Julia Hart, seorang wanita 28 tahun terpaksa bekerja menjadi penyanyi di sebuah klub malam. Demi menghidupi ibunya yang sakit - sakitan. Serta harus menyekolahkan dua orang adiknya yang masih sekolah.
Setidaknya semua berjalan normal. Julia berusaha menjalani harinya dengan baik. Ia juga mengabaikan tatapan sinis penuh penilaian buruk, dari setiap orang yang menghujat pekerjaannya sebagai penyanyi klub malam.
Tapi kehadiran seorang lelaki berwajah malaikat nan polos, berhasil memasuki hidupnya. Namun sayang, Julia tertipu oleh lelaki yang ternyata seorang playboy dan suka mempermainkan hati wanita.
Mampukah Julia mempertahankan cintanya untuk lelaki itu?
Apakah lelaki itu memiliki perasaan yang sama, atau hanya ingin mempermainkan dan mencampakkannya seperti wanita murahan?
Ataukah memang takdir akan berpihak pada Julia dengan mendapatkan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jena nekat ke klub
"Semua barang yang kamu perlukan udah selesai di packing?" Siena mendekati Julia yang sedang mengancingkan koper miliknya.
"Sudah ma." Julia mengangguk.
"Sudah tidak ada yang ketinggalan lagi?" Kembali Siena bertanya.
Selama dua hari ini, Julia berbenah berbagai keperluannya selama berada di luar kota. Ia bahkan berbelanja beberapa keperluan pribadi dengan di temani oleh mamanya.
"Sudah lengkap semua mama. Jika ada keperluan mendadak yang terlupakan. Aku akan berbelanja di sana." Julia meyakinkan mamanya.
"Baiklah kalau begitu." Siena akhirnya merasa puas setelah memastikan semua kebutuhan putri sulungnya itu.
"Mama harus berjanji, agat tidak lupa minum obatnya tepat waktu. Mama harus sehat selama aku berada di luar kota."
Julia mendekati mamanya yang duduk di ranjang. Dengan manja, ia memeluk mamanya cukup erat.
"Harus mengangkat setiap panggilan yang aku lakukan. Dan mama tidak boleh terlalu capek membuat kue." Kembali suara Julia penuh tuntutan terdengar.
"Aku sudah memperingatkan Jeni untuk membantu mama. Dan ia akan memastikan mama tidak terlalu capek." Perlahan Julia memejamkan mata di pundak mamanya.
"Mama tahu. Dan mama akan menjaga diri disini. Kamu harus fokus dan merasa tenang di sana. Jangan terlalu mencemaskan mama." Siena mengelus lengan Julia yang memeluknya.
"Aku pasti akan sangat merindukan mama nanti." Julia bergumam pelan.
"Kamu sudah dewasa Julia. Masa masih bersikap seperti anak - anak." Terkekeh perlahan, Siena tidak menyangka jika ia akan melihat sisi manja sang putri.
"Bagaimana jika kamu menikah nanti?"
Sontak Julia menjauhkan kepala, ia menatap mamanya dengan wajah cemberut.
"Meskipun nanti aku sudah menikah, aku masih tetaplah putri mama juga. Dan aku tidak akan berhenti bersikap manja pada mamaku yang paling tersayang ini." Julia menjawab dan mengecup pipi Siena sedikit kuat.
'Cup!'
Siena yang mendapat perlakuan manja dari sang putri tertawa lepas oleh momen itu.
Sangat jarang ia dan Julia bisa berbicara seperti ini. Karena Julia kerap bersikap terlalu dewasa, oleh semua beban dan tanggung jawab yang telah Ia pikul.
Momen kedekatan seperti ini bersama dengan Julia, selalu menjadi momen berharga bagi Siena.
"Ingat pesan mama. Saat berada di luar kota, kamu harus hati-hati dan harus bisa menjaga diri."
Ia menasehati sang putri dan menatapnya dengan sorot yang lebih lembut. Mengusap rambut Julia dengan perlahan. Menatap wajah putrinya yang sudah berumur dewasa tersebut.
"Apalagi jika itu bersangkut paut dengan seorang lelaki. Kamu harus bisa menjaga diri Julia. Jangan sampai salah mengenai lelaki di sana nantinya." Kembali Siena menasehati.
Ucapan itu membuat Julia terdiam. Ia seketika teringat dengan sosok laki-laki yang telah merebut hatinya. Namun juga mematahkannya di saat yang bersamaan. Laki-laki yang pertama kali membuat hatinya berdegup kencang.
Matthew Burmann.
Ia yang berpikir dan beranggapan jika lelaki itu adalah sosok laki-laki yang baik. Nyatanya telah tertipu oleh wajah malaikatnya. Karena lelaki itu juga telah mematahkan perasaan yang ia miliki.
Bagaimana ucapan dan cercaan yang dilayangkan oleh Matt kepadanya, masih Julia ingat sampai sekarang.
Siena merasa bersalah melihat sorot wajah Julia yang melamun dan terlihat lebih sendu. Ia tidak berniat menyinggung perasaan putrinya.
Namun sepertinya perkataan barusan, telah membuat Julia mengingat kembali sosok laki-laki yang mematahkan hatinya.
"Mama selalu berdoa agar kamu memiliki pendamping yang mencintaimu, dan membahagiakanmu kelak." Siena kembali mengelus rambut Julia.
"Dan mama yakin, jika kamu pasti akan menemukan sosok lelaki itu nantinya." Kembali Siena berbicara.
