Hasna Aulia Zahrani seorang remaja yang cantik, pintar, ceria dan manja. Ia adalah putri tunggal dari seorang pengusaha sukses dan keluarga harmonis, pada awalnya. Hingga tanpa kesengajaan, orang ketiga masuk kedalam rumah tangga orang tuanya dan mengakibatkan perceraian.
karena merasa di khiantai orang tuanya, maka setelah perceraian orang tuanya, kehidupan Hasna berubah menjadi seorang pemberontak, nakal, pembangkang dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar dalam arena balap liar, clubbing serta perkumpulan remaja bebas lainnya. Walaupun hati kecilnya menolak itu semua.
Masa SMA, ia memilih hidup bersama pengasuhnya sedari kecil. Hingga suatu ketika, ia memutuskan untuk tinggal bersama kakek dan neneknya di kota kelahiran sang Ibu.
Karena merasa khawatir dengan kelakuan Hasna, maka kakek serta neneknya memutuskan untuk menikahkan Hasna dengan Afnan Al-jaris, seorang Businessman yang bergelar Ustaz dan putra bungsu dari sahabat kakeknya yang merupakan seorang Kyai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Babb 24. Mirip Ninja
Tiidd ...
Tiiidd ...
Terdengar suara klakson mobil, dari arah luar rumah.
"Suara, klakson mobil siapa malam-malam begini?" tanya Ninen setengah bertanya dan ia menatap Hasna.
Hasna hanya menggelengkan kepala sambil mengangkat kedua bahunya dan tersenyum
"kurang tahu Nin." akhirnya ia bicara.
"Waaahh pasti Ustadz Afnan itu. Adduuh, pakai apa ya, biar dia gak lihat wajah aku. Pokoknya Ustaz gak boleh lihat wajah aku sebelum kita resmi menikah. Biar saja! biar dia penasaran. Lebih bagus kalau ia berpikir aku ini si buruk rupa," gumam Hasna didalam hatinya.
Tiidd ...
Tiidd ...
Tak lama terdengar suara gerbang di buka dan terlihat Bik Rumi berlari dari arah luar rumah menuju tangga dan menghampiri Nenek Hasna.
"Ibu ... Bu ... ada tamu!" ucap Bik Rumi, dengan napas yang tersengal-sengal karena tadi ia setengah berlari naik ke atas tangga.
"Tamu siapa Bik?" tanya Nenek Hasna.
"Itu loh Bu, yang tempo hari ke sini! itu Ustaz ... Anu ... em ...," suara Bik Rumi terpotong.
"Ooh Ustadz Afnan," tebak Ninen
"Nah iya itu, Ustaz yang ganteng itu. Betul Bu!" Ucap Rumi dengan antusias.
"Yey, Bibik tahu saja orang ganteng!" celetuk Hasna. Membuat Rumi tersipu.
"Hihi, Neng Nana. Ya tahu dong! bibi 'Kan matanya jeli kalau lihat orang ganteng. Non Nana cemburu ya, calon suaminya Bibik puji?" tanya Rumi dengan nada bercanda.
"Hishh, Aku cemburu? No!" seru Hasna.
"Sudah-sudah! Sayang, Ninen ke bawah dulu ya melihat Nak Ustaz," ucap Ninen dan di iyakan oleh Hasna. Nenek Hasna pun turun, untuk menghampiri tamunya.
Setelah Ninen Sampai di lantai bawah.
"Asalamualaikum Nek," Afnan berucap Salam. Ketika ia lihat Nenek Hasna menghampirinya.
"Waalaikum salam," ucap Nenek Hasna menjawab salam Afnan. Di susul kecupan di tangan oleh Afnan dan Ubaydillah.
"Nak Ustaz, malam-malam ke sini apakah, ada hal penting?" tanya Nenek pada Afnan yang kini sudah di persilahkan masuk dan duduk di ruang tengah.
