Area ehem ehem! Yang bocil harap Skip!!!
Bagi Candra, sang Casanova, tidak ada perempuan yang bisa dia ajak serius untuk menjalin suatu hubungan setelah merasa hidupnya hancur karena perceraian sang ayah dan ibunya.
Perempuan bagi Candra adalah miniatur, pajangan sekalian mainan yang hanya untuk dinikmati sampai tetes terakhir.
Namun, kehadiran Lila, seorang gadis yang kini menjadi adik tirinya, membuat dia harus memikirkan ulang tentang cinta. Cinta dan benci hadir bersamaan dalam indahnya jalinan kasih terlarang.
Lalu bagaimana jika larangan itu tetap dilanggar dan sudah melampaui batas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cuma Adik Tiri
"Ngaku gak lo berdua! Habis ngamar kan kalian, sampe kelaperan begini."
Candra menatap sebal kedua sahabatnya itu. Yang ditatap semakin seenaknya menggoda. Kalila sendiri rasanya ingin melompat ke lubang tikus agar bisa menghilang dari pandangan kedua makhluk bernama Vino dan Rendi yang diketahui Kalila adalah sahabat kental kakak tirinya.
"Jadi, kita bakal rayakan hari jadi kalian berdua di mana nih?" tanya Vino antusias. Ingin rasanya Candra menggoreng mulut Vino ke dalam minyak panas yang sedang mendidih di dapur warung lamongan itu. Suaranya benar-benar mengganggu siapa saja yang sedang makan di sana. Beruntung Vino tampan, jadi para cabe-cabean yang kebetulan berprofesi sebagai pemandu karoke di sana memaklumi bahkan terkesan norak karena tiba-tiba jadi ganjen minta perhatian. Kasihan, mereka jarang dibelai dan jarang diberi kasih sayang.
Lupakan para cabe-cabean! Fokus kepada Kalila yang sekarang jadi canggung tak tahu harus berkata apa. Apalagi Rendi mulai menyadari, baju yang ia kenakan adalah milik Candra. Sungguh salahpaham ini akan semakin panjang seperti mie goreng yang baru saja dipesan Vino. Jauh-jauh ke lamongan, Vino cuma mau makan mie instan! Dasar pria micin!
"Udah, lo pada jangan salah paham. Kalila tadi pingsan di kantor gue."
"Pingsan?!" Kedua makhluk tampan itu kompak berseru. Mereka juga tanpa malu duduk di meja yang sama dengan Kalila dan Candra, padahal Candra sama sekali tidak memberi mereka slot jatah duduk bersama Kalila juga. Ealah, cemburu lu Tong?
Cemburu? Entahlah, yang jelas kehadiran dua kawan baiknya itu merusak pemandangan indah saja. Tadi Candra sudah begini senang memperhatikan Kalila menghabiskan makananya dengan lahap tanpa adik tirinya itu sadari. Eh, datang jelangkung dua itu, mood Candra jadi hancur seketika.
Tapi, kenapa pula dia harus merasa terganggu? Kan Kalila hanya adik tirinya? Candra juga bingung, coba kalian bertanya pada rumput yang bergoyang ditiup angin sepoi-sepoi.
"Gak percaya gue!"
"Beneran kok, Mas Vino dan Mas Rendi. Tadi Mas Candra nolongin aku karena aku pingsan di perusahaan."
Akhirnya Kalila yang gerah dituduh macam-macam ikut memberi pernyataan. Kedua lelaki itu saling pandang, kalau sudah Kalila yang berkata, nampaknya mereka memang harus percaya.
"Seriusan lo pingsan?"
Apa maksudmu memegang tangannya?! Candra sudah berang melihat Rendi meraih jemari Kalila lalu menggenggamnya tanpa sempat Kalila cegah juga dengan tampang sok perhatian khas playboy bertanya kepada Kalila tentang hal mengejutkan tadi.
"Iya, pingsan karena bikin laporan. Dikerjain dia sama Bella. Eh, lepasin tangan lo kunyuk!"
Candra melempari wajah sahabatnya itu pakai serbet yang kebetulam jatuh dari pundaknya mas pelayan bertulang lunak. Rendi segera menghempaskan benda itu dengan kesal karena sekarang matanya jadi pedas.
"Seriusan Can? Gila, lo sama Bella emang keterlaluan," ujar Vino geleng-geleng.
"Emang!" timpal Kalila.
Candra menoleh ke arah Kalila, menatapnya melotot meminta gadis itu diam. Kalila melirik sebal kepadanya.
"Gak ada gue minta dia lembur. Bella yang ngada-ngada. Lagian ini anak bukannya nolak malah dikerjain sampe bego."
"Eh, kalo seandainya sekretaris kamu itu gak bawa-bawa nama kamu, aku juga gak bakalan mau kerjain laporan sebanyak itu dalam satu hari!" Kalila tiba-tiba jadi emosi.
"Ya lo mestinya tanya dulu ke gue. Makanya gengsi aja lo gedein, telepon gue, tanya, ada enggak gue minta lo lembur," balas Candra tak mau kalah.
