NovelToon NovelToon
Putra Sang Letnan Kolonel

Putra Sang Letnan Kolonel

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Cinta Lansia
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dini ratna

Malam tragis, telah merenggut masa depan Zoya. Menyisakan trauma mendalam, yang memisahkannya dari keluarga dan cinta.
Zoya, mengasingkan diri yang kembali dengan dua anak kembarnya, anak rahasia yang belum terungkap siapa ayahnya. Namun, siapa sangka mereka di pertemukan dengan sosok pria yang di yakini ayah mereka?
Siapakah ayah mereka?
Akankah pria itu mengakuinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tes DNA 2

Keheningan menyelimuti ruangan gelap bernuansa klasik, kedua orang berpangkat militer itu hanya saling diam dan menatap datar. Sang Letnan, tidak berani bicara sebelum sang Jenderal yang memulai. Sunyi–yang dirasakan ruangan itu, dilapisi ketegangan yang membuat suasana mencekam.

“Kau, tahu kenapa kau dipanggil kemari?” Akhirnya, suara Teddy memecah keheningan.

Ardian, mendongak yang hanya diam lalu mengangguk sebagai jawaban. “Maaf, jika aku membuat kerusuhan.” 

“Apa maumu Ardian! Selama ini kamu tidak pernah melakukan hal yang membuat aku marah. Setelah, mempermalukanku dari keluarga Maheswara, sekarang kau buat kekacauan itu, untuk mempermalukanku juga.” 

Ardian tidak melawan yang tetap diam. 

“Lihatlah!” Teddy, melempar sebuah dokumen ke hadapan Ardian. “Mereka menuntut kerugian. Dengan sengaja kamu sudah mencemarkan nama baik Astracare, tidakkah kamu berpikir jika hal itu akan merugikan pasien? Dan wali mereka meminta pertanggungjawaban.” 

Helaan nafas berat berhembus pelan dari mulut Ardian, matanya terpejam sesaat untuk menenangkan hatinya. Ardian, memang tidak memikirkan dampaknya, yang dia pikirkan saat itu hanyalah harga diri Zoya. Ardian, tidak berpikir jika di dalam rumah sakit dipenuhi orang yang sekarat, yang mungkin saja mereka akan syok atau drop saat mendengar alarm kebakaran itu. 

“Maafkan aku Ayah. Aku akan bertanggung jawab.” 

“Dengan cara apa?” tanya Teddy, dingin. “Kau, akan mendatangi semua wali pasien? Apa kau pikir mereka akan mudah memaafkan, terlebih lagi ibumu … Astracare adalah kebanggaannya.” 

“Maaf.” 

“Ck ….” Teddy menyunggingkan senyum. 

“Menikahlah dengan Lusi, maka aku akan memaafkanmu.”

“Tidak, Ayah!” tegas Ardian, “Aku sudah bilang tidak bisa menikah dengannya.” 

“Alasannya—aku tidak bisa memberitahukannya sekarang,” lanjut Ardian ketika mendapat tatapan tajam dari Teddy. 

Ardian, memang belum bisa memberikan alasan kenapa dia tidak bisa menikahi Lusi, sebelum hasil tes DNA keluar. 

Deringan nada yang berasal dari ponsel Ardian mengalihkan pandangan Teddy. Ardian, mengambil benda pipih yang menyala itu lantas menatap sang ayah untuk meminta izin. Ardian, langsung berdiri lantas membungkuk tanpa menunggu jawaban dari Teddy.

Ardian segera keluar dari ruang kerja ayahnya, menuju tempat yang paling sepi yaitu teras belakang yang disuguhkan tanaman hijau yang luas. Sementara dari jauh, Arga melihatnya berjalan menuju belakang. 

“Iya pak Candra, bagaimana hasilnya?” ternyata selama ini Ardian menunggu kabar dari asisten ayahnya itu. 

“Hasilnya sudah keluar, 99% cocok.” 

Ardian terpaku, keyakinannya ternyata benar. Bola matanya mulai mengembun menyesal—juga bahagia yang tidak pernah menyangka sudah memiliki kedua malaikat kecil, haruskah iya katakan saat ini? Memeluk dan menyebutnya sebagai ayah, tapi bagaimana jika mereka tidak terima, setelah menelantarkan kedua anaknya selama 8 tahun ini. 

“Baik, lalu bagaimana dengan Zoya?” Setelah lama diam akhirnya suara Ardian, kembali terdengar. 

“Bawalah, Zayden dan Zayda ke villa, tapi larang mereka untuk pergi sebelum aku datang.” 

Ardian langsung menutup sambungan teleponnya. Segera Ardian pergi meninggalkan mansion itu. Sementara di dalam ruangan, Teddy bertemu putra pertamanya Arga, yang tengah berbisik menyampaikan satu hal penting. Raut wajah sang Jenderal, terlihat marah. Sedangkan Arga, dia terlihat tenang dan tersenyum.