"Ini Nek, Umi mengamanatkan pakaian, untuk di pakai besok oleh Hasna, ketika khitbah," ucap Afnan
"Oohh begitu, biar Nenek yang sampaikan Nanti" ucap Nenek.
"Tapi ... maaf Nek! ada beberapa gaun yang harus di pilih oleh Hasna sendiri dan sisanya harus saya bawa kembali malam ini," tukas Afnan. Sementara itu, Ubaydillah hanya diam dan menyimak.
"Seperti itu toh Nak! baiklah Nenek akan memanggil Hasna terlebih dahulu, dia ada di kamarnya," ucap Nenek Hasna ramah.
Setelah berpamitan pada Afna dan Ubaydillah, maka Ninen pun naik ke atas menuju kamar Hasna. bertujuan untuk memanggil Hasna agar turun untuk menemui Afnan.
"A'a bro, bukannya Anta bilang, doi lagi clubbing," bisik Ubaydillah.
"Iya Dek sob, Ana juga bingung! tadi Hasna ditelepon bilangnya sedang Clubing dan memang terdengar suara musik berisik sih," ucap Afnan, menyeringai.
"Tapi koq, tiba-tiba sudah ada di rumah ya?" tanya Ubaydillah.
"Entahlah, Mungkin Hasna sudah pulang!" jawab Afnan enteng.
"Secepat itu?" Ubaydillah masih sangat penasaran.
"Sudahlah. Tak usah di pikirkan, nanti Anta mumet dek!" tukas Afnan.
"Heee, iya juga."
***
Kini Ninen telah sampai di depan pintu kamar Hasna yang terbuka. Lalu Ia pun masuk kedalam kamar Hasna, Ninen lihat Hasna sedang duduk di samping tempat tidur.
"Ada apa Nin?" tanya Hasna, yang melihat Ninen kembali ke kamarnya.
"Nak Ustaz, ingin bertemu dengan mu sayang. Saat ini Calon suami mu ada di bawah, temui ya sebentar," pinta Ninen.
Hasna risih mendengar calon suami "Siapa Nin! calon suami Nana? tapi Ustadz yang mana ya?" tanya Hasna dengan melebarkan bola matanya. ia pura-pura tidak tahu kalau yang di bawah itu adalah Afnan.
"Ya siapa lagi, selain Ustaz Afnan," jawab Ninen.
"Ada perlu apa ya kira-kira? hingga malam- malam begini dia kesini Nin? Hasna masih pura pura, padahal ia sudah tahu memang Afnan yang datang akan menemui nya malam ini .
"Ya sudah, temui saja dahulu, nanti kamu akan tahu. Ayok," ajak Ninen.
"Ninen pergi saja dulu, nanti Nana menyusul
Nin," pinta Hasna.
"Ya sudah. Tapi jangan lama, kasihan Nak Ustaz menunggu!" ucap Ninen.
"Iya Ninen sayang, sebentar. Hanya berganti pakaian saja yang agak sopan," ucap Hasna.
"Baiklah," ujar Ninen dan Ninen pun, segera berlalu turun ke lantai bawah, untuk menemui Afnan.
"Gue kira, tuh Ustaz sudah kapok! Hadeuuh masih saja mau menemui," gerutu Hasna sembari memutar otak mencari cara agar dapat menemukan sang Ustaz tanpa memperkenalkan wajahnya.
"Sekarang, menemui doi pakai apa ya?" ucap Hasna dalam hatinya. sembari melirik ke arah lemari lalu ia segera melangkah menuju lemari untuk mencari cara mendapatkan penutup wajah yang dapat ia gunakan.
"Huff, tidak ada yang cocok. Lalu aku harus memakai apa? atau ... pakai masker wajah yang warna hitam ya? eh tapi ... itu harus di aplikasikan dulu dan terlalu lama." Monolog Hasna.
***
Beberapa saat kemudian, Hasna pun turun menemuni Afnan. "Asalamualaikum Ustaz!" sapa Hasna ramah. ketika sudah berada di hadapan Afnan, Ubaydillah dan Ninen.