Rendi dan Vino yang sedang makan mie instan jadi tersedak melihat kelakukan dua kakak beradik tiri itu, tidak ada akur tapi diam-diam saling memperhatikan.
"Lo berdua ya, gue kawinin baru tahu rasa!" Rendi jadi ikutan kesal.
"Gue, kawin sama dia? Perempuan bawel begini? Jangan mimpi!" sahut Candra sama kesalnya.
"Kamu pikir aku mau apa?!" balas Kalila keki.
Candra tidak menggubris Kalila yang sudah kesal dan gondok lagi. Ia beranjak, membayar makanan mereka sekaligus makanan Rendi dan Vino. Tak lupa ia memberikan uang lebih kepada pria bertulang lunak yang menghadiahinya kerlingan nakal juga sempat-sempatnya lelaki bertulang lunak itu minta nomor handphone Candra yang segera dibalas Candra dengan ancaman, lelaki itu akan mendapatkan hadiah piring cantik yang terbang ke arahnya, membuat lelaki bertulang lunak itu mundur teratur.
"Ayo, cepetan pulang. Tar dicariin nyokap lo lagi."
Kalila memberengut, ia menatap kedua sahabat kakak tirinya lalu pamit pulang.
Mereka berada dalam mobil lagi dan sedang dalam perjalanan pulang. Saat ini Candra tidak melajukan mobilnya ke arah rumah papa Mahesa, membuat Kalila bertanya-tanya. Ia ingin segera pulang ke rumah.
"Loh, Mas Candra, kenapa kita nggak balik?" Kalila panik.
"Balik ke mana? Ke rumah bokap gue? Kan udah gue bilang, gue nggak mau ntar pelayan pada nanya yang enggak-engga. Asal lo tahu ya, bokap gue tuh selalu nanya ke penjaga di rumah hal apa yang gue lakuin selama dia nggak ada. Gue nggak mau jelasin panjang lebar. Jangan bikin dia berpikiran yang nggak-nggak tentang kita."
"Terus, kita mau kemana? Aku nggak mau tidur di mobil."
"Baliklah ke apartemen gue. Enggak usah khawatir, lo tidur aja di dalam kamar biar gue yang di luar."
"Ogah!"
"Ya udah, kalau nggak mau lo yang tidur di sofa gue yang tidur di kamar. Lo pilih yang mana sekarang?"
"Tapi kenapa mesti balik ke apartemen Mas Chandra?" decak Kalila.
"Lo pengen Ke mana? Hotel?"
Kalila diam. Benar juga, memangnya mereka akan kemana selain ke apartemen itu lagi?
"Ya udah kita balik ke apartemen kamu."
"Bagus! Nurut aja semua kata-kata gue. Gimana pun, selain lo itu adik tiri gue, lo itu juga bawahan gue. Ngerti nggak lo?"
Kalila mendengus kesal, tak lagi mau menanggapi Candra yang maunya menang sendiri itu. Candra dengan segala perkataannya yang selalu ingin dibenarkan, Candra yang sepuluh betul Candra yang maha benar.
Mereka tiba lagi di basement apartemen dan naik ke dalam lift. Kali ini mereka berpapasan dengan seorang perempuan seksi yang juga berada di lift Yang sama.
"Candra, udah lama ya gua nggak lihat lo. Makin ganteng aja," ujar perempuan seksi itu dengan manja. Candra hanya tersenyum menanggapinya, keluar lagi gaya sok cool yang mempesona.
"LO juga makin cantik, Meisya. Abis dari mana lo?" tanya Candra basa-basi.
"Biasa kok, Sayang. Lo tahu lah ya." Perempuan itu terkekeh, "By the way, itu siapa?" tanyanya lagi.
"Tuh? Adik gue kok."
"Oh ... Makanya gue tuh heran kan, soalnya kalau perempuan-perempuan yang sama lo itu biasanya seksi kayak gue ini."
Candra hanya tertawa menimpali perempuan bernama Meisya itu sementara Kalila sudah gondok menatap keduanya. Ia hanya diam dengan tangan terlipat di depan dada.
Dilihatnya pula setelah mereka keluar dari lift, Candra dan Meisya saling bertukar nomor ponsel.
Dia hanya menggeleng, berdoa dalam hati semoga nanti tidak mendapatkan pria seperti Candra yang playboy dan dekat dengan bermacam-macam perempuan.
"Aku udah ngantuk, aku tidur duluan ya Mas." Kalila segera membaringkan tubuhnya setelah ia membersihkan mulutnya sejenak dari kamar mandi dan wastafel.
Candra tidak menggubris, sepertinya ia sudah asyik berbalas pesan dengan Meisya. Kalila hanya geleng-geleng. Matanya sudah ngantuk ingin tidur tapi sayangnya ia lupa mengunci pintu karena matanya sudah benar-benar mengantuk.
Dan saat pagi harinya, Kalila terkejut bukan main, mendapati Candra tidak tidur di luar, tapi tidur disampingnya bahkan dengan tangan yang sudah merengkuh erat pinggangnya. Memori bobo bareng terulang lagi!