Ini mengisahkan seorang permaisuri terkenal tangguh yang mampu membantu rajanya melawan musuh di medan perang bernama Violetta.
Setelah membantu sang raja berjaya permaisuri malah di khianati dan dibunuh oleh suami yang dia sayang.
Setelah mati sebuah keajaiban muncul. Dia hidup kembali dalam tubuh wanita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neneng selfia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
eps. 23
Devan mendengar gumaman Az dan bingung dengan maksud ucapan Az itu. Di depan ternyata lampu merah membuat Devan menghentikan laju mobilnya lalu menatap Az.
"Apa maksud ucapanmu itu?" tanya Devan.
"Memangnya apa yang aku ucapkan?" tanya Az balik.
Yang merubah wajah sendunya menjadi wajah bingung karena belum sadar bahwa apa yang dia gumam kan tentang Az didengar oleh Devan.
"Kau membicarakan dirimu seolah itu bukan kamu." jawab Devan.
"Aku tidak mengatakan apapun. Mungkin kau salah dengar." ucap Az.
"Tajam juga indera pendengarannya." batin Az.
"Mana mungkin aku salah dengar. Aku jelas mendengar kalau kau....."
"Tin tin tiiiiiiin." suara klakson kendaraan di belakang mereka memotong ucapan Devan.
"Ck ck ck, iya sabar." ucap Devan kesal sambil melajukan kembali kendaraannya karena lampu sudah kembali berwarna hijau saat dia akan berbicara tadi.
Az tersenyum melihat wajah kesal Devan. Menurutnya wajah Devan sangat lucu seperti anak kecil saat kesal dan menggerutu seperti saat ini.
"Heh kau ternyata bisa juga tersenyum tanpa paksaan ke arahku." ucap Devan yang tidak sengaja melihat Az tersenyum menatap ke arahnya.
"Apa maksudmu?" tanya Az bingung.
"Kau tidak mungkin tidak tahu maksud dari ucapanku bukan?" tanya Devan balik.
Devan kini menepikan mobilnya, melepas sabuk pengaman dan melihat ke arah Az saat mobilnya sudah dia matikan mesinnya.
"Aku sungguh tidak tidak tahu. Jika aku tahu, aku tidak akan bertanya lagi kepadamu." jawab Az.
"Kau selama dua kali kita bertemu, selalu tersenyum tipis yang terlihat sangat terpaksa. Sedangkan pada kakek juga orang tuaku, kau akan tersenyum begitu tulus dan manis. Aku sampai berpikir kalau kau membenciku saat itu." jelas Devan.
"Aku tidak membenci dirimu sama sekali. Kita baru bertemu dan berkenalan bukan? Bagaimana bisa aku benci dengan orang yang baru aku jumpai?" tanya Az.
"Mana aku tahu. Yang jelas kau seolah tidak suka padaku saja karena kau baik dan ramah pada yang lain." jawab Devan.
"Aku hanya tidak terbiasa berkomunikasi dengan seorang pria. Terlebih karena masa laluku yang sangat buruk mengenai lawan jenis, aku akan menarik batas terhadap seorang pria." ucap Az.
"Aku tidak tahu jika sikap pertahanan alami yang keluar dengan sendirinya dari diriku terhadap lawan jenis akan membuat kau menjadi salah paham seperti ini." tambahnya.
"Masa lalu?" beo Devan.
"Ya, masa lalu. Kisahnya terlalu panjang dan menyedihkan. Aku tidak sanggup untuk bercerita tentang masa itu tapi intinya sebelum bertemu kakek hidup aku begitu suram." jawab Az.
"Oh, maaf jika pertanyaanku membuat kau kembali teringat dengan masa suram itu." ucap Devan.
"Tidak masalah. Sekarang, bisakah kau kembali melajukan mobilmu?" tanya Az.
"Baiklah, dengan satu syarat." ucap Devan.
"Apa syaratnya?" tanya Az.
"Setiap kali bertemu denganku kau tidak lagi membuat batas. Anggap saja aku sebagai teman atau keluarga. Bukankah kau juga sudah menjadi bagian keluargaku semenjak kakek juga orang tuaku menganggap kau putri keluarga Gerald?" jawab Devan.
"Tapi...."
"Hanya sebagai teman dan keluarga. Tidak lebih dari itu. Setidaknya untuk saat ini hingga kau bisa membuka hati untuk seorang pendamping." ucap Devan.
