Setelah kepergian Papaku, aku diasingkan oleh Mama tiriku dan Kakak tiriku.
Aku dibuang kesebuah pulau yang tak berpenghuni, disana aku harus bertahan hidup seorang diri, aku selalu berharap, akankah ada seseorang yang membawaku kembali ke kota ku ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Nyonya Reisa Pingsan
Tiba-tiba Nyonya Reisa, merasakan kepalanya pusing, dan dadanya terasa sesak, susah bernafas.
Nyonya Reisa awalnya tidak pernah seperti ini, namun setelah meninggalnya Devan Putra semata wayang yang sangat disayanginya, membuat dia sering sakit karena memikirkan Putranya itu.
Nyonya Reisa memegang kepalanya dengan tangan kiri, sementara tangan kanan menekan dadanya yang terasa sesak.
"Kepalaku sangat pusing." Ujarnya sembari memegang kepala, tubuhnya terasa lemas, wajahnya pucat, dia sudah tidak mampu berjalan lagi, matanya juga sudah kabur, bahkan dia sudah tidak bisa melihat apapun yang dekat dengannya.
Tubuh Nyonya Reisa ambruk, namun tidak sampai jatuh, karena seseorang langsung menopang tubuhnya.
Karena tubuh Nyonya Reisa sedikit berat, seseorang yang menopang tubuhnya tadi, merebahkan tubuh Nyonya Reisa pelan-pelan, dan memangku tubuh dan kepala Nyonya Reisa agar tidak jatuh dilantai.
"Buk, Ibuk, bangun Buk," seseorang menepuk-nepuk pelan pipi Nyonya Reisa.
Seseorang itu mengulangi menepuk pelan pipi Nyonya Reisa agar sadar, namun beberapa kali dia mencoba, Nyonya Reisa tetap tak bergeming.
"Buk, Ibuk kenapa ?" tanya seseorang itu yang tidak lain adalah Nuri.
Nuri kebetulan lewat disana, karena dia menjual kue kering secara berkeliling, kebetulan Nuri melihat Nyonya Reisa hampir jatuh, dia segera menopangnya.
Nuri dilanda risau, dia tidak tau kenapa wanita yang tidak dia kenal ini hampir jatuh.
Nuri mengambil minyak kayu putih di sakunya, yang selalu dia bawa untuk berjaga-jaga.
Kemudian dia mengusapkan pada kening dan juga menghirup kan pada Nyonya Reisa, agar Nyonya Reisa sadar.
Sedangkan orang-orang baik yang lagi jalan kaki, ataupun nongkrong, semuanya hanya melihat saja tanpa ingin membantu.
Sudah beberapa kali Nuri mencoba membangunkan Nyonya Reisa, namun tidak berhasil.
Nuri semakin khawatir, akhirnya dia meminta tolong pada orang yang sedang menyaksikan Nyonya Reisa pingsan.
"Siapa saja, aku mohon tolong telepon ambulance, Ibuk ini harus segera dibawa kerumah sakit, kalau tidak dia tidak tertolong." Mohon Nuri pada siapa saja yang berbelas kasih.
Melihat Nuri sudah memohon seperti pengemis, akhirnya ada seseorang yang masih berhati nurani, dia menelepon ambulance.
Nuri berterimakasih banyak pada orang itu karena sudah mau menolongnya.
"Terimakasih Tuan, anda telah membantuku, saya doakan agar anda selalu dalam lindungan Nya.
Tidak lama kemudian, ambulance datang, para perawat segera memasukkan Nyonya Reisa kedalamnya.
Setelah itu, perawat meminta Nuri ikut kerumah sakit, karena perawat mengira kalau Nuri adalah keluarga Nyonya Reisa.
Disisi lain, Devan dan Cindy masih berada ditengah laut, keadaan masih seperti tadi, tidak ada satu perahu atau kapal yang melewati lokasi mereka.
Cindy sudah terbangun dari tidurnya, dia merasa lapar dan haus, Cindy memakan pisang yang mereka bawa sebagai bekal, dia juga meminum air yang mereka bawa dari pulau itu.
"Mas, kita sudah sampai dimana, kenapa tidak ada satu perahu pun yang lewat, apa kita akan terombang-ambing seperti ini sampai malam ?" tanya Cindy setelah mengisi perutnya.
"Jangan khawatir, kita sudah jauh berlayar, yakinlah kalau kita akan sampai ke darat sebentar lagi." Devan tetap memberi semangat dan meyakinkan Cindy walaupun dia sendiri belum tau pasti kapan mereka akan sampai Kesarat.
