Tania seorang gadis yatim piatu yang tinggal bersama paman dan bibinya yang kebetulan tidak memiliki keturunan. Di usianya yang ke 20 tahun ini Tania harus berjuang sendiri melanjutkan hidupnya karena paman dan bibinya pun sudah meninggal dunia.
Memiliki seorang sahabat yang baik, tentu merupakan anugerah bagi Tania. Shasa adalah sahabat yang selalu ada untuknya. Mereka bersahabat mulai dari SMA. Siapa yang menyangka persahabatan mereka akan berubah menjadi keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Abang
Tania Az-zahra, seorang gadis cantik berusia 20 tahun yang hanya hidup sebatang kara di dunia ini. Setelah kedua orang tuanya meninggal, Paman dan bibi yang merawatnya pun meninggal. Ia tinggal di rumah kecil peninggalan paman dan bibinya. Tania harus berjuang untuk bertahan hidup di tengah dunia yang penuh dengan lika liku ini. Kecerdasannya membuat dirinya mendapatkan beasiswa mulai dari sekolah SMP sampai ia kuliah saat ini. Tania sudah duduk di semester 5 fakultas pendidikan. Lebih tepatnya jurusan Matematika. Cita-cita nya untuk menjadi guru sudah ia tanamkan dalam dirinya sejak lama. Tidak hanya itu, Tania saat ini juga sambil bekerja jaga counter untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia biasanya menjaga counter samosi siang. Setelah itu ia berangkat kuliah sampai sore. Tania biasa makan seadanya. Kadang dua kali kadang ia pun sering berpuasa untuk mengirim uangnya. Tidak ada yang bisa ia andalkan, selain dirinya sendiri.
Hari ini, Tania dan Shasa baru pulang dari kampus. Mereka janjian untuk main. Tentu saja mainnya di rumah Shasa. Shasa adalah satu-satunya sahabat Tania yang sangat tulus dan mau menerimanya apa adanya. Meski Shasa terbilang anak orang berasa, namun ia tidak pernah sombong. Shasa bahkan sering mentraktir Tania. Tania sampai tidak enak hati karena hal itu. Orang tua Shasa juga sudah mengenal Tania cukup baik.Kadang mereka pun memberi Tania uang jajan yang titipkan kepada Shasa. Ia sangat bersyukur memiliki teman seperti Shasa.
"Tania, malam ini tidurlah di rumahku! Kan kamu besok pagi libur jaga counternya."
"Malu aku, Sha."
"Kenapa mesti malu? Kan kamu sudah kenal sama orang tuaku."
"Ya, justru itu."
"Pokoknya nginep, titik! Dari dulu kamu banyak alasan."
Kalau sudah begitu, Tania tidak bisa menolaknya. Meski sudah berteman cukup lama, baru hari ini Tania menginap di rumah Shasa.
Mobil Shasa, sudah sampai di depan gerbang rumahnya. Pak satpam membukakan pintu gerbang untuknya.
"Makasih, pak."
"Iya neng."
Shasa memarkirkan mobilnya di bagasi. Mereka pun turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam." Jawab sang bunda yang sedang duduk di ruang tengah. Bunda sedang murojaah Al-Qur'an. Bunda adalah seorang tahfidz dan kepala sekolah SMP islam.
Tania dan Shasa menghampirinya dan mencium punggung tangan bunda.
"Apa kabar kamu Tania? Lama nggak main ke sini?"
"Alhamdulillah baik, Bunda."
Tania memanggil orang tua Shasa dengan sebutan yang sama atas permintaan mereka sendiri. Mereka merasa kasihan melihat Tania yang hidup sebatang kara.
"Dia lagi sibuk kerja bun. Tapi malam ini dia mau nginep di sini. Boleh kan bun?" Sahut Shasa.
"Wah, tentu saja boleh. Bunda senang banget."
"Ayah mana, bun?"
"Sedang keluar."
"Kami ke kamar dulu, bun."
"Iya, sana."
Shasa menarik tangan Tania untuk masuk ke dalam kamar. Seperti biasa mereka akan bercerita tentang dosen di kampus dan teman kuliah mereka yang resek dan menyebalkan. Shasa juga sering bercerita tentang cowok yang dia sukai. Hanya sekedar suka, karena ia tidak mungkin pacaran.
Di rumah itu, hanya ada Ayah, Bunda, Shasa dan dua asisten rumah tangga. Sedangkan abangnya Shasa tinggal terpisah dari orang tuanya sejak menikah. Begitu pun dengan mbaknya Shasa. Setelah memiliki anak, mbak Dini dibawa pindah ke rumah suaminya. Jadi sebenarnya Bunda dan Ayah merasa kesepian.
