Anisa gadis yatim piatu bekerja sebagai pelayan. Demi keselamatan Sang Majikan dan di tengah rasa putus asa dengan hidupnya, dia terpaksa menikah dengan Pangeran Jin, yang tampan namun menyerupai monyet.
Akan tetapi siapa sangka setelah menikah dengan Pangeran Jin Monyet, dia justru bisa balas dendam pada orang orang yang telah menyengsarakan dirinya di masa lalu.
Bagaimana kisah Anisa yang menjadi istri jin dan ada misteri apa di masa lalu Anisa? Yukkk guys ikuti kisahnya...
ini lanjutan novel Digondol Jin ya guys ♥️♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23.
Pungki dan Windy melaju dengan motor menuju ke kos “Tiga Gadis Manis”. Begitu sampai di halaman, terlihat Andien sudah berdandan cantik, menunggu sang kekasih hati yang akan menjemput nya.
“Mbak Ningrum, aku jalan ya!” seru Andien dari dalam rumah, lalu berlari kecil menuju motor Pungki yang baru saja berhenti di depan.
“Ayo, Mas Pung, langsung saja! Aku udah nggak sabar jalan jalan santai bareng Mas. Kemarin kemarin Mas sibuk terus,” ucap Andien riang sambil memasang helm, kemudian cepat cepat naik ke jok belakang motor.
“Aku juga nggak sabar, Kakak Pung Pung…” sahut Windy pelan, suaranya hanya terdengar di telinga Pungki.
Pungki tertawa kecil, “Ha... ha... ha... ha...”
Motor pun melaju keluar dari halaman kos dengan kecepatan sedang.
“Mas Pungki, kenapa ketawa?” tanya Andien sambil memeluk pinggang Pungki.
“Bahagia, Ndien. Akhirnya kita bisa jalan jalan bertiga, he... he... he...” jawab Pungki sambil tersenyum.
“Ih, bertiga? Sama siapa? Sama motor Mas Pungki?” goda Andien.
Pungki hanya menggumam pelan, “Hmmmm…” menahan diri untuk tidak mengatakan bahwa Windy ikut bersama mereka.
Beberapa menit kemudian, motor Pungki sudah memasuki halaman parkir mal besar di pusat kota. Ia memarkir motor nya di antara deretan motor sport dan mobil mobil mewah.
“Ndien, kamu nggak malu jalan sama aku cuma naik motor? Itu pun bukan motor keren atau motor sport,” tanya Pungki sambil tersenyum menatap Andien.
“Enggak lah, Mas. Naik odong odong pun aku mau, asal sama Mas Pungki,” jawab Andien sambil menggandeng tangan kekasihnya. Tatapan matanya hangat, senyum tak lepas dari wajahnya.
Windy yang menempel di punggung Pungki terkikik geli.
“Hi... hi... hi... aku juga mau naik odong odong! Hi... hi... Kakak Pung Pung, besok kalau nikah naik odong odong aja, ya!” suara Windy terdengar renyah, hanya sampai di telinga Pungki.
Pungki tersenyum senang, hati nya hangat oleh tawa kecil yang hanya dia yang bisa dengar.
“Mas, kita langsung ke toko batik aja, ya,” ucap Andien kemudian. “Dress code nya kan pakaian tradisional: bawahan batik motif sido mukti, atasan putih. Kebaya ku sudah diurus sama Fatima. Sekarang tinggal cari bawahan dan baju buat Mas. Di toko itu ada beskap putih bagus, aku udah lihat di website nya.”
“Iya, Ndien. Ada ukuran anak nggak?” tanya Pungki sambil terus menggandeng tangannya.
“Ada, lengkap kok. Blangkon, ikat kepala, selop juga ada, plus pernak perniknya,” jawab Andien bersemangat.
Dalam hati, Pungki bergumam lembut,
“Wind, aku juga belikan kamu baju tradisional. Kamu pasti kelihatan ganteng banget kalau pakai baju adat.”
“Terima kasih, Kakak Pung Pung…” suara lembut Windy terdengar, dan kepala mungil nya menoleh ke sana kemari, matanya berbinar melihat ramai dan gemerlapnya suasana mal. Namun jauh di dalam hatinya, ada rasa takut. Takut tertangkap oleh Sang Ratu Jin, sehingga kini ia tak lagi berani menjelajah sendirian.
