NovelToon NovelToon
I Am A Perfect

I Am A Perfect

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perjodohan / Romansa-Teen angst
Popularitas:712.4k
Nilai: 5
Nama Author: dewi wahyuningsih

Pemahaman yang salah mengenai seorang anak, pada akhirnya akan membuat hati anak terluka, dan memilih jalannya sendiri untuk bahagia.
Bahkan parahnya, seorang anak harus merasa jika rumah yang ia tinggali, lama kelamaan berubah menjadi neraka baginya.

Seorang gadis bernama Mirelia, hidup di keluarga yang semuanya adalah seorang pengusaha meski bukan pengusaha yang sukses. Ayahnya memiliki beberapa toko bangunan yang lumayan terkenal, juga selalu mendapatkan omset yang jauh dari cukup. Ibunya adalah penjual kue kering online yamg juga sudah banyak memiliki langganan, bahkan ada beberapa selebriti yang memesan kue darinya. Kakaknya juga seorang gadis yang cantik, juga sangat membantu perkembangan toko sang Ayah.

Mirelia? Gadis itu hanya mengisi peran sebagai anak yang manja. Bahagiakah? Tidak! Dia ingin melakukan banyak hal yang bisa membuat orang tuanya bangga, tapi sialnya dia selalu saja gagal dalam meraih usahanya.

Suatu ketika, seorang pria datang dengan tujuan untuk dijodohkan dengan Mirelia, tapi masalahnya adalah, sang kakak nampak jatuh hati tanpa bisa disadari Mirelia lebih cepat.

Akankah laki-laki itu mengubah hidup Mirelia? Ataukah dia akan menjadi pasangan kakaknya?

Lalu, bagaimana Mirelia menemukan kebahagiannya? Bagaimana Mirelia bisa menunjukkan sesuatu yang mampu membuat orang tak lagi menganggapnya manja?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dream?

" Selamat pagi, nek? " Sapa Mire kepada nenek penjaga Galeri yang kini nampak semangat karena kedatangan Mire. Seperti hari-hari sebelumnya, nenek hanya akan duduk di ujung ruangan menatap pilu beberapa lukisan yang tertinggal milik putrinya, dan juga suaminya yang juga sudah sekitar delapan tahun kembali kepada sang pencipta, atau tepatnya dua tahun setelah putri pertama mereka meninggal dunia.

" Mirelia? Selamat pagi? " Nenek tersenyum seraya bangkit untuk menyapa Mire lebih dekat, tidak tahu mengapa, tapi Mire seperti membuatnya dekat dengan seseorang yang ia rasa memiliki aura seperti mendiang putrinya.

" Nenek sudah sarapan? "

" Sudah, Mire. Pagi-pagi tadi dengan dua lembar roti bakar, lalu segelas susu murni yang hangat. Bagaimana denganmu, Mire? "

" Sudah juga nek, ini aku bawakan buah. Oh iya nek, hari ini aku sudah akan mulai mempromosikan lukisan, sekaligus ingin memajang lukisanku di sini. "

" Mire, itu lukisan mu sungguhan? " Nenek bertanya dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

" Iya, Nenek. Tapi kenapa Nenek ingin menangis? "

Nenek mengusap kedua matanya agar tak menjatuhkan buliran air mata yang sedari tadi sudah ia tahan agar tidak jatuh.

" Nenek seperti merasakan kesedihan, juga merasakan kemiripan antara Mire dan juga putri Nenek. Dia memang memiliki seorang putra, tapi dia tidak memiliki bakat Ibunya dalam melukis meski dia mewarisi sifat gigih dan sabar sepertinya. Mire, kau benar-benar membuat Nenek merasakan kembali kehadiran Niki putriku. "

Mire memeluk Nenek, lalu mengusap punggungnya pelan.

" Nenek, anggap saja aku cucumu kalau begitu. "

" Boleh kah? "

" Tentu saja. "

Tak jauh dari galeri, seorang pria tengah memperhatikan mereka dengan tatapan datarnya.

" Cari waktu untuk melihat lukisan gadis itu, jika kau merasa lukisan yang dia buat menarik, beli satu dan biarkan aku melihatnya secara langsung. " Ucap pria itu kepada asisitennya, lalu tak lama meminta sang sopir untuk segera melajukan kembali mobilnya.