"Aku tidak akan memaksa kamu untuk menerima aku menjadi seorang yang spesial di hatimu. Kalaupun nantinya kau bisa membuka hati dan memilih orang lain kita tetap akan menjadi teman bahkan saudara." ucap Devan.
"Tapi aku akan pastikan bahwa hanya ada aku yang akan mengisi hatimu nantinya." batin Devan.
"Baiklah." pasrah Az.
"Janji?" ucap Devan sambil menghulurkan tangan.
"Iya janji." saut Az menyambut uluran tangan Devan membuat mereka berdua saling berjabat tangan.
Devan kembali menghadap ke depan, memasang sabuk pengaman lalu kembali melajukan mobilnya dengan senyuman dibibirnya.
Tanpa mereka berdua sadari ada sepasang mata yang menatap tajam ke arah mereka dari balik kaca mobilnya. Orang itu sudah mengikuti mereka dari sejak Az dan Devan meninggalkan restoran.
Flash back on
Seorang pria baru saja akan mengendarai kendaraannya memasuki parkiran restoran saat matanya tidak sengaja melihat Az yang sedang berbicara dengan beberapa orang.
"Mengapa wanita licik itu terlihat begitu akrab dengan keluarga Devan?" gumamnya yang belum melihat Devan yang terhalang pintu mobil.
Orang itu adalah Elliot yang kebetulan akan melakukan pertemuan dengan kliennya di restoran tempat Az, kakeknya dan keluarga Devan makan siang bersama.
"Mengapa Devan tersenyum pada wanita licik itu, dia bahkan membantu wanita itu menutup pintu mobil dan apakah dia akan mengantar wanita licik itu ke suatu tempat?" ucapnya terkejut melihat Devan menutupkan pintu untuk Az dan memasuki mobil yang sama di bahagian kemudi.
"Masih ada cukup waktu untuk melihat kemana tujuan mereka." ucapnya setelah melihat jam ditangannya.
"Apa yang mereka lakukan sampai tidak menyadari lampu sudah berubah hijau?" gumamnya kesal saat berada di lampu merah dan mendengar suara klakson mobil yang memprotes kendaraan Devan yang belum bergerak setelah lampu berubah hijau.
"Apakah Devan terjerat rayuan tipu daya wanita licik itu?" tanyanya entah pada siapa.
"Wanita itu ternyata seekor rubah yang licik dan serakah. Dia sudah berhubungan dengan tuan Samuel yang kaya raya masih juga ingin menjerat Devan. Apakah dia tipe orang yang mudah bosan dengan pasangannya?" gumamnya.
"Apa yang mereka akan lakukan dengan menepikan mobilnya di jalanan sepi seperti ini?" gumamnya.
Hatinya seolah terbakar melihat mantan istrinya yang dulunya kumal namun selalu penuh hormat dan penurut serta memiliki tatapan lembut kearahnya. Kini berubah cantik dan menawan namun menatap dingin padanya itu tengah bersama sahabatnya.
"Sebenarnya apa yang mereka lakukan di dalam sana? Apakah mereka melakukan itu di tempat umum seperti ini? Yang aku tahu Devan bukanlah orang yang sembarangan berhubungan dengan wanita, mengapa dia bersama dengan wanita yang licik dan serakah seperti dia?" ucapnya semakin gelisah.
Dia baru akan membuka pintu mobilnya hendak turun dan menegur Az dan Devan namun HP miliknya tiba-tiba berdering.
"Halo ada apa?"
"..........."
"Ah aku hampir lupa." ucap Elliot melihat jam di pergelangan tangannya.
"Aku akan tiba di sana segera." ucapnya lagi.
Dia mematikan sambungan telepon sebelum mendapatkan jawaban dari seberang. Dia hampir lupa dengan klien penting yang harus dia jumpai sebentar lagi.
"Masa bodoh tentang wanita itu. Yang lebih penting adalah perusahaan. Aku bisa menegur dan memberikan peringatan kepada Devan agar berhati-hati pada wanita itu lain kali." ucapnya sambil mempercepat laju kendaraannya.
...----------------...
Az tiba di mansion diantar oleh Devan. Devan turun dari mobil ikut masuk ke dalam mansion menuruti ajakan basa basi dari Az untuk ikut mampir. Mereka duduk di ruang tengah dan tidak lama Sidney juga Yuki datang menghampiri mereka.
bikin calon yg lebih tangguh dr devan utk az
malah gila