***

Zoya, bolak-balik tidak bisa diam. Sementara, kedua pelayan yang ditugaskan untuk menjaganya dilanda kecemasan, karena Zoya sama sekali tidak menyentuh makanannya, padahal waktu sudah menunjukkan jam 7 malam tapi Zoya belum sedikitpun mencicipinya, membuat mereka khawatir akan amukan sang Letnan. 

“Nona, makanlah dulu.” 

“Tidak. Jangan paksa aku untuk makan terus.”

“Tapi Nona ….”

“Lebih baik bantu aku untuk keluar dari sini. Aku harus pergi ke rumah sakit, ada pasien yang harus aku rawat. Aku mohon bantu aku untuk pergi, ya?” 

“Maaf, Nona. Pak Ardian tidak membolehkan Anda pergi sebelum dia kembali. Dia pasti sedang menjemput anak-anakmu, tunggu saja Nona.” 

Memang sulit keluar villa itu, Zoya sangat kesal yang ingin bertemu Ardian. Apa keuntungan untuk pria itu menahan dirinya. Zoya, mendaratkan bokongnya, kursi yang semula kosong kini terisi, tapi kedua tangan itu masih enggan menyentuh semua hidangan. 

Tiba-tiba teriakan si kembar mengejutkannya. Zoya, menoleh dengan wajahnya yang  berbinar, ia bangkit lantas berlari menuju putra dan putrinya.

“Mama!” 

“Zayden, Zayda!” Zoya memeluk mereka berdua.

“Kalian baik-baik saja? Apa kalian terluka?” tanya Zoya yang memeriksa setiap inci putranya. 

“Kita baik-baik saja Mama,” jawab Zayden. “Justru Zayden yang khawatir, kata pak Letnan Mama tidak mau makan, apa tinggal di sini tidak menyenangkan?” Zayden, bertanya sambil mengusap kepala ibunya. 

“Bagaimana Mama bisa tenang, jika kalian tidak ada bersama Mama.” 

“Tadi kami pergi jalan-jalan bersama suster Arini. Terus, kami pergi ke rumah sakit untuk mendonorkan darah, pak Letnan bilang ada banyak teman-teman di Qodroh yang membutuhkan darah.” 

Ardian, jadi dia membohongi anak-anak untuk mengambil darah mereka. Apa dia sudah melakukan tes DNA? 

“Mama,” panggil Zayda, menggoyangkan tubuh Zoya. “Zayda, bawa banyak makanan, kita makan malam bersama ya, sebentar lagi pak Letnan juga akan datang.” 

Zoya, tersenyum hambar. Mendengar Ardian akan datang dia sungguh tidak ingin, apa Ardian akan mengambil anak-anak setelah melihat hasil tes DNA. Zoya, memang sudah yakin jika golongan darah mereka sama, dan hasil tes DNA pasti cocok. Namun, jika harus berpisah Zoya tidak bisa, dia tidak bisa menyerahkan Zayden dan Zayda. 

“Mama, ayo!” 

Zoya, tidak bicara yang hanya diam ketika tangannya dituntun si naga kecil. Kedua pelayan tadi langsung membantu mereka, mengganti makanan yang sudah dingin dengan yang baru. Zayden, terlihat melayani ibunya, menuangkan beberapa hidangan ke dalam piring, tapi tetap saja aroma lezat yang tercium tidak menggiyurkan nafsu makannya, karena saat ini hati dan pikirannya cemas, memikirkan bagaimana jika Ardian mengambil anak-anaknya. 

“Pak Letnan!” 

Zoya, terkejut yang menoleh ke arah Ardian yang melangkah ke meja makan. Wajah Ardian berbinar, senyumnya seakan tidak akan pudar apalagi saat melihat kedua naga kecilnya berlari yang langsung digendongnya. 

“Kalian sudah makan?” tanya Ardian yang selalu mengusap lembut kepala Zayden.

“Baru, saja ayo kita makan bersama.” 

Ardian mengangguk, lalu memangku Zayden sampai ke meja makan. Setibanya di dekat meja, Ardian menurunkan Zayden lebih dulu lalu mengecup kening Zayda yang duduk di samping Zayden. 

Zoya, hanya melongo. Dia tersenyum sinis melihat sikap Ardian yang berbeda, mungkin karena Ardian sudah melihat hasil tes DNA-Nya. 

“Makanlah, dulu karena kita harus bicara setelah ini,” ujar Ardian melirik ke arah Zoya. 

“Nafsu makanku hilang, apalagi setelah melihatmu,” balas Zoya. Ardian tersenyum sinis.

