NovelToon NovelToon
Kawin Kontrak Sama CEO Galak

Kawin Kontrak Sama CEO Galak

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Duda / CEO
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Komang andika putra

Sinopsis:

Nayla cuma butuh uang untuk biaya pengobatan adiknya. Tapi hidup malah ngasih tawaran gila: kawin kontrak sama Rayyan, si CEO galak yang terkenal perfeksionis dan nggak punya hati.

Rayyan butuh istri pura-pura buat menyelamatkan citranya di depan keluarga dan pemegang saham. Syaratnya? Nggak boleh jatuh cinta, nggak boleh ikut campur urusan pribadinya, dan harus bercerai setelah enam bulan.

Awalnya Nayla pikir ini cuma soal tanda tangan kontrak dan pura-pura mesra di depan umum. Tapi semakin sering mereka terlibat, semakin sulit buat menahan perasaan yang mulai tumbuh diam-diam.

Masalahnya, Rayyan tetap dingin. Atau... dia cuma pura-pura?

Saat masa kontrak hampir habis, Nayla dihadapkan pilihan: pergi sesuai kesepakatan, atau tetap tinggal dan bertaruh dengan hatinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komang andika putra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saat Ending Harus Dinego

Hari itu, email masuk ke inbox gue dari salah satu penerbit besar. Bukan cuma nawarin kerja sama, tapi langsung ngajak meet up buat bahas kontrak cetak.

Gue baca ulang emailnya sambil nahan senyum. Ini gila. Setelah semua drama dan ancaman, ternyata tulisan gue justru bikin penerbit tertarik.

“Kita suka banget sama gaya lo, Nayla. Ceritanya kuat, nendang, dan relevan banget,” kata Mbak Hana, editor senior dari penerbit itu pas kita ketemu di sebuah kafe di Kemang.

Gue senyum sambil ngaduk cappuccino gue.

“Terima kasih, Mbak. Gue juga pengen banget buku ini naik kelas.”

Tapi pas dia buka proposal kontrak, dia langsung bilang,

“Ada satu hal yang mau kita bahas sebelum deal. Soal ending.”

Gue langsung ngerasa ada hawa-hawa gak enak.

“Kenapa emang ending-nya?” gue tanya hati-hati.

“Ending-nya terlalu frontal. Terlalu... balas dendam. Kita khawatir, ini bakal nyulut kontroversi. Kita butuh lo lebih soft. Mungkin kasih twist di mana tokoh utamanya maafin semua orang.”

Gue kaget.

“Maaf, Mbak. Tapi... cerita ini justru tentang keberanian buat ngelawan. Tentang berdiri untuk diri sendiri. Bukan tentang ngelap semuanya dengan kata ‘ikhlas’.”

Mbak Hana senyum ramah, tapi tegas.

“Kita ngerti maksud lo. Tapi market kita sensitif. Apalagi kalau pembaca nebak cerita ini berdasarkan kisah nyata. Lo bisa dianggap nyerang seseorang.”

Gue tarik napas dalam.

“Kalau gue ubah ending-nya, rasanya kayak... gue khianatin semua korban yang selama ini diem. Mereka butuh suara. Cerita ini buat mereka.”

Dia diem sebentar, lalu nunduk sambil nutup file kontraknya.

“Oke. Gue kasih waktu lo pikirin lagi. Tapi pertimbangin baik-baik. Ini kesempatan besar.”

Malamnya di kamar,

Gue duduk di kasur, laptop di pangkuan, sambil mandangin folder naskah. Rayyan dateng, bawa dua bungkus roti bakar sama teh manis hangat.

“Lo galau?”

“Bingung.”

“Soal tawaran penerbit itu?”

Gue angguk pelan.

“Gue pengen cerita ini bisa dibaca banyak orang. Tapi gue juga gak mau jual nurani gue.”

Rayyan duduk sebelah gue.

“Kalau lo disuruh milih antara impact dan idealisme, lo pilih yang mana?”

“Gue pengen dua-duanya, Yan. Tapi kalau harus milih... gue gak mau cerita ini berubah. Karena ini bukan cuma fiksi. Ini perlawanan.”

