"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
delapan belas
Tepat saat jam makan siang. Helena membawa bekal seperti apa yang di mintai Damian padanya tadi pagi, dan lagi-lagi, Damian meminta Helena untuk menyuapi nya makan dan juga menahan Helena yang hendak pulang kerumah.
Helena duduk dengan bosan sambil memainkan ponselnya, menatap kesal pada Damian yang terlihat sibuk pada laporan berkas perusahaan di atas meja.
"Aku bosan sekali di sini, aku ingin pulang, Damian. " ucap Helena untuk kesekian kalinya, meminta Damian untuk mengizinkannya pulang. Helena sebenarnya bisa saja pulang dengan menerobos pintu, tapi dengan liciknya, Damian mengunci pintu ruang kerjanya agar Helena tidak bisa kabur.
"Kenapa terburu-buru sekali? Ada banyak hal yang bisa kamu lakukan di sini untuk mengusir rasa bosan kamu, nanti kita akan pulang jam lima sore untuk pergi butik dan salon. " ujar Damian panjang lebar, fokusnya tetap pada lembaran-lembaran kerja di tangannya.
"Butik? Salon? Untuk apa ke tempat itu? " tanya Helena bingung.
"Nanti malam, kita akan mendatangi pesta kolega bisnis ku. Dan kamu harus datang bersamaku. "
Helena menghembuskan nafas, menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa, ponselnya di letakkan begitu saja di atas meja. "Kalau aku tidak ingin ikut, apa bisa? "
"Tidak menerima bantahan, bukannya sudah kewajiban kamu untuk mendatangi setiap acara dilakukan kolega bisnis ku, dan kamu biasanya tidak masalah, dan terlihat sangat senang. "
"Tapi sekarang keadaannya sudah berbeda, Damian. " jawab Helena dengan cepat.
"Aku tidak mau menerima bantahan, ini pernyataan mutlak. " jawab langsung Damian, tidak ingin bertanya maksud apa yang dikatakan Helena barusan.
Damian cari aman, dia tau endingnya bagaimana kalau Damian bertanya maksud dari ucapan Helena. Jangan sampai kejadiannya akan seperti di parkiran restoran minggu minggu lalu.
Helena menghembuskan nafas panjang, mau tidak mau mengiyakan permintaan mutlak Damian. Sejujurnya, Helena juga sebenarnya udah capek bila terus berantem dengan Damian.
"Yasudah."
••••••••••
Seperti yang di katakan Damian tadi, pukul lima sore keduanya sudah keluar dari perusahaan menuju butik dan salon menggunakan mobil perusahaan yang dikendarai Damian sendiri.
Menghabiskan waktu berjam mencari dress dan stelan jas di butik langganan keluarga Damian, dan kemudian menuju sebuah salon kecantikan untuk mendandani Helena.
Dan di sinilah Damian dan Helena akhirnya. Tepat pukul tujuh malam, keduanya tiba di sebuah hotel mewah- sebagai tempat pelaksanaannya acara tersebut, Damian dengan penuh perhatian dan romantis, membukakan pintu mobil Helena dan menggandeng tangan Helena.
Keduanya melangkah menuju pintu masuk hotel, kedua penjaga berbadan kekar sontak membungkukkan badan mereka saat melihat kedatangan Damian.
"Selamat datang, Tuan dan nyonya. " sambut kompak kedua penjaga itu.
Damian memeluk pinggang Helena dan merapatkan tubuh Helena dengannya saat keduanya sudah masuk ke dalam, dan melihat begitu banyaknya orang-orang yang sudah berdatangan.
"Tuan Damian, selamat datang. Terimakasih sudah datang di acara saya yang sederhana ini. " tiba-tiba seorang pria baya, sekitaran umur lima puluhan. Datang menghampiri Damian dan Helena, menyambut kedatangan keduanya.
"Tuan Charles, kita berdua adalah rekan bisnis, tidak sopan rasanya bila saya tidak datang memenuhi undangan anda. " jawab Damian, membalas jabatan tangan dari rekan bisnisnya, yang otomatis pelukan tangannya dipinggang Helena terlepas.
Helena menghembuskan nafas, akhirnya dia bisa terlepas juga dari pelukan erat Damian yang menyesakkan, Helena sedari tadi menahan nafasnya karena badannya terlalu dekat dengan Damian, dan itu tidak baik untuk kondisi jantungnya yang terus berdetak kencang tidak semestinya.
Helena takut Damian mendengar detakan jantungnya karena posisi keduanya yang sangat dekat.