“Terserah, tapi jangan salahkan aku jika nanti kamu pingsan.” Ardian, menatap intens Zoya, lalu menyendok beberapa lauk ke dalam piringnya.

“Kenapa tidak sekarang saja kamu bicara? Pak Letnan apa kau tidak takut jika aku melaporkanmu karena sudah menculik anak-anakku dan menyandera seorang dokter.” 

Ardian, meletakkan kembali sendoknya. Lalu menatap Zoya. 

“Kamu bilang apa menyandera? Apa kamu tahu seperti apa menyandera … tidak satupun ada luka di tubuhmu. Sebelum kamu melaporkan aku lebih baik tanya dulu kedua anakmu apa mereka merasa diculik.” 

Zoya terdiam tak dapat lagi membalas perkataan Ardian. Sedangkan Ardian kembali fokus pada makanannya. 

“Zayden, Zayda, pak Letnan punya kejutan untuk kalian. Pergilah ke kamar, kalian akan menemukannya di sana.” 

Ardian, mengusir mereka secara halus agar kedua anak itu pergi, sehingga tidak akan mendengar obrolan Ardian dan Zoya nanti. Setelah memastikan mereka naik ke kamarnya, Ardian menyerahkan sebuah amplop kepada Zoya. Tanpa diberi dokumen itu pun Zoya sudah tahu, itu pasti hasil tes DNA. 

“Bukalah, kenapa diam saja?” Ardian berkata dengan nada kesal, Zoya yang hanya diam kini mulai bergerak untuk membuka amplop itu. 

“Tes DNA mengatakan jika mereka adalah anak kandungku. Seharusnya aku melakukannya sejak dulu bukan setelah 8 tahun. Sebelumnya aku ingin minta maaf mengenai masa lalu, aku tau hidupmu pasti sulit selama ini, dan aku baru menyadarinya sekarang. Tapi … tidak ada salahnya jika kita mengatakan hal ini pada Zayden dan Zayda.” 

“Tidak, aku tidak setuju.” Zoya angkat bicara. 

“Tes DNA ini memang membuktikan jika kamu ayah biologisnya, tapi cukup sampai sini saja. Cukup kamu mengetahui jika mereka anakmu, tidak untuk menjadi peran ayah dalam hidupnya.” 

“Aku, ayahnya dan mereka berhak tahu.” 

“Kamu yakin? Bagaimana jika mereka membencimu, kau tidak tahu seberapa berat kehidupan kami selama 8 tahun ini. Dan aku tidak ingin anak-anak menjadi bahan gunjingan semua orang. Walau kau ayahnya tapi kau tidak bisa mengungkapkan kebenaran itu kepada dunia.” 

Ya, apa yang dikatakan Zoya benar adanya. Statusnya sebagai Letnan Kolonel tidak akan mudah mengakui semua itu di hadapan dunia, apalagi sampai mengatakan jika dirinya memiliki anak dari skandal masa lalu. Karir yang selama ini ia jalani akan hancur dalam sesaat. 

“Mereka tidak hanya butuh seorang ayah yang hanya bisa mereka panggil ayah, tapi mereka butuh sosok ayah yang benar-benar berperan penting dalam hidupnya. Kamu bisa dipanggil ayah, tapi belum tentu kamu bisa menjadi sosok ayah bagi Zayden dan Zayda.” 

Ardian terdiam.

“Terima kasih karena kamu sudah mengakui mereka, tapi … izinkan aku untuk pergi dari sini membawa anak-anakku. Mereka masih kecil, jangan biarkan masa depannya hancur karena masa lalu kita.” 

Zoya, mengangkat diri dari kursi. Lantas meninggalkan Ardian yang masih termenung, langkah Zoya semakin cepat menuju kamar Zayden dan Zayda. 

1
zh4insu
Kasian, Zoya di buat sibuk di RS, Ardian di tugaskan ke luar negeri, dan mereka punya niat terselubung untuk si kembar,,,,
Ya Allah, semoga kembar gak akan kenapa-napa...
Endang 💖
ini laki2 tegas...GX banyak omong langsung bertindak
zh4insu
Semoga yang masuk Adrian dan kembar
Endang 💖
kok radit jht bgt SM Zoya
up LG nnti thor
Reenyy Yuny Setianie
jahat banget radit 😠
zh4insu
Ya Allah, Radit kamu sungguh tega...
Pak Letnan, yang pintar kenapa sih gak liat itu anak-anak ada kemiripan gak sama dia, dan tas DNA. Apalagi punya rumah sakit sendiri... Gereget aku...
Endang 💖
ya ampun Radit tega bgt sama zoya
zh4insu
Si pak kolonel kah?
Endang 💖
hebat anak2 Zoya
Rozh
semngat kak, ceritanya seru😻🌹
Endang 💖
masih penasaran sama kelanjutNnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!