I Am A Perfect

I Am A Perfect

Look!

Seorang gadis cantik berusia dua puluh tahun kini tengah berlari, dengan langkah cepat dia menaiki tiap anak tangga menuju sebuah ruangan dimana Ayahnya berada. Iya, gadis cantik itu adalah Mirelia, gadis yang selama ini dikenal dengan tingkah manjanya, juga sangat suka membuat ulah.

" Ayah? " Mirelia tersenyum bahagia seraya memegang sebuah amplop yang kini ingin sekali ia tunjukkan kepada Ayahnya.

" Mire! Berapa kali Ayah bilang, jangan sembarangan masuk, dan biasakan mengetuk pintu terlebih dulu. " Kesal sang Ayah karena ponsel yang tengah menghubungkan dengan seseorang terjatuh ke lantai saat dia terperanjak kaget tadi.

Mirelia yang tadinya tersenyum bahagia kini tak bisa lagi memasang senyum itu lebih lama. Dia segera menunduk dan meminta maaf sebelum Ayahnya lebih marah lagi.

" Ayah, aku minta maaf. Aku hanya- "

Tok Tok

" Ayah, apa aku mengganggu? " Seorang gadis cantik bernama Derelia, atau kakak dari Mirelia kini bertanya dengan sopan karena takut mengganggu, tapi juga ada hal yang mendesak.

" Lihatlah cara kakakmu masuk, Mire. Jika kau tidak bisa menjadi anak yang pandai, belajarnya untuk menjadi anak yang sopan. Kau bukan anak kecil lagi yang harus dipukul baru mengerti kan? " Ucap Ayah kesal seraya memungut ponselnya yang terjatuh di lantai.

" Maaf, Ayah. " Mirelia meremas amplop putih itu, lalu berjalan keluar tanpa mengatakan apapun lagi. Setelah sampai diluar, dia menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan pelan. Dia tersenyum karena dia harus menemui satu orang lagi, iya siapa tahu kertas ini akan membuatnya merasa bangga dengan dirinya. Dengan langkah kaki cepat, Mirelia menjalankan kaki, menuruni anak tangga menuju dapur dimana Ibunya berada. Benar saja, Ibunya kini tengah sibuk dengan kue keringnya yang selalu banjir pesanan akhir-akhir ini.

" Ibu! "

" Mire? Ada apa sayang? " Ibu Ana, tersenyum menyambut kedatangan sang putri, tapi tak lama dia kembali berbicara dengan tiga pegawai yang tak lain adalah Ibu tetangga rumahnya.

" Ibu, lihatlah ini! " Mirelia mengangkat tunggi amplop putih ditangannya, wajahnya merona bahagia, berharap dia bisa membagi kebahagiaan itu dengannya.

" Iya? Mire sayang, taruh saja disana ya? Nanti Ibu akan lihat kalau sudah tidak sibuk lagi. "

Sontak kata-kata Ibunya membuat wajah Mirelia berubah menjadi datar. Perlahan dia menurunkan tangannya, lalu terdiam tanpa bisa berkata-kata.

" Mirelia sungguh sangat cantik ya? Dia menggemaskan dengan tingkah manjanya, anda pasti bahagia memiliki anak seperti Mire. " Ujar salah satu pegawai Ibu Ana.

" Iya, dua anakku memang memiliki sifat yang berbeda. Satu sangat gila kerja, dan satu sangat manja. "

Manja? Kata itu lagi, Mirelia berbalik seraya mengenal nafas sesaknya. Dia mulai kembali berjalan hendak keluar dari rumah, lalu berbagi kebahagiaan dengan orang yang bersedia saja.

Kring....

Suara telepon rumah berdering saat Mirelia hampir melewatinya, seperti dirinya yang biasa, dia akan tersenyum dan berbicara dengan ramah saat bertemu orang secara langsung, maupun saat menerima panggilan telepon.

" Selamat siang, disini kediaman Luan Damire. " Sapa Mirelia setelah sambungan telepon terhubung.

Selamat siang, aku sedang bicara dengan siapa?

Suara seorang wanita yang sepertinya seumuran dengan Ibunya, sontak Mirelia tak lagi canggung karena pasti itu adalah salah satu sahabat Ibunya.

" Hai Bibi? Perkenalkan, namaku Mirelia, Bibi panggil saja aku Mire seperti Ayah dan Ibuku memanggil namaku. "

Ya Tuhan, kau adalah Mirelia? Sungguh sangat senang sekali, dulu Bibi pernah bertemu denganmu, tapi itu sekitar delapan belas tahun yang lalu.

" Benarkah? Apa Bibi tinggal di daerah terpencil? Apa Ibu ingin berbicara dengan Ibuku? "

Bibi tinggal diluar negeri karena suami Bibi orang asing. Tapi Bibi sudah kembali, dan akan segera bertemu denganmu, juga Ayah dan Ibumu. Nanti saja bicara dengan Ibumu, Bibi masih ingin berbicara denganmu, boleh kan?

