Cinta yang di awali kebencian Leon dengan seorang wanita yang bernama kirani, wanita yang berasal dari golongan orang yang tidak mampu. Sedangkan Leon yang berasal dari keluarga yang sangat kaya raya, akan kah kisah cinta berakhir bahagia… Jika penasaran baca kisah lengkapnya di novel ini ya…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan catrine.
“Kenapa lo kejam sekali rani, kenapa lo lebih memilih menuruti kemauan mama sama papa. Padahal gue sudah dengan lo ngomong kalau lo juga cinta sama gue, dan lo juga tahu jika gue juga suka sama lo. Apa kurangnya lo nolak kemauan orang tua gue rani…”
Leon bergumam tidak karuan setelah menenggak beberapa gelas minuman di meja depannya, sepulang dari rumah sakit Leon memilih tidak pulang ke kediamannya.
Leon memilih pergi ke sebuah bar untuk menangkan pikirannya, rasa sesak di dadanya membuat pikiran Leon terasa sangat kacau. Mungkin dengan sedikit minum dia bisa menghilangkan rasa sesak yang saat ini menyelimuti dadanya.
“Pak Leon…” ucap seorang pria melihat Leon yang menggerutu tidak karuan.
Dia mendekati Leon dengan langkah lebarnya, seorang yang amat mengenal Leon tinggal di kota S.
pria tersebut adalah rafa, seorang pria yang tinggal tidak jauh dari tempat Leon dan rini tinggal di kota S.
Leon melirik sekilas menatap rafa yang melihatnya, “ternyata benar, anda pak Leon. Apa anda sedang ada masalah dengan istri anda…?”
Leon tersenyum getir mendengar pertanyaan rafa, tatapan Leon terlihat kabur setelah meminum hampir satu botol minuman keras di atas meja.
“Saya akan menghubungi istri anda, tunggu sebentar.” Rafa menggambil handphonenya, dia segera mencari kontak rani yang dulu sempat dia simpan.
Menemukan nama rani di handphonya, dia segera menekan tombol hijau untuk menghubungi rani. Nada tersambung pun dapat rafa dengar, lama dia menunggu sampai akhirnya terdengar suara lembut seorang wanita.
“Hallo…”
“Halo bu rani, ini saya rafa. Tetangga ibu dan pak Leon sewaktu di kota S, begini bu… sekarang pak Leon sedang bersama saya, beliau saat ini sedang mabuk berat. Bisakah anda menjemputnya ke sini, nanti saya kirim alamatnya.”
Rani terdiam, dia bingung harus menjawab apa. Sedangkan saat ini dia sedang menemani Thomas di rumah sakit, rani terlihat bingung sampai Thomas menatapnya penasaran.
“Saya akan menemani ibu, sampai ibu datang ke sini.” Rafa memperjelas ucapannya.
“Baik, kamu tunggu di sana ya. Saya akan segera ke sana.” Balas rani mantap, padahal dia tidak tahu bisa atau tidak dia menemui Leon.
Telpon pun di matikan sepihak oleh rani, sedangkan rafa menatap telpon tersebut sambil menautkan alisanya heran.
“Pak… kita tunggu bu rani ke sini menjemput anda, dan saya akan menemani anda sampai bu rani datang.”
Leon tertawa ringan mendengar ucapan rafa, dia tidak ingin mengatakan apapun. Merasakan pusing yang teramat sangat, Leon memilih menutup matanya dan tak terasa dia tertidur.
...****************...
Di sebuah rumah sakit rani yang terdiam sambil membaca notif yang baru saja terkirim, menatap layar handphonenya. Dia tahu di mana letak bar tempat Leon saat ini berada, tapi rani bingung bagaimana dia bisa keluar dari rumah sakit ini.
“Kamu kenapa kiran, apa ada yang tidak beres.”
Rani menatap Thomas yang juga melihatnya, dia takut jika rani berkata jujur maka Thomas akan marah.
“Saya… saya.. harus pulang sekarang.” Ucap rani sambil menundukkan kepalanya.
“Pulang… bukannya kamu akan menemaniku malam ini, kenapa…? Apa ada yang tidak beres.”
Rani menundukkan kepalanya, dia tidak berani berterus terang menjawab pertanyaan Thomas.
Suara handphone Thomas bergetar, terlihat bunyi notif dari handphone milik Thomas. melihat pesan dari seseorang, wajah Thomas terlihat pias.
