
Dulu Aurel adalah gadis yang ceria, ramah dan baik hati, namun hingga akhirnya kejadian tragis menimpa keluarganya, kedua orang tuanya di bunuh tepat di depan matanya sendiri.
Setelah kejadian itu, Aurel berubah, tidak ada lagi wajah ceria dan senyum manis yang selalu ia tebar pada setiap orang, hidup nya seolah kosong dan hampa.
Aurel mati bunuh diri dengan meledakan bom di markasnya sendiri demi melindungi seluruh anggota nya, namun bukan nya pergi ke akhirat untuk bertemu kedua orang tuanya, Aurel malah terbangun di tubuh perempuan bernama Qiana Evelyn seorang gadis yang menyandang sebagai istri dari Duke tiran.
"Kalau dunia ini kejam, maka kita harus lebih kejam dari dunia"~ Qiana Evelyn (Aurel)
"Kau sangat menarik Dhuces, dan selama nya kau akan selalu menjadi milik ku" ~ Duke Arsenio De Atanius
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETUA PEMBERONTAKAN
Jco yang tidak mendapat kan respon apa-apa dari Duke Arsenio merasa semakin frustasi, kaki nya benar-benar sudah pegal.
"Yang Mulia..." rengek Jco.
Duke Arsenio langsung membuka matanya saat mendengar suara menjijikan dari tangan kanannya itu.
"Yang Mulia, boleh ya saya duduk, saya mohon," ucap Jco memelas.
"Ck duduk!" ucap Duke Arsenio berdecak kesal.
Bruk
Saat mendengar jawaban dari Duke Arsenio, tanpa menunggu waktu lama Jco langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tanah, membiarkan tubuhnya berbaring bebas di atas rerumputan itu tanpa alas.
"Hah.... Akhirnya," ucap Jco menghela nafas nya panjang.
Jco berbaring dengan terlentang, membiarkan hembusan angin malam menyapu wajah nya.
"Aku ini kalau berbicara apa akan di hukum lagi?" tanya Jco dalam hati nya.
Jco melirik ke arah Duke Arsenio yang tampak sangat tenang.
Duke Arsenio tidak perduli dengan apa yang dilakukan oleh tangan kanannya itu, pria itu dengan nyaman menyender kan tubuh di sebuah kursi kayu dengan mata terpejam.
"Duke," panggil Jco dengan posisi yang sama.
"Hem"
Jawab Duke Arsenio bergumam malas.
"Apa Anda akan menghukum saya, kalau saya Kembali berbicara?" tanya Jco memastikan bahwa kali ini dirinya aman.
"Apa maksud mu?" tanya Duke Arsenio dingin.
"Tadi Anda menghukum saya karena saya banyak bicara? Apa setelah ini saya harus jadi orang bisu?" tanya Jco dengan tampang bodoh nya.
"Dasar bodoh!" umpat Duke Arsenio geram.
"Jadi? Iya apa tidak?" tanya Jco menunggu jawaban.
"Hem"
Gumam Duke Arsenio malas.
"Tidak di hukum?" tanya Jco berbinar.
"Hem"
"Yes!!" ucap Jco berseru heboh.
"Dasar gila," batin Duke Arsenio.
Kadang Duke Arsenio berpikir kenapa ada manusia sebodoh Jco, andai saja pria itu tidak bisa di andalkan, sudah sedari dulu Duke Arsenio melempar ke kandang
"Menurut Anda para pemberontak itu kapan akan melakukan penyerangan lagi?" tanya Jco dengan pandangan menatap langit malam.
Karena merasa sudah mendapat kan ijin dari Duke Arsenio, jadi Jco memberanikan diri mengajukan pertanyaan yang membuat nya penasaran.
"Tidak tahu," jawab Duke Arsenio datar.
Ck
Jco berdecak kesal mendengar jawaban dari Duke Arsenio, pria itu dengan malas bangkit dari acara berbaring nya, dan duduk bersila.
"Yang Mulia, bagaimana kalau para pemberontak itu datang dengan pasukan yang jauh lebih besar dari sebelumnya? Walaupun kemampuan prajurit kita jauh lebih tinggi dari pada mereka, tapi tidak menutup kemungkinan kita akan kalah," ucap Jco menyampaikan pendapat nya.
"Itu tidak akan terjadi, justru mereka yang akan kalah," jawab Duke Arsenio membuka mata nya.
"Para pemberontak itu hari ini sudah mengeluarkan banyak pasukan mereka, hampir delapan puluh persen dari mereka mati di pertempuran tadi," ucap Duke Arsenio menegakkan tubuh nya.
"Tipis kemungkinan kalau mereka akan menang dari kita," lanjut Duke Arsenio tersenyum miring.
"Benar juga," ucap Jco mengangguk kan kepala setuju.
