Follow akun IG-ku @sata_erizawa
WARNING: KOMEDI ROMANTIS! JANGAN MEWEK-MEWEK, WAKTUNYA TERTAWA NGAKAK!
Sinopsis:
Karena tidak mendapatkan kost cewek, aku terpaksa harus menyamar menjadi cowok agar bisa ngekost di kost-kostan khusus cowok.
Namun gila, KENAPA AKU HARUS SATU KOST DENGAN MUSUH BEBUYUTANKU?
Padahal, aku datang ke kampus ini demi mencari calon suamiku yang waktu kecil berjanji mau menikahiku.
Sekarang, aku malah harus dihadapkan dengan kehidupan kost khusus laki-laki yang tak pernsh aku bayangkan sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sata Erizawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Minta Maaf
Hari ini adalah awal mula dari sebuah kisah yang akan semakin panjang. Sebuah kisah yang tanpa awal yang jelas, hanya seakan mengalir begitu adanya. Tanpa ada unsur akan ketersengajaan. Hanya kebetulan saja. Ataukah memang ini semua adalah sebuah takdir.
Entah bagaimana kisah ini akan berlanjut, tapi tetap yakin untuk selalu menjalaninya. Tetap berusaha untuk mengisi kisah-kisah ini dengan indah agar tercipta cerita hidup yang lebih bermakna.
“Aku pulang...” Kata Sifa lemah.
“Kau kenapa, Sif? Pucat sekali wajahmu, apa kau sakit? Oh ya, tadi aku dengar dari Rendra jika kau menyukainya ya? Haha, benar-benar manis sekali.” Tanya Steven.
“Diamlah, aku tak menyukainya! Aku hampir keceplosan.” Jawab Sifa lemah.
“Ah, baiklah. Oh ya, dia juga cerita tentang kau dan Satria yang dihukum di depan kelas gara-gara rambutmu terkena permen karet. Terus bagaimana dengan rambutmu?” Tanya Steven sedikit perhatian.
“Tadi aku mengguntingnya. Aku benar-benar mengguntingnya sekitar 10 cm. Ah...apa dia tidak tahu jika aku memanjangkan rambutku perlu pengorbanan bertahun-tahun?” Sifa mulai kesal mengingat kejadian tadi di kampus.
“Sudahlah. Aku tahu kau kesal. Tapi, rasanya kau itu lebih cantik dalam medium hair. Kau tahu, rambutmu itu terlalu panjang. Ayolah, tunjukan senyumanmu! Jangan cemberut terus!” Hibur Steven.
“...”
“Ahhh, baiklah aku paham. Tapi, kamu benar-benar baik-baik saja, kan? Kamu tidak sakitkan?” Tanya Steven memastikan.
“Tidak, Hanya lelah saja.” Jawab Sifa.
“Oh begitu? Oh ya, bagaimana kelas barumu? Sayang sekali, meski sama jurusan, tapi tidak satu kelas ya?” Tanya Steven keceplosan.
“Sttt, aku bukan Sifa!” Kata Sifa was-was.
“Oh ya lupa Fais kan anak peternakan, maaf, tapi tidak ada yang dengar kok, ku jamin. Anak-anak yang lain belum pada pulang. Hanya si manusia es itu saja yang sudah pulang, dia lagi di taman belakang dekat kolam.” Kata teven.
“Hn, syukurlah. Aku benar-benar lelah sekali. Si kucing belang itu selalu membuat hariku sial. Dimana ada dia, jika ada aku, aku pasti sial.” Kata Sifa.
“Satria maksudmu?” Tanya Steven.
“Hm, siapa lagi? Kau juga menyebalkan!” Kata Sifa.
“Loh kok aku? Kenapa?” Tanya Steven kaget.
“Kenapa juga kau ajak itu kucing ngekost di sini? Padahal kau tahu aku sangat membencinya. Mau membocorkan rahasiaku ya?” Kata Sifa.
“Hahaha, oh itu? Ma..maaf, masalahnya bukan itu. Aku kan sahabat baiknya, aku hanya mau dia baikkan sama kakaknya. Kakaknya sendiri yang memintaku untuk membujuknya ngekost di sini. Susah sekali untuk membujuknya. Aku harus memohon-mohon seperti pengemis agar dia bersedia ngekost di sini.” Kata Steven mencoba menjelaskan.
Usahanya itu luar biasa. Satria sangat sulit dibujuk. Rayuan receh dengan sogokkan PS4 tidak mempan! Satria lebih setuju jika Steven menggantikan piket bersih-bersih kost selama sebulan.
Poor Steven. Seharusnya ia tak main uang dengan holang kaya macam Satria.
“Kakaknya? Kak Raka begitu?” Tanya Sifa mencoba memahami.
“Iya, sudahlah. Jangan terlalu difikirkan! Kan ada aku... hehehe. Aku akan berusaha melindungimu agar kau tidak ketahuan siapa kau sebenarnya.” Kata Steven sambil menggerakkan kedua alisnya.
“Huuu... Kau ini.” Dengus Sifa. “Tapi, aku sangat takut apabila aku sampai ketahuan olehnya? Kau tahu kan bagaimana hubunganku dengannya? Kita musuh bebuyutan, Stev!” Lanjut Sifa khawatir.
Steven mengangguk-angguk seolah mengerti akan kekhawatiran Sifa. “Memang itu wajar, tapi jangan terlalu menunjukkan kekhawatiranmu! Bersikap seperti biasa saja, biar mereka tidak curiga! OK?” Kata Steven.
“Hmm, kau benar. Tapi, tumben kau agak pintar kali ini?” Kata Sifa sedikit mengejek.
“Oh ya jelas...” Kata Steven dengan mantapnya.
Sifa hanya tersenyum menanggapi tingkah Steven yang memang kocak itu. "..."
“Eh Sif, aku ada ide..” Kata Steven yang langsung saja menggandeng tangan Sifa dan membawanya ke tempat Satria sekarang berada.
Meski kesal, Sifa mau tidak mau mengikuti ide dari Steven.
"Steven, brengsek!" Sifa semakin naik darah saat melihat Satria duduk santai di kursi dekat kolam renang.