Julia tersenyum mendengar doa dan harapan mamanya. Meski ia tidak menjawab sedikitpun. Tapi ia tidak mematahkan harapan mamanya.
Ia akan menyerahkan semuanya kepada takdir. Jika memang takdir membawanya pada sosok laki-laki yang baik, ia akan bertemu dengan lelaki itu juga bukan?
"Baiklah. Mama akan ke dapur sebentar. Untuk memeriksa makan malam kita, sebelum kamu berangkat." Ia menepuk pundak Julia, sebelum berbalik dan melangkah keluar dari kamar itu.
Julia menghela nafas melihat kepergian mamanya. Tiga minggu lebih berada di luar kota, ia berharap jika mamanya akan selalu sehat saat ia tinggalkan.
************
Sedangkan di lain tempat......
Jena berlari keluar dari salah satu universitas yang ada di kota mereka. Ia melirik ke belakang dengan was-was dan menghela nafas, saat tidak mendapati adik kembarnya.
Ia sengaja keluar dari ruangan kelasnya terlebih dahulu, sebelum semua mahasiswa keluar. Berusaha menghindari Jeni, agar tidak ikut pulang bersama.
Ada sesuatu yang harus ia lakukan. Dan ini bersangkutan dengan kakaknya Julia.
Jena dengan cepat mencegat sebuah taksi. Menyebutkan nama sebuah klub malam yang ia hafal di luar kepala, sebagai tempat di mana Julia bekerja menjadi penyanyi selama ini.
Memejamkan mata saat duduk di dalam taksi, ia berharap keputusan dan tindakan nekatnya ini membuahkan hasil.
Jena juga mengetik beberapa pesan untuk Jeni, agar kembarannya itu tidak mencarinya. Dengan mengatakan ada sedikit urusan.
Perasaan Jena semakin deg - degan, ketika taksi yang ia naiki telah tiba di area klub malam yang ia tuju.
"Terima kasih Pak." Jena membuka pintu taksi tersebut dan membayar argo yang berjalan.
Ia memperbaiki letak tasnya di pundak, sebelum menghela nafas dan melangkah menuju pintu masuk klub malam.
Namun sebelum ia berhasil memasuki pintu tersebut, ia dihadang oleh dua laki-laki berbadan tegap. Dengan sorot wajah yang tidak bersahabat.
"Maaf Nona. Tapi klub malam kami belum buka."
Ucapan itu membuat Jena mendengus kesal.
"Aku tahu." Ia menjawab dengan tajam.
"Klub akan dibuka jam 08.00 malam nanti. Ini masih terlalu sore untuk masuk ke dalam Klub."
Kembali salah satu dari dua orang lelaki itu berbicara. Sedangkan yang satu lagi memperhatikan penampilan Jena dengan tas yang ia kenakan.
"Aku datang kemari bukan untuk menikmati waktu di klub malam ini." Jena menahan kekesalannya dan mencoba memberitahu tujuan dan maksud kedatangannya ke Klub itu.
"Aku ingin bertemu dengan Pak Xander Jackson. Pemilik klub malam ini."
Jena akhirnya memberitahukan nama pemilik klub yang ia ketahui dari Julia. Dan otomatis ucapan dari Jena membuat kedua lelaki itu saling melirik.
Tidak banyak orang yang tahu siapa nama pemilik klub malam ini. Karena itu sangat dirahasiakan. Namun melihat wanita muda tersebut, mengetahui nama pemilik klub malam di mana mereka bekerja, membuat keduanya memperhatikan Jena semakin tajam.
"Aku adik Kak Julia yang bekerja sebagai penyanyi di klub malam ini. Dan aku datang kemari ingin bertemu dengan Pak Xander." Kembali Jena memberitahukan dengan tajam.
"Anda adalah Adik Nona Julia?"
Sebuah pertanyaan didapati oleh Jena.
"Aku adalah adiknya. Dan sebaiknya katakan kepada Pak Xander, jika aku ingin bertemu dengannya sekarang. Dan ini sangat penting." Jena kembali menegaskan.
Ucapan Jena yang menyebut ingin bertemu dengan Xander, membuat mereka merasa ragu. Namun saat Jena menyebut nama Julia, mereka tidak memiliki pilihan lain. Karena mereka semua yang bekerja di sini, tahu bagaimana Pak Xander memperlakukan Julia lebih istimewa dibanding para pekerja lainnya.
Salah seorang diantara mereka mengeluarkan ponsel. Ia memilih menghubungi sekretaris pemilik klub itu.
" Permisi Pak. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Pak Xander. Ia mengakui, jika ia adalah adik nona Julia."
Mengepalkan tangannya di sisi tubuh cukup erat. Jena berharap jika lelaki itu tidak menolak bertemu dengannya.
Melihat salah satu dari lelaki tersebut memutuskan panggilan itu, ia mulai berharap cemas.
"Baiklah Nona. Saya akan menuntun anda masuk ke ruangan Pak Xander. Karena beliau juga ternyata sedang luang saat ini."
Ucapan itu sukses membuat perasaan Jena merasa lega. Akhirnya ia bisa bertemu dengan lelaki itu.
Akan ia pertanyakan, apa maksud dan tujuan lelaki itu, mengirim kakaknya untuk bekerja di luar kota selama 3 minggu. Dan jika ada jawaban yang tidak memuaskan dari lelaki tua tersebut, Jena berjanji akan memberikan lelaki itu pelajaran.
.......................
jadi strong woman Thor