"Menikahlah segera jika ingin menepis dugaan mama kamu, bang!."perkataan sang ayah memenuhi benak dan pikiran Faras. namun, bagaimana ia bisa menikah jika sampai dengan saat ini ia tidak punya kekasih, lebih tepatnya hingga usianya dua puluh enam tahun Faras sama sekali belum pernah menjalin hubungan asmara dengan wanita manapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadir di acara penggalangan dana.
Sesuai rencana semalam, pagi ini Inara ikut bersama mama mertua menuju sebuah hotel di mana akan diselanggarakannya acara penggalangan dana. Kedua wanita cantik berbeda generasi tersebut berangkat menuju hotel tanpa sopir pribadi, mama Thalia yang menyetir sendiri.
Mengingat lokasi hotel tidak terlalu jauh dari rumah maka dalam waktu dua puluh menit saja mobil yang dikendarai mama Thalia tiba di tujuan.
Sesampainya di hotel, mama Thalia dan Inara menaiki lift yang akan mengantarkan mereka ke ballroom hotel, di mana acara tersebut diselenggarakan.
Seperti biasa kedatangan mama Thalia selalu mampu menjadi pusat perhatian dari para teman sosialitanya, dan kali ini bukan hanya karena wanita itu seorang melainkan karena sosok wanita cantik yang kini datang bersamanya.
"Selamat pagi, jeng Thalia." salah seorang teman mama Thalia menyapa. "Ibu mertua sama menantu sama-sama cantik." imbuhnya, kagum dengan kecantikan Inara. walaupun penampilan Inara sangat jauh dari kata glamor namun tetap terlihat cantik dan elegan.
"Terima kasih pujiannya loh jeng. Jeng Intan juga nggak kalah cantik kok, menantu jeng Intan juga tak kalah cantiknya dengan menantu saya." mama Thalia balik memuji teman arisan sosialitanya itu beserta menantunya.
Sementara Inara hanya merespon pujian yang menurutnya terlalu berlebihan tersebut dengan senyum ramahnya.
Mama Thalia lantas mengajak Inara menempati kursi kosong di sisi kiri nyonya Intan, dengan posisi mama Thalia berada di antara Inara dan nyonya Intan.
Tak lama setelah kedatangan mama Thalia dan Inara, seorang wanita cantik yang sebaya dengan mama Thalia nampak memasuki pintu utama ballroom. Menyadari kursi kosong di sisi kiri Inara, wanita itu pun berjalan ke arah tersebut dan menempati kursi kosong itu.
menyadari kedatangan seseorang di sisi kirinya, Inara lantas menoleh dan tersenyum ramah pada wanita cantik yang tak lain adalah mama Kinan tersebut.
"Jeng Kinan." Nyonya Intan menyapa mama Kinan dengan senyum manisnya sehingga mama Thalia hanya bisa mendengus dalam hati melihatnya. Kemarin, wanita itu yang paling bersemangat menggosipkan mama Kinan tapi ketika dihadapan empunya diri, wanita itu justru menampilkan senyum manisnya. Benar-benar munafik, bukan?.
Beberapa saat kemudian, acara pun dimulai. Di awali dengan pemberian kata sambutan yang diwakili oleh salah seorang teman sosialisasi mama Thalia yang juga merupakan istri dari seorang pengusaha ternama dikota itu. Dari semua kumpulan teman sosialita mama Thalia, wanita yang akrab di sapa jeng Rani itulah yang terkenal paling tidak suka menggunjing sesama temannya. Bahkan jeng Rani sering menegur yang lainnya jika kedapatan menggunjing.
Acara terus berlangsung hingga dua jam, dan dalam waktu dua jam acara penggalangan dana tersebut berhasil mengumpulkan dana yang terbilang cukup fantastis, jauh lebih banyak dari bulan kemarin. Mama Thalia terlihat senang sekali. Pasti dana yang telah terkumpul hari ini akan banyak membantu anak-anak kurang mampu diluar sana yang tidak memiliki membiayai untuk melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang university. Dengan rutin mengadakan acara sosial seperti ini maka banyak anak-anak yang kurang mampu di luar sana bisa menggapai cita-citanya lewat beasiswa yang hampir seratus persen dananya berasal dari penggalan dana seperti ini.
Setelah acara usai mama Thalia pun hendak mengajak Inara untuk berpamitan pada teman-temannya.
"Oh iya, bukannya anak sambungnya jeng Kinan sekarang sedang mengalami depresi ya?." tanpa peduli dengan perasaan mama Kinan, Nyonya intan menanyakan perihal sensitif seperti itu dihadapan kumpulan teman sosialita mereka, termasuk mama Thalia yang saat itu hendak bersalaman dengan mama Kinan.