"Wa'alaikum salam!" jawab Afnan. Namun, mereka terperanjat, terkejut saat melihat apa yang Hasna kenakan.
Betapa tidak, Hasna memakai kain sarung yang menutupi seluruh kepalanya, hingga tubuhnya. Hanya terlihat garis area mata saja. Bisa di bilang mirip Ninja, namun ujung kain sarung itu tak lebih panjang dari celana pendek warna hitam yang Hasna kenakan. Sehingga membuat paha Hasna yang mulus dan putih itu terlihat dengan jelas.
"SubhannAllah, Astagfirullah, ya Robb. Ampuni mata hamba ini, melihat apa yang ada di depan hamba, yang seharusnya belum boleh hamba lihat," gumam Afnan dalam hatinya. Kali ini Ubaydillah memalingkan wajah nya, ia tidak mau melihat ke arah Hasna.
"Nana, kamu apa-apaan ini? kok mirip Ninja begitu?" tanya Ninen. Tak percaya Hasna melakukan hal itu, saat bertemu dengan calon suaminya.
"Mmm ... 'kan sedang latihan pakai hijab bercadar Nin, hihi," jawab Hasna cuek dan terdengar enteng.
Tatapan Hasna tertuju pada Afnan. Ia terlihat begitu tampan dan menarik. Kemeja warna maroon pas boddy dan celana bahan berwarna hitam (Korean style). Sehingga kegagahan Afnan menonjol dan terlihat memesona dengan lengan yang di gulung.
kancing kemeja yang terbuka hingga baris ke dua makin menonjolkan sisi macho-nya. Afnan tidak terlihat seperti usia tiga puluh tahun, tampilan Afnan lebih terlihat seperti usia dua puluh tahunan.
"Tunggu sebentar Nona Hasna! gaunnya masih berada di dalam mobil," ucap Afnan. Sontak mengejutkan Hasna yang sedang asik menelusuri pandang tubuhnya.
"Am, iya!" jawab Hasna singkat.
"Dek Sob, tolong bawakan gaun-gaun itu ke sini!" pinta Afnan pada Ubaydillah.
"Baik A'a bro, sebentar," ucap Ubaydillah seraya berlalu ke arah luar, menghampiri mobilnya yang terparkir di halaman. Tujuannya untuk mengambil gaun yang akan dikenakan Hasna saat acara khitbah besok.
Tak lama, Ubaydillah pun sudah kembali, dengan membawa beberapa pakain kedalam ruang tengah.
"Silahkan, memilih Nona," ucap Ubaydillah pada Hasna. Kini mereka hanya bertiga, Karena Nenek Hasna sudah pamit ke kamarnya.
"Ayo Nona, yang mana yang kamu suka? pilih saja," pinta Afnan.
Saat Hasna hendak mengambil gaun berwarna hijau tosca, tangan Afnan pun hendak mengambilnya dan secara tak sengaja, tangan Hasna dan tangan Afnan bertemu di atas gaun hijau dengan posisi tangan Hasna di atas tangan Afnan. Lalu mereka saling pandang, dengan tangan mereka masih saling menempel.
Tatapan Mata indah Hasna bertemu dengan tatapan maskulin Afnan, sorot mata Hasna, rambut alis Hasna yang tertata rapih, Afnan yakin ia wanita yang sangat cantik.
"Ehhemmm," deheman Ubaydillah membuat mereka terkejut dan secepat kilat menarik tangan mereka, agar segera menjauh.
"ASTAGFIRULLAH."
"Hum, sok terkejut. Coba tidak Ana dehemin, akan lebih lama tuh drama tatap-menatapnya dan saling tumpang tindih tangannya. Jangan berpikir Rezeki dadakan ya Aa Bro!" bisik Ubaydillah membuat Afnan malu dan salah tingkah.
***
Bersambung.