Flower Florencia hidup dalam tekanan—dari keluarganya yang selalu menuntut kesempurnaan hingga lingkungan universitas yang membuatnya merasa terasing. Di ambang keputusasaan, ia memilih mengakhiri hidupnya, namun takdir berkata lain.
Kim Anderson, seorang dokter tampan dan kaya, menjadi penyelamatnya. Ia bukan hanya menyelamatkan nyawa Flower, tetapi juga perlahan menjadi tempat perlindungannya. Di saat semua orang mengabaikannya, Kim selalu ada—menghibur, mendukung, dan membantunya bangkit dari keterpurukan.
Namun, semakin Flower bergantung padanya, semakin jelas bahwa Kim menyimpan sesuatu. Ada alasan di balik perhatiannya yang begitu besar, sesuatu yang ia sembunyikan rapat-rapat. Apakah itu sekadar belas kasih, atau ada rahasia masa lalu yang mengikat mereka berdua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
“Jangan coba-coba menyentuhku,” desis Mike, matanya berkilat tajam. Ia mendorong tangan Cici menjauh dengan kasar hingga tubuh wanita itu hampir kehilangan keseimbangan.
“Aku sudah bosan denganmu,” lanjutnya tanpa belas kasihan. “Jadi aku akan pergi ke tempat yang aku inginkan. Sementara kau…” ia menatap Cici dari atas ke bawah dengan jijik, “…nikmati saja hidupmu saat ini.”
Mike mendekatkan wajahnya sedikit, suaranya berubah mengejek dan tajam. “Wanita yang selama ini merasa dirinya sudah kaya dan cantik, akhirnya kehilangan semuanya dan hamil tanpa seorang suami. Apa kata mereka yang mengenalmu sebagai putri keluarga Valencia, hah?”
Setelah melemparkan kata-kata kejam itu, Mike melepaskan cengkeramannya dari tangan Cici dengan kasar, lalu membalikkan badan dan mulai berjalan pergi, meninggalkan Cici yang terduduk lemas di lantai bandara, hancur dalam isak tangis.
Cici menatap kosong ke arah kerumunan yang lalu-lalang, namun tak satu pun wajah yang ia kenali. Dunia seolah menjauh darinya, menjebaknya dalam kesendirian dan kepedihan yang menyesakkan dada.
"Tidak mungkin... semua ini tidak mungkin terjadi padaku..." gumamnya lirih, suara itu nyaris tenggelam oleh suara pengumuman bandara. Air matanya masih mengalir, tapi kini sorot matanya tak lagi hanya berisi kepedihan—ada bara yang perlahan menyala di sana.
"Aku adalah putri kesayangan keluarga Valencia…" ujarnya lagi, lebih tegas. Giginya bergemeletuk menahan amarah dan kehancuran yang telah menelanjangi harga dirinya. "Aku harus kembali ke sana... dan mendapatkan posisiku kembali..."
Tangannya mengepal erat. Gaun kusut yang melekat di tubuhnya tak lagi mencerminkan kebanggaan yang dulu ia miliki. Namun di balik kehancuran itu, Cici bertekad untuk bangkit. Luka hatinya berubah menjadi bahan bakar untuk membalaskan dendam.
"Aku tidak mungkin kalah dari Flower!" desisnya penuh kebencian. Nama itu meluncur dari bibirnya seperti racun.
***
Di sisi lain, Flower baru saja keluar dari gerbang kampus dengan langkah ringan dan raut wajah lelah. Namun langkahnya terhenti saat melihat sosok pria tegap berdiri di depan sebuah mobil mewah. Pria itu tak lain adalah kakaknya, Wilson.
“Flower, bagaimana kabarmu belakangan ini? Sudah lama kamu tinggal di luar. Saatnya kembali ke rumah,” ujar Wilson, suaranya terdengar tenang, tapi ada nada mendesak di dalamnya.
Flower mendecak pelan, menyilangkan tangan di depan dada. Matanya menatap tajam, penuh luka yang belum sembuh. “Untuk apa aku kembali ke sana? Tidak ada tempatku sama sekali. Bukankah adik kesayanganmu bersama kalian? Untuk apa memintaku kembali?”
