Bagaimana jika jiwa seorang Chef dari dunia moderen abad 25 yang cantik, kaya-raya, berstatus lajang, serta menguasai banyak tehnik beladiri, terbangun ditubuh seorang gadis diera dinasti kuno 3000 tahu lalu.
Liu Liyan, gadis cantik yang amat dimanja oleh ayah & kedua kakak lelakinya. Kadang suka berbuat sesuka hati, keras kepala & juga urakan.
Tapi setelah menikah, ia harus menjani hidup miskin bersama suaminya yang tampan tapi cacat.
Belum lagi ia harus dihadapkan dengan banyaknya konflik keluarga dari pihak suaminya.
Beruntung ibu mertua & adik ipar amat baik serta begitu menyayanginya, mendukung juga mempercayai.
Apakah ia bisa menggunakan keterampilannya didunia modern, untuk membantu keluarga suami juga keluarga kandungnya sendiri..?
Bagaimana lika-liku kehidupannya didunia yang serba kuno tanpa internet & listrik..?
Mari ikuti kisah Chef Claudia diera dinasti Song & menjadi Liu Liyan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delia Ata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat Gula, kerupuk & Mie
Liu Liyan terjingkat, menjerit pedih ketika masuk kedalam kamar. Xiao Yun tergeletak dilantai, menatap sembari tersenyum padanya.
Tanpa ba bi bu lagi, wanita itu langsung mengangkat raga suaminya keranjang.
Tubuh Liu Liyan bergetar hebat. Cemas, takut dan rasa bersalah, menekan masuk menyesakkan dadanya.
Liu Liyan memeriksa kaki sang suami dengan netra memanas tergenang airmata.
Xiao Yun menggenggam tangan sang istri, yang bergerak bergetar memeriksa lengan kanannya "aku tidak apa-apa..!"
Liu Liyan mengusap kasar airmata yang akhirnya luruh juga, lalu memeluk erat tubuh suaminya sembari terisak.
"Maaf, sudah meninggalkanmu terlalu lama." ucap parau tersendat Liu Liyan.
Xiao Liyan menepuk perlahan punggung istrinya, mengecup dengan dalam pucuk kepala cintanya itu.
"Jangan menangis istriku yang perkasa." hibur Xiao Yun mengusap lembut punggung Liu Liyan.
"Jangan bercanda dulu, aku sedang sedih." kelakar Liu Liyan mencubit gemas pinggang suaminya.
Xiao Yun mengaduh pelan lalu terkekeh, menoel hidung bangir Liu Liyan.
Ia menyeka jejak airmata dipipi kenyal merona Liu Liyan, memandang berbinar dengan penuh sayang.
"Aku ingin makan didapur, sekalian mau melihat kalian bekerja."
Alis Liu Liyan merajut "bagaimana dengan kakimu..? memangnya sudah bisa ditekuk..?"
"Yang cidera dibagian mata kaki dan sekarang juga sudah jauh berkurang nyerinya. Lagi pula didapur ada kursi panjang kan..?"
Liu Liyan mengangguk mengiyakan.
Dengan sigap wanita itu membopong tubuh suaminya.
Sungguh wanita perkasa.
Memanggul rusa seberat 200 kati sembari menyeret babi saja dia kuat, apa lagi cuma mengangkat sang suami yang beratnya sekarang tak lebih dari 100 kati.
Selama sakit timbangan badan Xiao Yun memang menyusut. Meski cuma beberapa puluh kati saja, tapi itu cukup terlihat dengan makin tirusnya wajah Xiao Yun.
Dengan hati-hati Liu Liyan merebahkan Xiao Yun kekursi panjang didapur, dengan punggung disangga bantal.
Semangkuk nasi putih dengan tumis rebung daging babi, sosis goreng, dan sup ikan, menjadi menu makan siang mereka.
Netra Guo Xia berembun, untuk kesekian kalinya ia dan anak-anaknya bisa menikmati makanan lezat.
Semua berkat Liu Liyan.
"Kakak ipar, sosis ini sangat enak. Kalau dijual pasti akan laku keras." ucap antusias Xiao Yan dengan pipi mengembung bulat.
Liu Liyan tersenyum "aku memang berencana menjualnya nanti."
"Aku akan membantu kakak ipar membuat sosis ini, kita akan cari uang yang banyak bersama untuk berobat Dage." balas Xiao Yan lagi.
(Dage, panggilan untuk menunjukan rasa hormat yang tinggi. Biasanya digunakan untuk kakak lelaki tertua)
Semua tersenyum lebar.
Guo Xia mengusap kepala putra bungsunya "anak baik...!"
Usai makan siang, pekerjaan membuat barang dagangan pun dimulai.
Liu Liyan menuang 1 kendi susu kedalam ember tembaga, lalu merendamnya kedalam air sumur untuk didinginkan.
Karena dizaman ini tidak ada kulkas, jadi Liu Liyan memanfatkan sejuknya air sumur berbatu.
Susu itu besok akan dibuat mentega.
Sedangkan yang 1 kendi lagi, Liu Liyan olah untuk dijadikan keju.
Nira tebu disaring, kemudian dimasak dengan kuali besar.
Beruntung, meski dapur rumah itu kecil tapi ada 2 tungku dengan ukuran besar dan oven pemanggang, peninggalan pemiliknya terdahulu yang sepertinya juga hobby memasak.
