Seorang istri yang mau nggak mau harus merelakan dirinya dimadu.
Namun ketidakadilan suaminya membuat dirinya harus berpaling dan mengakhiri hubungan yang menyakitkan tersebut dan menikah dengan seorang CEO yang tak lain adalah atasan dari suaminya.
Awalnya hubungannya dulu hanya sebuah sandiwara namun malah mereka saling jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Enggan pergi ke sidang
Seminggu sudah berlalu, hari ini adalah hari libur sehingga Ilham tidak datang ke kantor.
Saat bersantai di teras datanglah seorang dari pengadilan agama yang memberikan undangan sidang perceraian pertama.
"Sampai kapanpun aku nggak akan datang dan nggak akan mau menandatangani surat perceraian kita," kata Ilham lalu menyobek surat dari pengadilan tersebut.
Seketika mood Ilham berubah, dia pun marah-marah pada Vera.
Vera yang nggak terima dimarahin Ilham juga ikut marah
"Aku nggak suka ya mas, tanpa alasan yang nggak jelas kamu marahin aku," sahut Vera
"Karena kamu juga nggak bener, ini udah jam berapa kenapa kamu nggak masak. Jangan hamil kamu jadikan alasan untuk nggak melakukan kewajiban mu sebagai istri," omel Ilham
"Sekarang kamu kok cerewet banget sih mas, iya ini mau otw masak," timpal Vera
Vera masak dengan kesal sedangkan Ilham pergi ke ruang kerjanya.
Dalam sekejap Vera menyelesaikan ritual masaknya, dia menata masakannya di meja makan setelah itu Vera mencari Ilham di ruang kerjanya.
Vera melihat Ilham memandangi foto-foto Rara tentu hal ini membuat Vera marah.
"Bagus, aku repot masak sendiri sedangkan kamu di sini memandangi foto mantan kamu." Vera mengambil dan membuang foto Rara
Spontan Ilham marah karena Vera menganggu acara melamun nya.
"Rara bukan mantan aku, dia masih istri aku. Kamu apa-apaan sih Vera, kenapa kamu buang foto Rara!" maki Ilham
Vera yang emosi menginjak-injak foto Rara dan itu semakin menyulut emosi Ilham, karena sudah pasti foto Rara rusak dan kotor.
"Keterlaluan kamu, siapa yang menyuruhmu menginjak foto Rara!" maki Ilham
"Aku nggak suka mas kamu terpuruk oleh Rara, dia sudah memilih jalan hidupnya sendiri. Untuk apa kamu masih memikirkan Rara." Vera menangis untuk mencari simpati Ilham.
Ilham yang merasa bersalah menghampiri Vera dan memeluknya lalu dia juga mengecup kening Vera.
"Maafkan aku Vera, aku hanya tidak bisa berpisah dengan Rara. Sungguh aku tak bisa melepasnya," kata Ilham dengan mengusap ujung matanya yang basah
Vera melepas pelukan Ilham, dia sungguh kesal karena Ilham begitu mencintai Rara.
********
Hari ini Rara bersiap untuk menghadiri sidang pertamanya, kali ini dia berangkat sendiri tanpa Leo.
Karena Ilham tidak datang akhirnya sidang pun di tunda. Tentu hal ini membuat Rara sangat kecewa dengan Ilham, ternyata memang Ilham ingin membuat semuanya susah.
"Kenapa kamu bersikap seperti ini sih mas, toh kita masih bisa menjadi saudara jika berpisah," batin Rara.
Keesokan harinya Rara pun datang ke rumah Ilham, Beberapa kali Rara memencet bel namun tidak ada respon dari pemiliknya.
Rara pun mencoba sekali lagi dan pintu pun terbuka
"Kamu pulang Ra," kata Ilham dengan raut wajah senang
"Nggak mas, aku kesini cuma ingin ngasih tau kalau kamu kemarin nggak hadir dipersidangan kita, aku harap sidang kedua kamu hadir ya, biar prosesnya cepat selesai." sahut Rara
"Kan aku sudah bilang Ra, aku nggak mau pisah sama kamu," timpal Ilham
"Sudahlah mas, rumah tangga kita sudah nggak bisa diperbaiki, aku yang sakit mas," ucap Rara
Ilham pun terdiam dengan menatap Rara, dia sungguh tidak ingin melepas wanita yang sudah dia nikahi selama lima tahun itu.
"Kalau kamu ingin bersamaku kamu harus bisa memilih mas, antara aku dan Vera. Kalaupun kamu memilih aku apa kamu nggak kasian dengan anakmu yang berada di perut Vera. Bukannya itu alasanmu menikah dengan Vera." Rara mencoba membujuk Ilham
Ilham terlihat bimbang, berat sekali memilih diantara Rara dan Vera
Melihat kebimbangan Ilham, membuat Rara tersenyum. Kemudian Rara pamit untuk undur diri karena dia takut kalau kedatangannya membuat Vera tidak nyaman.