Devan tau kalau mereka sudah jauh dari pulau mereka tinggal sebelumnya, namun Devan tidak tau kemana arah dirinya berlayar, karena disudut manapun yang nampak hanya laut dan langit.
"Mas tidak lapar, apa mas sudah makan ?" tanya Cindy karena melihat Devan tidak pernah melepas kemudi.
"Mas tidak lapar, kalau lapar nanti bisa makan pisang." Jawab Devan sembari tersenyum.
Devan tetap tersenyum, agar tidak membuat Cindy khawatir, walaupun dirinya khawatir karena sudah hampir malam, tapi belum nampak darat atau kapal yang lewat.
"Mas, sebentar lagi langit akan gelap, apa tidak apa-apa kita masih ditengah laut ?" tanya Cindy lagi.
"Tidak sayang, semoga aja tidak ada ombak dan hujan." Jawab Devan tetap tersenyum.
"Kamu kalau lelah, tidur aja lagi, nanti kalau sudah sampai atau ada yang lewat, mas bangunkan !" ujar Devan, agar Cindy tidak terlalu memikirkan.
"Aku sudah tidak ngantuk, aku tau mas tidak mau aku kepikiran, mas tidak perlu risau, kita hadapi ini sama-sama." Ternyata Cindy tau kalau Devan mengkhawatirkan dirinya.
Devan tersenyum, dia mengakui kalau Cindy pintar dan peka terhadap lawan bicara.
***
Ambulance yang membawa Nyonya Reisa tiba dirumah sakit, Nyonya Reisa segera diturunkan dan didorong ke ruang UGD.
Setelah itu Nyonya Reisa di pindahkan keruang rawat, dokter segera memeriksanya.
Sedangkan Nuri dia menunggu diluar, dia tidak meninggalkan Nyonya Reisa sendiri, walaupun keduanya belum saling kenal.
Beberapa menit kemudian, seorang dokter keluar dari ruang rawat Nyonya Reisa.
Dokter itu menatap seluruh wajah Nuri, tidak ada kemiripan antara Nuri dan Nyonya Reisa.
"Maaf Buk, anda siapanya Pasien, apakah anda kerabatnya ?" tanya dokter itu ragu, karena melihat wajah Nuri dengan Nyonya Reisa sangat jauh berbeda
"Bukan dok, saya yang menyelamatkan Ibuk ini, ketika pingsan dijalan." Jawab Nuri jujur karena dia memang bukan kerabat Nyonya Reisa, kenal aja mereka belum, apalagi kerabat.
"Oh, pantas." Ujar dokter lagi, bercanda dengan Nuri.
"Dok bagaimana kepadanya, dia tidak apa-apa 'kan dok ?" tanya Nuri khawatir.
Nuri perempuan yang penuh kasih dan perhatian, dia pantang melihat orang yang sedang susah, jiwanya langsung bergerak untuk menolong.
"Pasien tidak apa-apa, dia hanya kelelahan, tapi dia sepertinya depresi, apa anda tau apa penyebabnya ?" tanya dokter pada Nuri.
Nuri menggeleng, dia mana tau tentang Nyonya Reisa, ketemu aja baru kali ini, itu pun karena Nyonya Reisa hendak jatuh.
"Saya tidak tau dok, saya bertemu dengan dia itu karena dia pingsan." Jawab Nuri.
"Pasien segera dipindahkan keruang vip, kamu sudah menghubungi keluarganya, apa anda tau siapa yang sudah anda tolong ?" tanya dokter pada Nuri.
Lagi-lagi Nuri menggeleng, dia memang benar-benar tidak tau siapa wanita yang dia tolong itu.
"Dia orang kaya, dan anda diminta jangan kemana-mana oleh keluarganya, Tuan Bagas sebentar lagi akan tiba." Ujar dokter sesuai yang diminta oleh Tuan Bagas.
Setelah mengatakan itu, dokter pergi dari hadapan Nuri.
Nuri yang tinggal sendiri dirumah sakit, dia jadi takut kalau keluarganya Reisa akan tiba.
Nuri jadi takut, saat mendengar ucapan dokter tadi, Cindy berpikir kalau keluarga Reisa datang, meraka akan menuduhnya nanti kalau dia yang membuat Nyonya Reisa seperti ini.
Nuri pergi dari rumah sakit, dengan langkah terburu-buru, agar dia tidak bertemu keluarga Nyonya Reisa saat sudah dirumah sakit nanti.
***.
Malam telah tiba, dua Anak manusia masih terombang -ambing ditengah laut.
Saat keduanya sedang mengobrol didalam perahu, Devan melihat sebuah kapal menuju kearahnya.
Bersambung.
Olivia masuk jebakan brian tpi kasian jg sich olivia..