Setelah hari itu, Mire benar-benar berjuang keras untuk mempromosikan lukisan-lukisan dari Niki galery yang juga ada beberapa lukisannya. Pagi ia gunakan untuk mengikuti kelas melukis, istirahat sebentar seraya membuka internet demi mempromosikan lukisan, lalu pergi bekerja, pulang istirahat sebentar, lalu malamnya dia menyempatkan diri untuk melukis. Seperti itu hari-hati yang Mire jalani. Tak ada lagi tangan mulus, tangannya kini kasar, bahkan dia menjadi lebih kurus dari sebelumnya. Tapi tidak apa-apa, semua demi cita-citanya, juga demi membantu nenek agar Niki galeri kembali ramai dikunjungi pengunjung seperti dulu.

Sebenarnya hal ini membuat teman-teman kelas melukisnya merasa bingung dengan keputusan yang Mire ambil, karena kebanyakan dari mereka akan menawarkan lukisan mereka ke galeri yang cukup terkenal, karena mereka juga meyakini bahwa itu semua akan membuat karyanya lebih mudah terjual, dan namanya juga akan cepat di kenal orang. Memang benar, sudah dua bulan dan Mire baru menjual dua lukisan saja. Tapi tidak apa-apa, jalan di depan masih panjang dan dia tidak boleh menyerah secepat ini.

" Mire! Mire! Mire! " Panggil Lusi seraya berlari, bahkan dia sampai membuka pintu dengan kuat.

" Lusi? Ada apa? " Mire menggosok matanya, lalu mengerjapkan pelan-pelan. Padahal dia baru saja akan tertidur karena ini sudah akan larut, dan dia juga sudah sangat lelah.

Lusi mengatur nafasnya, sembari memegangi perutnya yang terasa sakit.

" Diluar, diluar ada dia! "

Mire mengeryit bingung. Dia? Siapa?

" Dia siapa? "

" Anu, itu, dia! "

Mire semakin mengeryit, lalu dia menepuk-nepuk pelan punggung Lusi karena melihat Lusi seperti kesulitan bicara karena kaget juga nafas yang tidak teratur.

" Cepat, kau lihat saja! " Lusi mendorong tubuh Mire keluar dari kamar, lalu membuka pintu depan dan menunjukkan punggung seorang pria terbungkus jaket tebal panjang hampir selutut, bahkan di bahunya sampai banyak salju karena cukup lama berdiri luar sana.

" Lama tidak berjumpa, tunanganku. "

Drago! Mire yang terkejut hanya bisa melotot dan mengedip-ngedipkan mata beberapa kali karena merasa tidak percaya dengan adanya Drago di hadapannya.

Mimpi ya? Apa karena aku tida rela dan selalu rindu jadi membuat mata ku gila?

Drago menghela nafas, ada semburan asap disana karena cuaca dingin yang sedang melanda negara tersebut sesuai dengan musimnya.

" Kau mau membuatku mati beku ya? " Drago berjalan mendekat, lalu mendorong kepala Mire dengan telunjuknya.

" Aku pasti sudah gila! " Ujar Mire yang masih tak percaya.

" Benar, kau gila! Kau memberikan cincin pertunangan kita kepada wanita lain, lalu pergi meninggalkan ku tanpa bicara, sekarang kau masih tidak membiarkanku masuk juga, apa kau menyimpan dendam mendalam padaku? "

" Bisa-bisanya gila sampai seperti ini? Bahkan nafasnya juga terasa nyata. " Mire masih tak percaya.

Cup! Drago mengecup singkat bibir Mire karena sudah bosan juga meladeni kegilaan Mire.

" Dasar bajingan! " Kesal Mire, lalu memukul pipi Drago.

" Ah! " Pekik Drago tapi tak terlihat kesakitan.

" Masih mau melamun sampai kapan? " Drago mencubit pipi Mire sampai merah dan jelas sekali Mire merasakan sakit.

" Aw aw! " Mire menepis tangan Drago, lalu mengusap pipinya.

" Ini kau sungguhan?! "

" Menurutmu? "

" Ci ciuman per pertamaku kenapa seperti ini? Padahal aku memiliki fantasi sendiri saat aku berciuman, kau sudah menghancurkan fantasi terindahku. "

Drago memegang pundak Mire, lalu mendorongnya mundur agar dia bisa segera masuk.