"Pikirkan dan jangan egois, semua adalah keputusan yang kamu ambil dulu," ucap Rara dengan menepuk bahu Ilham lalu dia pergi.
Setelah kepergian Rara, Ilham sungguh kalut. Dia sungguh bingung harus berbuat apa, andaikan waktu dapat dia putar mungkin dulu dia tidak akan bermain api bersama Vera.
Rara kembali ke apartemen Leo, dia sudah nggak mood datang ke cafenya setelah sampai di sana, Rara merebahkan dirinya dengan memijat pelipisnya. Dia sungguh kesal akan sikap egois Ilham.
Tak selang berapa lama, Rara terlelap dengan tangan di atas dahinya.
Leo yang datang langsung masuk ke kamar, dia melihat Rara yang tidur dengan tangan di atas dahi.
"Ilham, Ilham kamu masih saja menyiksanya," gumam Leo lalu ikut rebahan di samping Rara
Leo memindahkan tangan Rara, nampak raut wajah Rara yang banyak beban.
Bibir Leo tergerak untuk mengecup kening Rara karena pergerakan Leo Rara pun terbangun.
"Eh mas Leo, kapan datang mas kok aku nggak tahu," ucap Rara saat dia membuka matanya
"Gimana mau tahu la kamu tidur Ra," sahut Leo
"Iya mas," ucap Rara dengan terkekeh.
Leo memeluk Rara, dia mencoba memberi ketenangan pada kekasihnya tersebut.
"Jangan bersedih Ra, aku akan selalu ada buat kamu. " Leo mencoba menenangkan Rara.
"Terima kasih mas, aku bersyukur karena ada kamu di hidupku, ntah bagiamana jadinya aku jika nggak ada kamu," ucap Rara dengan memainkan kancing baju Ilham
Leo dan Rara akhirnya mengobrol dan bercanda bersama. Hanya dengan Leo Rara bisa menghilangkan duka lara nya.
"Kita jalan-jalan yuk sayang?" tanya Leo
"Kemana mas?" tanya Rara balik
"Ke hawa dingin yuk, rutenya kita naik dari Pacet, Trawas, Tretes, Cangar dan Batu. Gimana kamu mau nggak?" tanya Leo
"Kelihatannya asik tu mas, Hayok kita berangkat," ajak Rara lalu dia pun beranjak
"Ciumnya dong, udah hampir dua Minggu aku nggak dicium" kata Leo dengan mengiba supaya Rara menciumnya
Rara akhirnya mencium Leo, awalnya hanya pipi namun Leo malah menarik Rara dan meminta ciuman bibir.
Ciuman biasa menjadi ciuman yang luar biasa, karena nggak selesai-selesai Rara mendorong tubuh Leo supaya ciuman mereka terlepas.
"Udah ah, ayo" ajak Rara
Leo hanya terkekeh, dia sebenarnya enggan untuk mengakhiri ciumannya dengan Rara.
"Bibir kamu manis Ra, semanis madu," godanya
"Iya mungkin dulu sama ibu bibirku dikasih madu," sahut Rara dengan terkekeh
Rara ganti baju dan menyiapkan tas nya, dia sudah bersiap pergi ke daerah hawa dingin.
Tiga jam berlalu kini mereka sudah sampai di daerah Batu, karena udaranya dingin Rara meminta mas Leo untuk mencari bakso
"Mas kita cari bakso yuk," kataku dengan menatap mas Leo
"Nggak ada Ra," sahutnya
Rara bingung dengan kata-kata Leo, kenapa nggak ada bakso? padahal sepanjang dia lewat tadi banyak yang jual bakso.
"Pasti ada mas," timpal Rara
"Kalau beli ada banyak sayang, tapi kalau cari itu yang nggak ada," ucap Leo dengan terkekeh
Rara yang kesal mencubit bahu Leo, sehingga Leo memekik kesakitan.
"Kok dicubit sih sayang," protes Leo
"Karena mas Leo nakal, mangkanya Rara cubit," sahut Rara
"Memangnya aku nakal kenapa sih sayang, perasaan ucapan ku bener deh." timpal Leo dengan terkekeh
"Sudah ah, males ma mas Leo," kata Rara dengan cemberut
Karena gemas dengan bibir Rara, Leo pun menepikan mobilnya lalu menyambar bibir Rara.
Jadikn masalalumu pelajaran Ra ojok karepe dewe