Rayyan ngelus punggung gue pelan.

“Kalau gitu, tulis aja ending versi lo. Kalau mereka gak mau, kita cari penerbit lain. Atau kita self-publish. Gue backup lo.”

Gue senyum kecil.

“Lo sadar gak sih, lo tuh support system paling mahal yang pernah gue punya?”

“Gue tau,” dia nyengir. “Makanya lo harus jagain gue juga.”

Besok paginya,

Gue kirim email ke Mbak Hana:

“Terima kasih atas tawarannya. Tapi untuk saat ini, saya memilih untuk mempertahankan ending yang sudah saya tulis. Semoga ke depannya kita bisa kerja sama dalam karya lain.”

Gue tutup laptop. Dan rasanya... lega banget.

Dua hari setelah gue nolak kontrak penerbit besar itu, tiba-tiba ada DM masuk ke Instagram gue dari akun yang kelihatan sepi, gak banyak postingan, gak banyak followers.

@writergone:

“Hai Nayla. Gue mantan penulis yang pernah kerja bareng David juga. Gue punya cerita. Kalau lo mau tau semuanya, kita ketemu. Tapi gak bisa di tempat umum.”

Gue langsung merinding.

Rayyan yang lagi duduk di sebelah gue sambil nonton bola, ngelirik gue pas gue ngeluarin suara “Hah?!”

“Ada apa lagi?”

“Ada orang ngaku mantan penulis David. Katanya mau ketemu, tapi gak bisa di tempat umum.”

Rayyan langsung matiin TV.

“Lo bales?”

“Belum. Tapi feeling gue bilang... ini penting.”

Keesokan malamnya,

Kita ketemuan di sebuah co-working space kecil, tempat yang cuma buka buat member. Gue masuk ke salah satu ruangan kecil di ujung lorong. Di dalam udah ada cewek pakai topi, hoodie, dan masker. Tapi mata dan suaranya... kayak penuh trauma.

“Gue Rani. Pernah nulis naskah buat David tiga tahun lalu. Judulnya lo pasti pernah denger, karena sempet viral.”

Gue mikir sebentar, lalu nyebut satu judul:

“Istri yang Tak Dianggap?”

Dia angguk pelan.

“Itu tulisan gue. Tapi dia ngakuin itu karyanya. Nama gue gak pernah dimasukin. Dan... dia paksa gue tanda tangan kontrak yang bunyinya gak masuk akal.”

Gue tarik napas panjang.

“Kenapa lo baru muncul sekarang?”

“Karena baru sekarang ada yang cukup berani buat ngelawan dia terang-terangan. Dan jujur, Nayla... gue pengen bantu lo. Tapi gue juga takut.”

Gue tatap dia serius.

“Kalau lo bantu gue, kita bisa jatuhin dia bareng. Tapi risikonya besar. Bahkan bisa jadi kita diserang balik.”

Dia diem sebentar, terus buka tasnya dan ngeluarin satu bundel print out: naskah asli lengkap dengan coretan tangan. Ada tanggal, catatan, dan bukti semua ide itu dari dia.

“Ini bukti gue.”

“Lo mau apa dari gue?”

“Bikin buku kita bareng. Tapi di dalamnya... kita kasih satu bab spesial: kisah nyata di balik cerita ini. Nama kita berdua. Dan... siapa yang udah nyulik hak kita selama ini.”

Gue bengong. Gila. Ini bukan cuma soal nulis lagi. Ini udah masuk ke buka-bukaan langsung.

“Lo yakin?” gue tanya.

Dia angguk, pelan tapi tegas.

“Kalau lo berani, gue ikut.”

Gue diem sebentar. Terus ngulurin tangan ke dia.

“Oke. Kita mulai dari sini.”

Malam itu,

Gue pulang dengan kepala penuh rencana. Di laptop gue, gue bikin folder baru:

"Proyek Kebenaran."

Dan untuk pertama kalinya, gue ngerasa... gue gak sendirian.

1
Ko Mengzz
alur cerita bagus
Ko Mengzz
mantap author
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!