Xiao Yue mengukus udang dan ikan yang sudah dibersihkan, lalu merendam kedelai, kacang hijau dan hitam serta kacang babi.
Xiao Yan kebagian mengiris tipis stroberi, kemudian menjemurnya bersama jujube, jahe, wijen dan cabai.
Sedangkan Guo Xia membuat mie ubi gajah, kemudian menjemurnya dan berlanjut menyangrai bubuk cokelat agar tidak berbau jika disimpan lama.
Setelah ikan dan udang matang, tugas Xiao Yue untuk menghaluskan dagingnya dan memisahkan dari duri-durinya.
Ditahap selanjutnya baru dicampur kebubur ubi gajah, dimasak hingga padat dengan diberi bumbu gurih.
Adonan kerupuk yang sudah mendidih dan mengental didinginkan sampai besok pagi.
Guo Xia dan Xiao Yue bergeser membantu mengaduk nira tebu.
Tiga jenis gula akan mereka buat.
Untuk gula putih, air tebu kental dicampur dengan kapur tohor dan didiamkan semalaman.
Untuk gula merah, nira kental pekat dicetak dengan bambu, untuk menghasilkan bentuk bulat yang rapi dan padat.
Sedangkan gula kristal atau batu, air tebu setengah kental dituang keember , diberi sedikit kapur tohor lalu didiamkan semalaman.
Proses keju juga selesai, setelah susu mendidih dan dicampur air lemon serta garam. Tinggal tunggu mengeras saja besok.
Senja pun tiba, semua pekerjaan terhenti sesaat untuk mandi dan makan malam.
Setelahnya dilanjutkan dengan membersihkan kacang-kacangan.
Untuk kedelai, sebagian difermentasi dalam guci besar selama 2 hari, separuhnya lagi dipanggang.
Kacang hijau dibagi dua, yang separuh dibuat kecambah bersama kacang hitam. Yang sebagian dipanggang setelah dipisahkan dengan kulitnya.
Kira-kira pukul 11 malam, mereka semua baru beristirahat setelah proses pemanggangan kedelai dan kacang hijau beres.
Dipagi buta, Liu Liyan bangun terlebih dulu.
Ia membuat adonan donat yang nanti akan dititipkan kekedai teh ayahnya.
Gula putih yang sudah mengeras, Liu Liyan tumbuk menjadi buliran halus seperti pasir.
Gula merah dilepaskan dari cetakan, sedangkan gula kristal yang telah terbentuk ditiriskan.
Cairan kental nira yang tidak mengkristal, Liu Liyan masak lagi untuk dijadikan gula merah.
"Wah, gulanya sudah jadi..!" pekik riang Yue, melihat tiga jenis gula tersusun rapi dimeja.
Gue Xia dan Yan tak kalah gembira, mencicipi betapa manisnya gula-gula itu.
Xiao Yan mengangkat 2 jempolnya "Kakak ipar hebat...!"
Liu Liyan mengangkat hidungnya tinggi-tinggi, lalu membusungkan dada dengan angkuh. "Aku...!"
Mereka pun terbahak, sampai mengusik tidur lelap Xiao Yun.
Yue dan Yan menggiling kedelai dan kacang hijau panggang, kayu manis serta berry goji merah.
Guo Xia mengiris adonan kerupuk yang sudah mengeras lalu dijemur.
Stroberi, Jujube dan jahe setengah kering Liu Liyan panggang bersama daun teh, kemudian dihaluskan juga.
Adonan donat yang sudah mengembang 2 kali lipat, Liu Liyan profing dengan berat masing-masing 1 jin.
10 kati gula putih dihaluskan.
Sebagian cokelat bubuk dilelehkan. Begitu juga dengan Jujube dan teh halus.
Menunggu donat siap untuk digoreng, Liu Liyan meracik susu kedelai bubuk dalam guci berukuran 500ml.
Ada lima varian rasa susu kedelai bubuk. Original, cokelat, stoberi, goji berry merah kayu manis dan jahe Jujube.
Sedangkan sari kacang hijau bubuk cuma 1 rasa saja, original.
Gula putih dan kristal dikemas dalam ukuran 1 kati.
Sedangkan gula merah dibungkus rapi dengan pelepah bambu.
Liu Liyan menyeduh susu kedelai rasa cokelat untuk kedua adik iparnya.
Kalau bagi dirinya sendiri, suami dan ibu mertua, Liu Liyan membuat rasa jahe jujube.
"Nikmat sekali, baunya juga tidak amis." kata Xiao Yan meneguk habis susu kedelai cokelat hangat hingga tandas.
"Tolong antarkan ini untuk Dage..!" titah Liu Liyan.
"Baik...!"
Liu Liyan menggoreng donat yang sudah mengembang dan terbentuk sempurna.
Sedangkan Yue diminta untuk memotong keju menjadi bentuk kotak lalu memarutnya dan juga mengemas mentega kedalam guci.
Tidak lupa, menyirami kacang hijau dan hitam yang akan dibuat kecambah.
Mie dan kerupuk dijemur dibawah sinar matahari.
Beruntung sekarang masih musim panas, jadi matahari akan terik saat siang.
Liu Liyan memberikan donat bertabur keju dan cokelat kepada semua anggota keluarga masing-masing 2 biji untuk sarapan.
Setelahnya ia langsung menghias semua donat dan mengemasnya dalam kotak kayu.