" Drago, kenapa kau bisa disini? " Tanya Mire mengekor di belakang Drago yang masuk kedalam dan kini sudah duduk di sofa mereka.

" Kenapa? Apa mengunjungi tunanganku sendiri adalah hal yang tidak benar? " Tanya Drago seraya melepas mantel panjangnya, meletakkan do gantungan sebentar dan kembali duduk dengan nyaman. Di ujung ruangan Lusi hanya bisa menelan salivanya sendiri saat Drago mencium bibir Mire di hadapannya, dan kini dia tidak mau memikirkan apapun lagi selain kabur dan mengunci diri di kamarnya sebelum adegan-adegan sialan lain akan terbayang-bayang olehnya.

" Tunanganku? Bukanya kau sudah jadi tunangan kakakku? " Mire bertanya dengan wajah yang jelas sekali menginginkan jawaban dari pertanyaannya itu.

Drago menghembuskan nafas kasarnya, dia bangkit lalu meraih pergelangan tangan Mire dan membawanya untuk duduk disampingnya.

" Jangan kurang ajar, kau pikir aku barang yang bisa kau berikan kepada orang lain. Lagi pula, kalau aku memang menginginkan kakakmu, aku tentu saja tidak ingin setuju dengan perjodohan bodoh ini. "

" Lalu, bagaimana dengan kakakku? " Tanya Mire nampak sedih karena merasa kasihan dengan kakaknya.

" Kakakmu juga harus bisa menghadapi kenyataan, dari awal kita dekat karena bisnis, aku menganggapnya sebatas itu, tapi kakakmu sendiri yang salah paham. Aku bukan pria yang suka memberikan signal ketertarikan, jadi aku sudah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. "

" Jadi kau tertarik padaku, begitu ya? "

Drago sontak terdiam, lalu menelan salivanya sendiri. Benar-benar sialan mulut Mire yang selalu saja membuatnya tak bisa lagi banyak bicara.

" kenapa diam? Jangan-jangan benar ya? "

Bersambung

1
Diana Tanggela
sedih banget,seperti ngerasain sendiri😭😭😒
Diana Tanggela
Luar biasa
Neng Alifa
biarin sih anak menjalani hidupnya sndiri. gk melenceng juga
Neng Alifa
jadi versi terbaik dirimu sndiri
Neng Alifa
anak saya 3 . saya membebasan cita" mereka mau jdi apa asalkn bnr dan sebagai ortu saya hanya mengarahkan saja.
Jopiterreincaley
Luar biasa
tutiana
luar biasa
Novi Ananta
Luar biasa
Indah Lestari
novelnya keren bangetttss,,, bahasa yang di gunakan juga mudah dipahami, tidak bertele-tele, jalan ceritanya juga bagus. bikin mewek, bikin senyum, bikin nangis juga... love u thorrrr.
martina melati
kalo anak gk terjerumus dg hal2 negatif hargai donk, ayah... ktimbang anak main hp terus kerjaanny (gaming) iy kalo coding...
martina melati
astaga ... koq ada y ayah spt gitu... gk murah lho beli kuas ato cat air, cat arkelic buat melukis... cryoon,spidol jg mahal aplg kanvas...
martina melati: saya dulu jg hobi melukis, ikut lomba jg tp gk pernah menang... sampe semifinal gugur... banyak yg lebih unggul mlukis/Joyful/
total 1 replies
martina melati
iy enak ice cream... nih baca novel sambil jilat ice cream /Drool/
Rochma Wati
Luar biasa
martina melati
iy s7 thor.... kadang bakat anak berbeda dg sodarany...
martina melati
iy betul...
Khairul Azam
ini bapak sama derel ini sama sama gendeng nya, klo dia takut mere seperti ibunya itu bukan salah mereka tp krn salah pak luan sama ibu ana
Khairul Azam
nangis aku 🤭
Putri Windasari
utk k2 kali nya aq baca inj..
udh tau jln ceritanya,tapi tetep aja meweek,,sumpaah banjir air mata gue thor..aq tau gimna sakit ny mire,krn aq jg merasakan apa yg dia rasakan 😭
Paulina Marlin
aduh air mata ku
Paulina Marlin
novel mu bikin aku nangis .nyata dengan kehidupan sehari hsri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!