" Boleh, Bibi. Kalau begitu, kapan Bibi akan datang kemari? "

Besok malam, sayang. Bibi benar-benar tidak sabar ingin bertemu denganmu.

" Aku juga pasti akan senang bertemu dengan Bibi. "

Pasti, Bibi juga.

" Bibi, aku ada hal yang akan aku kerjakan, aku panggil Ibuku sebentar ya? "

Iya, sayang.

Mirelia meletakkan telepon rumah, lalu kembali berjalan menuju dapur untuk memberitahukan kepada Ibunya.

" Ibu, ada Bibi yang menelepon. "

Ibu Ana mengeryit bingung.

" Siapa namanya? "

" Aku lupa tanya, tapi dia bilang sudah delapan belas tahun tidak bertemu kita, besok dia akan datang. " Jawaban Mirelia barusan seolah menegaskan seberapa penting orang yang menghubungi hingga Ibunya berlari cepat dengan wajah bahagia. Mirelia menghela nafas sebal, dia menghentakkan kaki beberapa kali, lalu berjalan mendekati Ibunya yang sudah mulai mengobrol.

" Ibu..." Panggil Mirelia di telinga Ibunya dengan pelan.

" Mire, Ibu sedang bicara sayang. " Ucap Ibu Ana memperingati.

" Ck! Ibu...... " Ibu Ana terdiam sesaat, lalu merogoh saku di celemek yang dia gunakan, dan mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan. Mirelia tersenyum, padahal dia hanya kesal saja karena tidak ada yang perduli dengan isi amplop ditangannya. Tapi kalau sudah di sodori uang, ya mau tidak mau dia tersenyum bahagia.

" Sudahlah, makan siang bersama Lusi saja. " Ujar Mirelia seraya berjalan keluar.

" Berhentilah untuk terus manja, Mire. "

" Kakak? "

Derelia menghela nafas karena merasa jika yang dilakukan adiknya sungguh tidak bermanfaat.

" Mire, apa kau tahu sulitnya mencari uang? Tidak kan? Tapi coba kau hitung berapa pengeluaran mu Satu minggu ini, aku memberimu lima ratus ribu, Ayah lima ratus ribu, Ibu empat ratus ribu, belum terhitung dengan yang barusan. Berhentilah membuang uang demi teman yang hanya setia selama kau memberinya yang. Lihatlah kami yang seperti orang gila demi menghidupi keluarga, tidak kenal siang, atau malam, walaupun kau tidak bisa membantu dalam hal itu, tapi cobalah untuk sedikit memahami kami. Kau tidak akan selamanya menjadi manja, jadi belajarlah mengerti mulai sekarang. " Derelia berjalan meninggalkan Mirelia yamg terdiam tanpa bisa berkata-kata.

" Hemp! Memangnya kenapa? Hanya bisa memarahiku saja! Kakak pasti iri karena tidak memiliki teman dekat sepertiku kan? Walaupun nanti aku bisa mencai uang, aku juga tidak mau sampai gila seperti yang kau katakan. Aku, akan mencari uang dengan caraku, dan dengan hal yang membuatku senang, jadi aku tidak akan sampai lupa dengan waktu. " Kesal Mirelia yang hanya bisa ia lampiaskan dengan ruang kosong tanpa manusia.

Mirelia mengeluarkan ponsel dari saku celananya, lalu memesan ojek online seperti yang bisa ia lakukan. Maklum saja, dirumahnya hanya ada satu mobil, dan mobil itu digunakan oleh Ayah, atau Derelia saat mengurusi keperluan Toko matrial mereka.

" Benar-benar sebal sekali, kemana-mana harus naik ojek, apa Tuhan masih tidak mau memberiku pacar yang punya mobil? Eh, motor saja juga boleh. " Gerutu Mirelia sembarangan, iya sembarangan, karena sebenarnya ada beberapa yang mencoba untuk mendekatinya, tapi dia sendiri masih enggan untuk berpacaran seperti teman-teman kuliahnya.

TBC

Terpopuler

Comments

galaxi

galaxi

kau tdk mau dikatakan manja tp kau kekanakan mire....lebih tepatnya kau hampir jd pcundang....jgn sampai krn terlalu manja mu itu mengakibatkan otakmu tdk bisa berfikir lagi mire...

2023-11-12

0

Astri Tri

Astri Tri

aku mampir lgi, aku suka karya mu thor

2023-01-18

0

💖 sweet love 🌺

💖 sweet love 🌺

mau marathon novel mu satu2 Thor..
tp aq kl baca novel milih yg bab nya gk lebih dr 120 bab, dan malah sering 100 bab ke bawah..
jd maaf kl yg lebih apalagi sampe 200 bab gk aq baca ya Thor..
kecuali novel mu Married with Mr. L..
Krn itu awalnya gk sampe sgitu bab nya

2023-01-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!