Sudah adzan Maghrib, Shasa dan Tania keluar dari kamar menuju musholla yang berada di ruang belakang. Mereka ikut shalat berjama'ah bersama Ayah dan bunda.
Setelah selesai shalat, Ayah dan bunda saling simak bacaan al-Qur'an. Tania dan Shasa ikut mendengarkan sambil menunggu adzan Isya'. Tania sangat kagum melihat kedua orang tua Shasa yang begitu harmonis dan agamis.
"Ya Allah sungguh sempurna keluarga ini. Andai saya dapat memiliki keluarga seperti ini, betapa bahagianya. Ayah, Ibu, Bibi, Paman, Tania rindu kalian." Batinnya.
"Tania, kok bengong."
"Eh tidak kok."
"Masih belum batal wudhu'nya, kan?"
"Belum."
"Bentar lagi isya'."
"Iya Sha."
Akhirnya adzan Isya' berkumandang. Mereka pun shalat Isya' berjama'ah.
Setelah selesai shalat Isya', mereka makan malam bersama. Meski ada kursi dan meja makan, namun di rumah itu mereka lebih nyaman makan di bawah.
"Ayo Tania, makan yang banyak. Jangan malu-malu."
"Iya, bunda. "
Menu malam ini cukup sederhana. Ada sambel terong, tahu dan tempe goreng, serta ayam kremes. Semua itu bunda yang masak dibantu oleh bibi bagian potongan-potong dan mengiris bumbu.
Setelah selesai makan, Tania membantu Shasa membawa perabotan bekas mereka makan ke dapur. Ia juga membereskan sisa makanan ke atas meja makan.
Setelah itu, mereka ngobrol santai di ruang tengah sambil nonton TV.
"Tania, bagaimana kuluahmu, lancar?"
"Iya, alhamdulillah lancar, yah."
"Tania dapat nilai A+ yah, kemarin."
"Alhamdulillah, bagus itu. Pertahankan ya."
"InsyaAllah."
Karena, sudah jam 9 malam, mereka akhirnya kembali ke kamar.
Namun di kamar, Shasa dan Tania tidak langsung tidur. Mereka masih berkutat dengan laptop. Keduanya nonton film horor dari laptop. Sampai tidak terasa, Shasa mulai mengantuk. Ia tertidur saat film akan berakhir. Tania pun mematikan laptop setelah film berakhir. Ia pun tidur menyusul Shasa.
Keesokan harinya.
Shasa dan Tania baru saja selesai shalat Shubuh. Mereka berniat untuk lari pagi. Shasa meminjamkan kaos dan celana olaraganya kepada Tania. Setelah pamit kepada Bunda, mereka pun berangkat. Mereka lari pagi di sekitar komplek.
"Tania, ada batagor. Ayo beli!"
"Aku nggak bawa uang, Sha."
"Aku bawa, nih 10 ribu. Cukup kali dua bungkus."
Mereka mendekati gerobak batagor.
"Bang dua ya."
"Oke neng."
Dua menit kemudian, batagornya sudah jadi.
Mereka pun melanjutkan untuk lari pagi sambil menenteng batagor.
Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil.
Tin tin tin tin
"Astaghfirullah, siapa sih? Kan kita udah minggir." Ujar Shasa.
Tin tin
Shasa dan Tania menoleh ke belakang.
"Kayak mobil abang." Lirih Tania.
Mereka pun agak minggir lagi.
"Lho iya, abang."
Mobil tersebut berhenti. Orang sedang berada di dalam membuka jendela.
"Dek, ayo masuk!"
"Nanti lah, bang. Kan mau lari pagi."
"Masuk abang bilang!"
Tania menyenggol tangan Shasa memberi kode agar menuruti abangnya. Akhirnya mereka berdua masuk.
"Ini abangnya Shasa yang sering Shasa ceritakan itu? Ya Allah, kok lebih serem dari cerita Shasa. Amit-amit kalau punya pasangan macam dia. Bisa-bisa hidupku kaki juga." Batin Tania.
Meski sudah berteman lama dengan Shasa, namun Tania belum pernah bertemu dengan abangnya. Abangnya, Shasa memang tinggal di luar kota dan jarang pulang kalau tidak ada acara atau hati besar.
Bersambung....
...****************...
Hai kak selamat datang di novel baru othor. Terima kasih selalu support othor. Sudah bisa ketebak tidak, ini cerita dari keluarga siapa?
Biar lebih gampang merawat Tania dan full pahala
Aku yakin ayah ,bunda sama Sasha setuju
semoga cepat sembuh dan kabar bahagia untuk Tania soon y Thor 🤲🥰