Krystal, gadis berusia 22 tahun terpaksa menikah dengan kakak iparnya sendiri karena sebuah surat wasiat, yang kakak kandungnya tinggalkan satu hari sebelum dia meninggal.
Mau tidak mau, Krystal menerimanya meski sebenarnya hatinya menolak.
“Berpura-pura lah menjadi istriku. Dan tanda tangani surat perjanjian kontrak ini. Tapi, kamu harus ingat, jangan sampai jatuh cinta padaku.” Bara Alfredo.
“Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu. Jangan sampai kamu tergoda dan jatuh cinta padaku, Kakak Ipar.” Krystal Alexander.
Akan seperti apa kehidupan rumah tangga mereka yang tidak di dasari dengan perasaan cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 025
"Dasar menyebalkan! Ternyata selama ini dia berselingkuh di belakangku. Dan sekarang, wanita itu sedang hamil anak Jimmy?" Krystal berjalan sambil menggerutu. Merenungi nasib baik yang tidak pernah berpihak padanya.
Ya, saat berada di perjalanan pulang, Jimmy sempat berhenti di sebuah minimarket dengan alasan membeli sesuatu.
Lalu, dengan ceroboh Jimmy meninggalkan ponselnya di dalam mobil. Krystal penasaran, ia mengambil ponsel Jimmy yang terus bergetar.
Namun, siapa sangka kalau itu adalah sebuah panggilan dari wanita yang berstatus sebagai ibu dari bayi yang dia kandung. Menggelikan sekali!
"Apa arti diriku selama ini untukmu, Jim. Kamu mengkhianati aku? Bahkan selama kita pacaran?" Krystal menghapus air matanya. Mendongak ke atas menatap langit dengan rintihan air hujan yang membasahi tubuhnya. "Padahal aku pikir kamu lebih baik dari Bara, tapi ternyata..."
"Krystal, tunggu!" teriak Jimmy dari dalam mobil. "Masuklah, aku akan menjelaskan semuanya. Kamu salah paham, sayang. Aku dan wanita itu tidak ada hubungan apapun."
Krystal melirik Jimmy lalu membuang pandangannya lurus ke depan.
"Percayalah padaku, aku tidak mungkin menduakan cinta kita. Apa perlu aku datang menemui kedua orang tua kamu untuk melamar mu? Supaya kamu percaya kalau ada dan wanita itu tidak memiliki hubungan apapun?"
Krystal menghentikan langkahnya, sedangkan Jimmy pria itu tersenyum penuh kemenangan. Lagi-lagi, Krystal luluh padanya.
Jimmy keluar dari mobil, melangkah menghampiri Krystal dan menarik lengannya. Memeluk Krystal dengan erat.
"Kita pulang, ya," ucap Jimmy mengusap pucuk kepala Krystal dan Krystal pun mengangguk.
Tidak ada salahnya bukan mendengar penjelasan dari Jimmy. Mungkin memang benar jika wanita itu hanya mengaku-ngaku saja.
"Maaf, aku sudah memukulmu tadi," ucap Krystal.
"Tidak masalah. Kamu melakukan itu karena–" kalimat Jimmy terhenti saat pundaknya tiba-tiba ditarik oleh seseorang.
"Berani sekali kamu menyentuh istriku, hah! Siapa yang sudah mengizinkanmu melakukan itu, sialan!" teriak Bara memukul Jimmy.
Jimmy tersungkur, Bara hendak kembali memukulnya namun ditahan oleh Krystal. "Cukup, Kak. Apa yang kamu lakukan!"seru Krystal. Entah darimana Bara muncul dan sudah ada di sana.
"Kenapa? Apa kamu mau membela pria baji ngan ini lagi? Aku suamimu, jangan lupa itu!" Bara membenarkan posisinya. "Sekarang, ikut aku pulang. Banyak yang harus kamu jelaskan padaku."
Krystal menepis tangan Bara. "Tidak, aku tidak mau pulang bersamamu."
Bara mengepalkan kedua tangannya erat. Entah cara apa lagi yang harus dia lakukan agar Krystal mau menuruti ucapannya.
"Baiklah, aku minta maaf," ucap Bara mengalihkan pandangan ke arah lain. Jujur saja kata maaf adalah kata yang paling dibenci oleh Bara.
Sontak ucapannya itu membuat Krystal menatap Bara tak percaya. Selama bersama dengan Bara ini adalah pertama kalinya pria dingin itu meminta maaf.
"Kamu bercanda 'kan? Kamu pasti bukan Bara. Tidak mungkin seorang Bara minta maaf!" Krystal tergelak.
Bara mengeraskan rahangnya kesal, susah payah dia menurunkan egonya untuk meminta maaf. Dan Krystal malah menganggapnya main-main.
"Sayang, bantu aku," sahut Jimmy.
"Liam! Urus dia!" teriak Bara pada Liam. Kemudian membopong Krystal paksa di punggungnya dan membawanya masuk ke mobil.
"Baik, Tuan."
"Kamu mau apa. Jangan sentuh aku!" Jimmy beringsut mundur. Pukulan yang Bara berikan membuat rahangnya seakan remuk.
"Pilih mana, Tuan Jimmy. Rumah sakit atau karir Anda hancur sebagai seorang Aktor?" ucap Liam.
"Tidak keduanya!" Jimmy hendak bangkit. Liam menahan pundaknya.
"Ini adalah hukuman yang sesuai untuk Anda karena sudah berani menyentuh istri majikan saya." Liam tersenyum menyeringai, meminta anak buahnya segera datang untuk membawa Jimmy pergi.
Beberapa orang bertubuh besar dan berotot menghampiri Liam. "Kami sudah di sini, Tuan."
"Lakukan tugas kalian. Buat pria ini kapok dan tidak berani mendekati istri bos lagi," titahnya seraya berjalan meninggalkan Jimmy.
*
*
"Kalian sudah pulang?" Anaya menghampiri Bara dan juga Krystal. Wanita itu terkejut melihat keadaan menantunya. "Astaga, sayang. Kamu kehujanan lagi? Apa pemotretannya di luar ruangan? Kamu baru sembuh, bagaimana kalau sakit lagi?"
Krystal menyembunyikan wajahnya di dada bidang Bara. Ia berpura-pura tidur. Sekaligus malu, karena mertuanya memergoki dirinya sedang berada di posisi seperti ini.
Bara melirik Krystal dan tersenyum tipis. Ternyata gadis seperti di bisa malu juga, pikirnya.
"Dia kelelahan dan tertidur di mobil. Aku akan membawanya ke kamar kami." Bara melewati Anaya begitu saja. Namun, langkahnya terhenti mendengar Lio memanggil namanya.
"Papa..." Lio menarik ujung kemeja Bara.
Bara melirik sekilas Lio, lalu kembali berjalan tanpa menjawab ucapannya. Meski jauh di dalam lubuk hatinya, ia merasa begitu sesak.
"Papa..." Lio menundukkan wajahnya. Terlihat sekali kalau bocah itu sangat sedih.
Meski baru berusia satu tahun, Lio sangat cerdas dan kepintarannya di atas rata-rata seumurannya.
"Mau sampai kapan kamu menyakiti putramu, Bara," gumam Anaya dalam hati.