Tuan Charles senyum puas, dia melirik sebentar pada wanita samping Damian. Sayang sekali Damian sudah menikah, bila tidak, tuan Charles berencana ingin menjodohkan Damian dengan anak tunggalnya.
Siapa yang tidak ingin memiliki menantu sukses seperti Damian? Seluruh rekan bisnis Damian yang berumur tua, pasti juga menginginkan Damian menikah dengan anak mereka.
Di umurnya terbilang muda di dunia bisnis. Damian sukses mengembangkan sayap bisnis keluarganya hingga melebar di beberapa kota, bahkan negara.
"Saya minta maaf karena tidak bisa melanjutkan obrolan kita, Tuan Damian. Ada banyak tamu yang harus saya sambut kedatangannya satu satu. " ujar tuan Charles dengan wajah bersalahnya, sebagai tuan rumah dari acara tersebut. Dia memang harus menyambut tamu kolega bisnisnya yang datang.
"Ya, tidak apa-apa, tuan Charles. Kita masih ada waktu lain untuk kembali berbincang. "
Setelahnya, tuan Charles berlalu dari hadapan Damian dan Helena untuk menyambut para tamu yang lainnya.
"Tuan Charles terlihat sekali seperti tidak menyukai keberadaan aku, disini. " ujar Helena tiba-tiba, dia bisa melihat wajah tak acuh tuan Charles tadi saat meliriknya.
"Jangan pedulikan. " jawab singkat Damian.
Helena mengangguk pelan kepalanya, benar kata Damian. Untuk apa juga dia memperdulikan penilaian orang tentangnya, selagi dirinya tidak membuat masalah dan menyinggung seseorang, Helena tidak perlu peduli akan tanggapan orang-orang padanya.
"Kamu bisa menunggu sebentar di sini? Aku harus bergabung dengan rekan kerja ku yang lain, sekalian berbicara tentang soal bisnis, kamu tidak apa-apa aku tinggal kan? " ucap Damian, saat melihat perkumpulan rekan-rekan bisnisnya di tempat lain.
"Tidak apa-apa, aku akan menikmati hidangan makanan di sini. Kamu pergi lah. "
Menghembuskan nafas, Damian dengan perasaan berat akhirnya pergi meninggalkan Helena seorang diri menuju di mana para rekan bisnisnya berada. Sementara Helena, wanita itu menepi menuju tempat makanan tersedia yang tersusun rapi di meja panjang di sudut ruangan.
"Nyonya ingin yang mana? " tanya seorang pramusaji.
Helena termenung, menatap jejeran makanan didepannya, "Cake coklat terlihat menggiurkan, aku ingin yang itu saja. " tunjuk Helena, pada cake coklat kecil yang menarik perhatian matanya.
"Pilihan yang bagus, nyonya. Ini adalah cake terenak di toko bakery kami, bila ada suka, anda bisa mendatangi toko kami. " pramusaji itu menyerahkan sepiring kecil berisikan cake coklat pada Helena, tidak lupa menunjukkan banner kecil seukuran buku untuk mempromosikan toko bakery mereka, acara tuan Charles memang menyewa beberapa toko makanan sebagai hidangan di acaranya malam ini.
"Toko bakery? Ku kira semua hidangan di sini dari hotel yang di sewa. " Helena menerima piring tersebut, mengiris kecil cake tersebut dengan sendok, Helena mengangguk senang saat rasa cake coklat di makannya sesuai dengan ekspektasi nya, sangat enak. "Enak sekali, cake kalian sangat enak dan tidak begitu manis di lidah, aku akan mampir ke toko bakery kalian nanti. "
"Saya menunggu kedatangan anda, nyonya. Anda ingin lagi? Atau ingin mencoba beberapa hidangan kue dan roti dari toko kami. "
Helena menyetujui, meminta para pramusaji tersebut untuk memilih hidangan dari toko mereka untuknya, selagi menunggu makanannya di ambilkan. Helena mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Damian, Helena tersenyum simpul melihat sisi samping tubuh Damian yang terlihat mengobrol serius dengan rekan bisnisnya.
Senyumnya seketika memudar, melihat seorang wanita anggun menghampiri Damian. Itu Dellia- wanita cantik dan anggun, yang di sukai Damian.
Dari jauh, Helena bisa melihat keduanya mengobrol dengan lancar dan akrab. Dellia tak hentinya tersenyum manis saat mengeluarkan kata tiap kata dari mulutnya, dan lihat respon Damian. Pancaran mata penuh ketulusan dan ketertarikan bisa Helena lihat dari pandangan Damian untuk Dellia.