Mama Kinan hanya nampak tersenyum canggung. Bukannya malu dengan keadaan anak sambungnya, hanya saja menurutnya sangat tidak etis Nyonya Intan menanyakan hal sensitif seperti itu dihadapan semua orang.
"Dengar-dengar, depresi yang dialami anak sambungnya jeng Kinan akibat ayahnya menikah lagi ya?." ternyata wanita itu masih belum puas mempermalukan mama Kinan dengan pertanyaannya di awal, buktinya wanita itu kembali melontarkan pertanyaan yang mampu membuat yang lainnya berbisik-bisik, menggunjing mama Kinan.
"Itu tidak benar." balas mama Kinan masih berusaha bersikap tenang, tak ingin terpancing, apalagi sampai membalasnya dengan kata-kata kurang sopan.
"Maaf jeng Intan, sepertinya sangat tidak etis jika jeng Intan menanyakan hal pribadi seperti itu pada jeng Kinan, apalagi di acara seperti ini. karena itu sama saja mempermalukan jeng Kinan." mama Thalia ikut berkomentar. Bukannya ingin berpihak pada mama Kinan, tapi mama Thalia tidak suka dengan kelancangan nyonya Intan.
Nyonya Intan langsung memiringkan bibirnya, pertanda tak senang mama Thalia menegurnya seperti itu dihadapan teman-teman mereka yang lain. Agak lain ya nih perempuan, tak mau dipermalukan tapi hobi memperlakukan orang lain, begitulah kira-kira arti dari sorot mata Inara kala memandang nyonya Intan.
Tidak ingin berargumen, mama Thalia pun pamit dan meninggalkan ruangan tersebut dan tanpa di sadari oleh mama Thalia ternyata mama Kinan menyusul langkahnya hingga ke area parkiran gedung hotel.
"Terima kasih, jeng Thalia." mama Thalia dan Inara sontak mengalihkan pandangan ke arah belakang, di mana saat ini mama Kinan berdiri. "Terima kasih sudah membantu saya membungkam mulut jeng Intan." sambung mama Kinan melihat gurat bingung di wajah mama Thalia.
"Oh itu, tidak perlu berterima kasih jeng! Jeng Intan memang pantas mendapat teguran, sudah mulai keterlaluan soalnya." balas mama Thalia seraya mengulas senyum tipis diwajahnya.
"oh iya, mobilnya jeng Kinan di sebelah mana?." tanya mama Thalia, menyapu pandangan ke sekitar, seolah mencari keberadaan mobil mama Kinan.
"Maaf jeng, hari ini saya nggak bawa mobil, lagi dibengkel soalnya."
"Kalau begitu pulang bareng kami saja, kebetulan saya nggak lagi buru-buru kok!."
"Nggak usah jeng, terima kasih banyak sebelumnya." bukannya ingin menolak niatan baik mama Thalia akan tetapi keberadaan Inara bersamanya membuat mama Kinan jadi enggan. Bagaimana jika di rumah nanti Yumi melihat keberadaan Inara? Membayangkannya saja sudah membuat kepala mama Kinan tiba-tiba berdenyut.
"Tidak baik menolak rezeki, jeng Kinan." mama Thalia bahkan sudah membukakan pintu mobil dan mempersilahkan mama Kinan masuk. kemudian ia menyusul duduk di balik kemudi dan Inara duduk di samping kursi kemudi.
"Terima kasih banyak sebelumnya jeng, dan maaf sudah merepotkan jeng Thalia." kata mama Kinan yang kini duduk di bangku belakang.
"Sama sekali nggak ngerepotin kok, jeng."
Mama Thalia terus melajukan mobilnya ke alamat yang di arahkan oleh mama Kinan. Ketika mobil ibu mertuanya telah memasuki sebuah perumahan elit, Inara mulai merasa tidak asing dengan area perumahan tersebut.
"Kayaknya aku nggak asing dengan area perumahan ini?? Apa aku pernah ke sini sebelumnya?." batin Inara mencoba mengingat-ingat, akan tetapi ia tidak berhasil mengingatnya.
🤣🤣🤣🤣
blom apa apa udah ngomongin itu ya Ga...
aku pernah ngalamin juga kk Thor,
udah 30 menit nunggu makanannya baru datang ...
ingat diriku yang hanya dibukain pintu mobil ketika punya baby karena paksu takut anaknya jatuh 🤣🤣🤣🤣
Kereeen.. gentle! 👍🏻😍
Dan kayaknya ngga butuh waktu lama buat Arga jatuh cinta sama Margin
Margin juga begitu
Dan keliatan bibit2 bucinnya 😅😅😅