Sesaat kemudian, mereka sudah tiba di toko batik ternama di kota itu. Setelah memilih kain batik, mereka berjalan menuju deretan baju atasan untuk pria.
“Ndien, ke bagian baju anak laki-laki dulu, ya,” ujar Pungki menatap lembut wajah Andien.
“Buat siapa, Mas? Kan kain batiknya juga beli tiga?” tanya Andien heran.
“Buat Windy, Ndien,” jawab Pungki pelan.
Andien mengerjap, “Mas… dia seperti apa sih? Aku bisa lihat dia nggak?”
“Sekarang belum bisa,” jawab Pungki tenang. “Tapi besok, saat dia sudah memakai baju tradisional di acara pernikahan Mbak Anisa, kamu akan bisa melihat nya.”
Windy akan menyamar menjadi anak manusia saat masuk ke kerajaan Sang Ratu Jin nanti.
🏤🏤🏤
Sementara itu, di lain tempat. , Di sebuah apartemen mewah di tengah kota, Hegar tengah bersiap menjemput pacar barunya. Saat sedang merapikan blazer nya, , telepon seluler nya berdering.
“Pasti dia udah nggak sabar nunggu,” gumam Hegar sambil tersenyum kecil dan mengambil telepon seluler nya dari saku blazer.
Namun senyumnya langsung lenyap saat melihat nama di layar. Mama.
Dengan cepat ia menekan tombol hijau.
“Ada apa, Ma?” suaranya agak canggung.
“Apa kamu lupa? Malam ini acara anniversary pernikahan Papa dan Mama. Semua sudah datang, tinggal kamu saja yang belum,” suara lembut tapi tegas dari seberang sana.
“Ya ampun, Ma! Maaf banget, aku lupa. Aku segera ke sana,” jawab Hegar buru buru. Sambungan telepon pun berakhir. Ia langsung menekan nomor pacar barunya, membatalkan makan malam romantis mereka. Ia bahkan tak terpikir untuk mengajak gadis itu ke pesta keluarga.
Tak lama kemudian, mobil hitam mewah yang dikemudikannya melaju cepat menembus jalanan malam menuju kawasan perumahan elite.
Beberapa menit berselang, mobil itu berhenti di halaman luas sebuah rumah besar yang gemerlap oleh cahaya. Berderet mobil mewah lain sudah terparkir rapi di sana. Hegar turun, berjalan cepat, hampir berlari.. menuju pintu utama.
Saat menaiki anak tangga, pandangannya tertumbuk pada pigura besar yang dipajang di dekat pintu masuk: foto pernikahan sederhana kedua orang tuanya, dibingkai indah dan elegan.
Hegar menatap foto itu lama, dadanya tiba-tiba berdebar keras.
“Ya Allah… gadis itu mirip sekali dengan Mama waktu muda,” gumamnya pelan. “Makanya aku merasa pernah lihat wajah itu…”
Ia mengingat kembali.. Anisa. Mas paranormal itu juga pernah menyebut nama itu.
“Anisa… apa mungkin dia benar Anisa, anak Tante Alisa?” bisiknya.
“Tapi bukannya Anisa sudah meninggal seperti kedua orang tuanya?”
Ia terdiam sejenak, lalu tersenyum miring.
“Mungkin cuma mirip. Tapi kalau benar dia Anisa, sepupuku itu… aku bisa manfaatin situasi ini. Aku bisa minta uang pada Pak Hasto, bukan uang seratus juta sebagai ucapan terima kasih, tetapi aku bisa minta berapa pun sesuka aku ..”
Senyumnya makin melebar.
“Oke, aku bakal lakukan tes DNA ke gadis itu. Sial, padahal malam itu dia udah manggil namaku. Dia pasti ingat siapa aku.”
Dengan senyum licik yang masih terpasang, Hegar melangkah masuk ke dalam rumah, sementara pikiran nya sudah dipenuhi rencana busuk berikut nya.
g di sana g di sini sama aja mbingumhi 🤣🤣🤣
tp nnti pennjelasan panheran yg masuk akal dpt meruntuhkan ego samg ibunda dan nnit mlh jd baik se lam jin jd muslim.🤣