Seperti acara sebelum-sebelumnya, malam ini. Dellia terlihat begitu memukau, pria normal manapun pasti akan jatuh hati padanya, tak terkecuali Damian sendiri. Kini bukan hanya Dellia yang menyapa Damian, keluarga wanita itu datang menyapa Damian dengan ramah dan saling mengobrol dengan nyaman, seperti keluarga bahagia saja. P
Helena berhenti memperhatikan keakraban itu, semakin dia lihat mereka. Semakin kesal dan sakit hati yang dirasakan Helena, walau dirinya tengah berusaha untuk melupakan Damian, namun rasa itu masih juga hinggap di relung hatinya.
"Nyonya, ini hidangan makanan untuk anda. Semoga anda suka. " suara pramusaji membuat Helena tersadar dari lamunannya, dia menerima sepiring besar berisikan berbagai macam kue dan roti, tidak lupa juga dengan segelas minuman dingin.
"Makasih."
Helena mengedarkan pandangannya, Helena ingin duduk di tempat lebih jauh dari jangkauan Damian. Helena melangkahkan kakinya menuju sudut ruangan terdapat meja kosong, di sini. Damian tidak akan melihat keberadaannya.
Menduduki dirinya di kursi tersebut, Helena kini fokus menikmati hidangan di depan matanya. Kepalanya terlihat mengangguk senang saat kue dan roti sangat enak dan pas di lidahnya, Helena janji akan datang ke toko bakery tersebut, dan memborong habis jualan mereka.
Terlalu fokus pada makanannya, hingga terdengar seseorang menyapa Helena dan duduk di sampingnya.
"Selamat malam, Helena. " sapa seorang laki-laki itu.
Helena menghentikan aktivitas makannya, melihat laki-laki yang menyapanya, sudah duduk di kursi sampingnya.
Arthur Gunadi, seorang pengusaha muda seperti Damian. Namun, tidak sesukses besar seperti Damian.
Helena mengerjapkan matanya tiga kali, kenapa laki-laki itu menyapa dirinya?
"Kenapa kamu selalu sendirian setiap kali aku lihat kamu datang ke acara seperti ini? " tanya Arthur seraya tersenyum menawan, dia tiba-tiba menyomot kue di piring Helena dan memasukkan bulat-bulat ke mulutnya.
"Bukankah ini pertemuan pertama kita?" tanya Helena dengan heran, dia sebenarnya sudah mengetahui siapa itu Arthur. Bila dia datang ke acara seperti ini, Helena akan mendengar perbincangan para wanita mengenai Arthur yang terkenal seorang laki-laki tampan yang ramah.
Ini pertemuan pertama mereka, dengan Arthur yang datang menyapa dirinya terlebih dahulu.
"Tidak, aku sering mengamati kamu setiap di acara seperti ini. Kamu selalu duduk menjauh dari perkumpulan para wanita lainnya, kalau tidak, ada seorang wanita yang akan menghampiri kamu, tapi tidak lama dia pergi bergabung dengan para wanita lain dan meninggalkan kamu seorang diri. " ujar Arthur panjang lebar, Helena sedikit tidak nyaman mendengarnya saat tau bahwa selama ini ada yang memandanginya diam-diam, itu terdengar seperti seorang penguntit, kan?
Helena terdiam, bingung ingin membalas apa dari ucapan panjang Arthur padanya.
"Ngomong-ngomong, drees dikenakan kamu malam ini terlihat sangat indah dan cocok untuk mu. Kamu terlihat sangat cantik, Helena. " sanjung Arthur tanpa ragu, menatap intens penampilan Helena malam ini yang terlihat memukau. Arthur melupakan status Helena kini yang sudah menikah, dan suaminya adalah Damian.
Helena masih terdiam, agak takut melihat tatapan intens penuh minat Arthur layangkan padanya.
"Kamu tau? Aku lebih suka wanita yang tidak menonjol dan pendiam seperti kamu, terlihat memukau dan anggun, sayangnya kamu sudah menikah. Betapa beruntungnya tuan Damian, memiliki istri yang begitu cantik seperti kamu, Dengar-dengar hubungan pernikahan kalian tidak begitu akrab dan dingin, bila saja aku lah seorang laki-laki yang menikah dengan kamu, aku akan mencintai dan memperlakukan kamu dengan baik. "
semangat 💪💪💪