ini tentang alea si gadis polos keturunan mata sipit yang mencari jawaban mengenai hidupnya
tentang ketidak Adilan yang dia terima dari orang orang dekat yang dia sebut keluarga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
fifteen
Dahi william mengkrut bingung mencari pelengkap mie rebus nya. Tangannya mencari-cari, dari tadi yang dia dapatkan adalah sesuatu yang tidak jelas seperti bawang kering dan jahe.
" Kamu nyari apa?". Alea muncul memegang sendok sup, ikut menunduk ke dalam kulkas miliknya.
" Lemari pendingin kamu yang buat nyimpen daging mana?".
" Lemari pendingin buat nyimpen daging?". Ulang alea. " Satu-satunya lemari pendingin yang aku punya cuma ini doang".
" Lah?". William kaget, tapi alea tak kalah kaget.
" Emangnya ada kulkas daging?".
" Ada. Di rumah gue kulkas malah ada empat".
Mata alea membulat kaget. " Empat? Banyak banget, kamu jualan, ya?".
" Bukannya itu normal, ya. Emang harusnya orang punya berapa sih?". William bangkit berdiri dan mengusap kepala alea. " Kita pakai bahan yang ada aja kalau gitu".
Setelah mereka membuat mie dan mengenyangkan perut. William merebahkan tubuh di kasur alea, dia membanting badannya sendiri lalu meringkuk mencari kehangatan. " Kasur lo wangi banget, kaya wangi badan lo ".
Alya hanya diam berdiri, berniat ingin duduk saja dikursi, tapi william bangkit mendadak menarik lengan gadis itu untuk ikut merebah di sampingnya. " Di sini aja, ini kan kasur lo, masa gua yang kuasa in. Nggak enak sama yang punya rumah, sungkan".
" Emang kamu masih punya rasa sungkan?'.
William agak tersinggung, dia melirik alra dengan wajah cemberut. " Gini-gini gue sopan tahu, enak aja lo."
Tak lama ponsel milik william bergetar, tanda panggilan masuk. Dia merogoh ponselnya dan melihat nama di layar tertulis kata 'preman'
" Siapa?". Alea melongok penasaran. " Namanya preman? Temen kamu?".
" Bukan. Bokap gua". Setelah mengatakan itu, saya mematikan sepihak panggilannya dan menyimpannya di balik bantal.
" Kenapa dimatiin? Siapa tahu penting".
" Enggak ah, lebih penting sama lo aja. Mending gue endusel endusel. Badan lo wangi, gue suka. Lo pakai sabun apa sih?"
Alea mendorong kepala william yang mencoba mendekat, dia menggeser badannya sendiri untuk menciptakan jarak.
" Eh, jangan jauh. Ke sini".
Wiliam menarik lengan gadis itu, menyeret nyak untuk mendekat lalu memeluk badan alea. " Kecil banget sih lo, kayak manusia ukuran sachet. Pasti dulu lo kurang makan.lo Harusnya banyak makan biar berisi sedikit. Apalagi di bagian ini".
William menuju ke dada Alea dan gadis itu lekas menepisnya.
" Jangan, gak boleh macem-macem."
" Emang kenapa sih, pelit amat".
Alea menggeleng, ingatan soal dirinya tadi membuat Alea trauma. Dia tidak mau dianggap cabul dan tidak mau memberi kesempatan pada wiliam untuk mengarah pada perbuatan itu.
" Kamu bukannya harus pulang". Alea mengganti topik.
" Kamu udah kenyang kan
. Aku udah kasih kamu makan. Sana kamu pergi".
" Gue ngantuk terus dingin juga. Lagi hujan di luar, ntar gue kebasahan, sakit demam, badan w panas meriang gak bisa sekolah. Lo mau ngobatin gue?".
' jauh banget mikirnya'. Alea cemberut menanggapi. " Tadi kamu bilang katanya mau pulang abis makan".
" Iya, bentar lagi.sabar, gue istirahat dulu. Kasih waktu untuk lambung gue mengolah mie rebus tadi".