Wilson tampak menahan napas, lalu mengembuskannya dengan berat. Ia mencoba mendekat satu langkah. “Flower, maafkan aku. Karena kejadian lalu… aku bodoh. Aku percaya pada wanita licik itu. Dia tidak hanya mencemarkan nama baik kita, tapi juga menyakitimu. Dia merekayasa cerita, dan kami semua terjebak dalam kebohongannya.”
Flower mengernyit, hatinya berdebar namun ia mencoba tetap tenang. “Bagaimana kamu bisa tahu kalau selama ini dia berbohong?” tanyanya datar.
“Aku mulai curiga sejak kau membakar foto keluarga kita. Hati ini terasa sakit… seperti kehilangan sesuatu yang sangat berarti. Karena itu, aku menyelidikinya. Aku ingin tahu yang sebenarnya, dan ternyata kamu memang tidak bersalah. Aku tunjukkan semuanya ke papa, mama, dan kakak… dan kami semua menyesal,” jawab Wilson, suara seraknya terdengar tulus. “Itu adalah rumahmu, Flower. Jangan tinggal lagi di rumah dokter itu. Dia bukan siapa-siapa. Kalian tak ada hubungan darah, dan tinggal bersama seperti itu hanya akan mencoreng nama baikmu.”
Wilson menepuk pundak adiknya pelan, seakan memohon, seakan ingin menegaskan bahwa ini adalah satu-satunya jalan untuk memperbaiki segalanya.
Namun tiba-tiba, suara mesin mobil terdengar mendekat. Sebuah BMW hitam berhenti tak jauh dari mereka. Dari dalam, keluar sosok pria tampan dengan kemeja putih tergulung di lengan, penampilannya bersih dan rapi. Kim.
“Kakak Kim!” seru Flower, wajahnya sedikit berseri, ada rasa aman terpancar dari matanya.
“Aku datang menjemputmu,” ujar Kim dengan senyum hangat, tapi matanya langsung berubah tajam saat berpaling ke arah Wilson.
Wilson bergerak cepat dan berdiri di hadapan Flower, menghalangi langkah Kim. “Tidak perlu! Flower akan ikut aku pulang!” tegasnya dengan nada keras.
Kim menyipitkan mata. “Kalian menyesal setelah semua yang terjadi? Sekarang baru ingin mengakuinya? Aku tidak akan membiarkan Flower kembali ke tempat yang membuatnya terluka dan terpuruk.”
Wilson membalas dengan suara tegas. “Secara hukum, aku sebagai kakaknya punya hak untuk membawanya pulang. Kami tahu apa yang harus kami lakukan. Flower… adalah keluarga kami. Itu kenyataannya.”
Kim melangkah lebih dekat, wajahnya kini serius dan penuh peringatan. “Benar. Dan karena kenyataan itu juga, kalian bisa dituntut karena telah mengabaikannya hingga ia mengalami depresi dan nyaris bunuh diri. Itu juga kenyataan, bukan?”
Wilson terdiam, rahangnya mengeras. Namun ia tetap mencoba bertahan. “Kami sudah menyadari kesalahan kami. Kami ingin memperbaiki semuanya. Rumah itu adalah tempatnya. Keluarga adalah segalanya. Dan kamu, dokter Kim, tak bisa menggantikan kami.”
Sunyi mengisi udara. Semua mata kini tertuju pada satu orang. Flower.
Kim menoleh padanya, suaranya dalam namun lembut. “Flower… apakah kamu ingin ikut dengannya?”
Flower yang masih ragu, Tidak bisa menjawab pertanyaan sang dokter. Apakah keputusan Flower, akankah dia kembali ke keluarganya atau tetap bersama Kim Anderson?
terimakasih untuk kejujuran muu 😍😍😍 ..
sally mending mundur saja.. percuma kan memaksakan kehendak...
kim gak mau jadi jangan di paksa
ka Lin bikin penasaran aja ihhh 😒😒😒
penasaran satu hall apakah Flower akan pergi dari Kim atau bertahan sama kim 🤨