“Mmm…. Rani, kamu akan pulang malam ini kan.”
Rani menatap Thomas, dia merasa sikap Thomas sedikit aneh.
“Baiklah, kamu pulang saja. Sebentar lagi teman saya akan datang, kadi biar dia yang temani saya malam ini.”
Mendengar ucapan Thomas, kirani menjadi sangat lega.
“Anda tidak apa apa saya tinggal sendiri..?”
“Tidak, temanku juga sebentar lagi datang, kamu pergilah. Jangan khawatirkan aku..”
Ucapan Thomas seperti lampu hijau buat kirani, dengan segera rani menggambil tasnya.
“Terima kasih pak Thomas, besok saya akan kesini lagi.”
Rani segera bergegas pergi sampai dia tidak melihat pintu kamar Thomas di buka dari luar, seorang wanita cantik terlihat berdiri di depan pintu kamar Thomas.
Seorang wanita blasteran dengan rambut piringnya menatap kiarani, tapi pikiran kirani yang hanya ada Leon tidak mempedulikan wanita tersebut.
“Maaf nona saya terburu buru.”
“Hmm…” jawab wanita tersebut singkat.
Rani sedikit berlari pergi menjauh, sedangkan wanita tersebut segera masuk ke kamar Thomas.
“Hai sayang… maaf aku datang terlambat, bagaimana keadaan kamu…?” Ucap wanita tersebut.
“Hai sayang… kesini, duduk sini.” Thomas menepuk tempat tidur yang terlihat kosong di sampingnya.
“Kapan kamu datang, kenapa tidak mengabariku dulu.” Thomas menarik tengkuk wanita tersebut, dengan penuh nafsu Thomas melumat bibir merah menggoda milik wanita tersebut.
Lumatan mereka terasa semakin intens, Thomas tidak mempedulikan sakit di kakinya setelah melihat wanita di depannya.
“Eungh… Thomas, kamu masih sakit…”
“Apa kamu meremahkan aku sayang, walau kakiku sakit aku bisa membuat kamu selalu meneriakkan namaku saat ini juga.”
bisik Thomas di telinga wanita tersebut.
“Kamu ini ya, ah sudah lah.” Wanita yang bernama catrine tersebut segera melepaskan diri dari pelukan Thomas.
“Setelah aku menerima pesan dari kamu jika kamu kecelakaan aku segera terbang ke sini dari negara P, rasanya hatiku tidak tenang.”
“Benarkah,” Thomas menarik tubuh wanita tersebut dan segera mendudukkannya di samping ranjangnya, tangan Thomas tidak tinggal diam dia membelai perut catrine dengan lembut. Sampai satu lenguhan catrine terlepas.
“Eungh… sayang, sudah hentikan.” Ucapan catrine tak sama dengan pikirannya, dia menginginkan sesuatu yang lebih dari Thomas.
Mengingat jika tubuh Thomas tidak bisa di gerakkan, Thomas memuaskan catrine dengan sentuhan sentuhan tangannya. Thomas sangat suka mendengar catrine meneriakkan namanya, dia juga sangat menyukai catrine yang terpancing akan ulah nakalnya.
“Apa dia baik baik saja bersamamu.”
“Dia…” catrine mengelus pelan perutnya yang terlihat rata.
“Tentu saja dia baik baik saja, aku selalu menjaga dia untukmu.”
Saat ini catrine tengah hamil anak dari Thomas, sejak mengetahui catrine hamil Thomas segera membatalkan perjalanannya bersama kirani ke kota S. Dia memilih menemui catrine dari pada harus memantau kondisi perusahaannya di kota S.
“Ah… sayang, jangan di masukin. Nanti aku, aaahhhh….”
Thomas memainkan aset berharga milik catrine, dia sangat suka melihat catrine yang terlihat sangat horny karena ulah tangan Thomas.
“Bisa puaskan aku sayang…” ucap Thomas dengan penuh harap.
“Di sini…” ucap catrine.
“Hmm…”
“Tapi jika ada perawat datang bagaimana…?”
“Kamu kunci dulu, lalu kita lanjutkan.”
Thomas menciumi tengkuk catrine dengan sangat bernafsu, dia sangat senang melakukannya dengan catrine. Thomas tidka peduli lagi dengan kirani, wanita yang menjadi pilihan orang tuanya.