Tak lama kemudian getar ponsel kembali terasa, william yang baru akan memejamkan mata mengambil kembali handphonenya, kali ini bukan dari sang ayah, melainkan salah satu temannya.
" Ya, mereka pasti mencari keberadaan william. Tadi laki-laki itu berjanji untuk datang ke markas seperti biasa, tapi ternyata dia tak kunjung tiba.
" Siapa?". Alya lagi lagi mengolokan kepala mengintip.
"Teman, mereka kayaknya nungguin gue".
" yang ngajakin tawuran tadi? Jangan diangkat, kamu nggak udah tawuran, pulang aja, bahaya".
William menatap alea sebentar, gadis itu pikir william akan mengikuti sarannya, tapi ternyata tidak. Laki-laki itu malah menggeser tombol hijau dan mengangkatnya.
" Selamat siang,jakarta masih pagi".
" Udah sore,ege".
Wiwi ya merebutkan dahinya menatap langit di luar jendela. "Hmm, iya juga. Perasaan tadi masih pagi".
" Lo di mana dah? Ditungguin dari tadi. Anak-anak pada nyariin".
" Bilang sama mereka gue nggak nyariin. Emang apa sih nyari-nyari gue, lo pikir gue ma lo?".
" Will serius. Kayaknya ada yang sebelah maut untuk balas sama penyerangan kemarin".
William menegakkan punggungnya, fraud wajah laki-laki itu berubah serius. " Riko masih hidup?".
" Masih di rumah sakit, tapi antek antek nya enggak terima sama kita. Mereka kan nguasain lahan selama ini, baru kemarin doang kalah".
" Baper amat". Ucap william.
" Iya deh gue ke sana, ntar lagi. Masih kenyang gue. Ntar gue dipukul terus n
Mie rebus gue keluar gimana? Kan gak lucu kalau gue muntah mie. Miskin amat ".
" Lo abis makan? Makan di mana?".
William lirik alea yang menatapnya. Tersenyum manis lalu mengedifkan sebelah mata.
" Gue? Gue lagi makan di rumah yang melihara gue".
"Hah?". Romi yang menjadi lawan bicara william menatap sejenak layar ponselnya. " Will? Lo nggak lagi nge-fly kan?".
" Bangke, lo pikir gue ngganja?"
" Terus kenapa lu dipelihara?".
"Ya, soalnya gue udah dikasih makan".
" Ah, mabok nih anak, masih sore will, udah mabok aja".
" Lah, ho nggak percaya?".
William kembali menantang.
" Nih gue liatin majikan gue.alea ". Panggilnya pada gadis di samping laki-laki itu.
Alea kaget, tentu saja langsung menggeleng panik. Dia menolak dan kabur ke samping. " Jangan ada kamera saya bukan artis ".
Wiliam memutar matanya.
" Sorry, majikan gue nolak. Nanti gue kesana, satu jam lagi.agak jauh soalnya ".
" Kita jemput aja. Sherlock Lo di mana?".
Bukannya menjawab iya, william malah mengangguk saja. Berpikir kalau angga tahu dia mengiyakan saran temannya itu.
Klik'
Panggilan dimatikan sebelah pihak oleh william. Sekarang, laki-laki itu termenung diam. Dia tahu penyerangan semalam pada king sebelah adalah kali pertama setelah bertahun-tahun ini mereka yang paling berkuasa.
Rico dan teman-temannya sedikit lebih unggul dalam hal jumlah, tapi bukan berarti sugar sugarcane tidak bisa melakukannya. Buktinya semalam mereka bisa menyapu habis semua pasukan yang ada di sana, meski bantuan datang setelahnya dan itu membuat perkara baru yang menyebabkan william dan kawan-kawan harus kabur ke sini.
" Liam?". Panggil alea.
Yang dipanggil menoleh Menatap pada sosok disampingnya dengan pandangan datar.
" Kamu kenari harus ikut tawuran. Kamu nggak takut celaka? Aku pernah lihat para demonstran yang dulu ricuh, mereka saling injak dan pukul satu sama lain dan itu nyeremin. Temen-temen kamu dan kamu nggak gitu kan?".