Memang benar hampir semua pasukan musuh tadi berhasil mereka bunuh, sampai tiba-tiba pihak musuh menarik diri nya sendiri dari pertempuran yang sedang berlangsung sengit.
"Mereka terlalu gegabah, di pertarungan pertama mereka langsung menurunkan pasukan sebanyak itu, pemimpin mereka benar-benar bodoh tidak bisa melihat medan perang itu seperti apa," ucap Duke Arsenio tersenyum miring.
"Lihat sekarang apa akibatnya, para pemberontak itu kehilangan sebagian kekuatan nya, orang-orang seperti mereka hanya mengandalkan para prajurit yang turun ke medan pertempuran tanpa persiapan yang matang dan rencana cadangan kalau seandainya keadaan mereka mendesa, contoh nya seperti tadi," lanjut Duke Arsenio dengan pandangan lurus kedepan.
Mereka tadi justru terus menyodorkan dirinya, masuk ke medan pertempuran, padahal sudah jelas keadaan mereka sudah tidak memungkinkan untuk mereka selamat, apalagi memenangkan pertempuran, mereka mati karena kebodohan mereka sendiri," ucap Duke Arsenio mengingat pertempuran yang terjadi tadi.
Inilah yang membuat Jco merasa bangga bisa menjadi salah satu orang kepercayaan dari seorang Duke Arsenio, pria itu benar-benar memiliki pemikiran yang luas, selalu bisa membaca pergerakan musuh dan yang pasti pintar dalam mengatur strategi perang.
Glek
Duke Arsenio meneguk sebuah wine yang memang disiapkan untuk nya.
"Ah, maksud Anda, besar kemungkinan serangan yang akan datang selanjut nya tidak akan sebesar serangan yang pertama?" tanya Jco terlihat berpikir keras.
"Aku tidak bisa mengatakan iya, tapi aku menjamin kekuatan para pemberontak itu saat ini sudah semakin menurun," jawab Duke Arsenio santai.
"Kalau prediksi ku tidak melesat, saat ini pasukan mereka benar-benar sedang melemah, mereka kehilangan banyak pasukan hari ini, dan seharus nya mereka harus berpikir dua kali kalau ingin melakukan penyerangan lagi dalam waktu dekat ini" lanjut Duke Arsenio.
Tak
Duke Arsenio meletakkan gelas wine yang sudah kosong itu di atas meja yang ada di depan nya.
Dan tanpa di perintah, Jco kembali menuang wine baru ke dalam gelas Duke Arsenio.
Duke Arsenio itu sangat kuat minum, kalau hanya sebotol, dua botol dan bahkan tiga botol wine tidak akan membuat pria itu mabuk, berbeda dengan Jco yang sangat payah, pria itu tidak kuat minum, makanya Jco jarang menyentuh minuman beralkohol itu.
"Apa mereka akan memilih mundur dan mengakui kekalahan mereka?" tanya Jco meletakkan gelas wine yang sudah berisi cairan warna merah itu.
"Seharusnya begitu," jawab Duke Arsenio datar.
"Itu artinya tidak lama lagi kita akan kembali ke wilayah barat," ucap Jco terlihat bersemangat.
"Ya setidaknya kita kembali dengan membawa kepala ketua para pemberontak itu, sesuai perintah Yang Mulia Raja," jawab Duke Arsenio tersenyum miring.
"Masalah nya sampai saat ini kita belum mendapatkan informasi tentang siapa ketua dari para pemberontak itu, prajurit musuh yang berhasil kita tangkap tidak ada yang mau buka mulut, justru mereka memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan menggigit lidah mereka," ucap Jco menghela nafas nya panjang.
Pupus sudah harapan nya untuk segera kembali ke wilayah Barat, pikir Jco.
Duke Arsenio mengangguk-anggukan kepala nya kecil, memainkan gelas yang berisi cairan merah itu di tangannya, sesekali dia meneguk minuman itu dengan wajah tenang nya.
"Menurut Anda siapa ketua dari pemberontakan ini Duke?" tanya Jco berharap Duke Arsenio sudah mengetahui orang nya.
Tidak menutup kemungkinan kan bahwa pria berdarah dingin itu mengetahui siapa ketua dari para pemberontak itu, mengingat selama ini Duke Arsenio selalu berada satu langkah lebih cepat, dibandingkan dengan orang lain.
"Siapa lagi kalau bukan pria tua bau tanah itu, bajingan itu ternyata selama ini masih hidup," jawab Duke Arsenio tersenyum dingin.
"Aku akui dia berhasil mengelabuhi semua orang dengan kematian nya selama ini, siapa sangka pria tua itu dalang dari kekacauan hari ini ck," lanjut Duke Arsenio berdecak kesal.
Duches tiba tiba bangun tidur di tempat yang
berbeda..... wkwkwkwk 😁
kasian banget..... sampai ada yang
berkosplai seperti uget uget.....😁