Mistis dan hal ghoib bagi Nayla hanyalah mitos sebelum dia mengalami kejadian yang membuatnya terpaksa mempercayai hal-hal yang berbau suprantural itu setelah mengalaminya sendiri.
Meninggal akibat konspirasi suami dan kakak angkatnya, Nayla hidup kembali ditubuh seorang gadis dengan nama yang sama dengannya yang memang telah disiapkan untuknya.
Siapakah orang yang sengaja membangkitkan jiwa Nayla?
Mampukah Nayla membalaskan dendam dan menguak teka-teki kehidupannya?
Penasaran...
Ikuti kisah Nayla dalam membalas dendam yang sarat akan hal mistis dan ghoib, yang tentunya sangat menegangkan dan membuat jantung kita berdegub kencang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SALAH SASARAN
Diruang tengah, Nayla duduk bersama Winata dan Friska sambil menikmati kudapan yang tersedia, menunggu seseorang yang telah membuat hidup Azzam menderita seperti ini.
Tak ada yang tahu jika Azzam terkena kutukan yang sengaja dipindahkan kepadanya karena Winata menutup rapat-rapat permasalahan ini dan mengatakan kepada orang luar jika Azzam, anak semata wayangnya sedang berada diluar negeri untuk mengurusi beberapa anak perusahaan miliknya disana sehingga pemuda itu tak terlihat.
Semua orang tentu saja percaya karena ini bukan pertama kalinya Azzam pergi keluar negeri untuk mengurusi permasalahan perusahaan milik keluarganya yang berada di beberapa negara di benua Eropa.
Nayla mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di pegangan kursi kayu jati yang sedang didudukinya beberapa kali.
“Semua harus usai malam ini agar hidup Azzam bisa tenang ”.
Ucapan Nayla diangguki oleh sepasang suami istri yang terus menatap kearah keraha luar jendela dengan tajam.
Ya, semua harus diakhiri malam ini. Sudah cukup Azzam menderita, dan orang yang membuatnya menjadi seperti ini harus mempertanggung jawabkan perbuatannya, sekarang!
Sementara itu, wanita yang telah membuat hidup Azzam berada di ujung jurang kematian, saat ini tengah berkendara menuju kediaman Winata dengan perasaan cemas.
Meski firasatnya buruk, namun tekad Anastasya sudah bulat, dia harus menyelesaikan semuanya malam ini agar hatinya merasa tenang.
Anastasya nekat pergi seorang diri ke kediaman Winata seperti apa yang mbah Djoyo pesankan kepadanya jika tak boleh ada yang mengetahui niatnya ini agar semua yang menjadi niatnya bisa berjalan dengan baik.
Beberapa kali Anastasya mencengkeram kuat kemudinya, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdegub kencang.
“Sudah sejauh ini, aku tak bisa mundur lagi. Lagipula, ada jimat dari mbah Djoyo yang akan menjagaku”, gumannya pelan.
Anastasya menyalakan music untuk mengalihkan pikiran negative yang sempat bersliweran dalam benaknya dan juga membunuh rasa takut yang menyelinap dihatinya.
Tak banyak mobil lalu-lalang di jalananan, membuat perjalanan malam ini sangat lancar hingga Anastasya sudah tiba di pintu gerbang perumahan mewah itu hanya dalam waktu tiga puluh menit saja, padahal biasanya, dalam kondisi normal membutuhkan waktu hingga satu setengah jam perjalanan.
Setelah melapor ke pos security, mobil Anastasya pun meluncur melalui jalan kembar yang tampak sangat sepi sebelum dia berbelok ke blok A dimana kediaman Winata berada.
Malam belum terlalu larut, tapi pekatnya sudah menyergap. Sepanjang jalan yang Anatasya lalui terlihat sangat gelap, padahal disamping kiri dan kanan jalan terpasang lampu jalan yang sangat terang, membuat wanita itu semakin gugup.
Anastasya yang baru saja tiba dibelokan kediaman Winata, menatap pagar hitam rumah tersebut dengan tubuh gemetar.
“Tidak! Aku tak boleh menyerah disini”, guman Anastasya mensugesti diri sendiri agar tetap berani meski tubuhnya sudah mengigil ketakutan.
Security yang berjaga didepan pintu gerbang kediaman segera membukakan pintu begitu Anastasya tiba, karena Winata sudah menitip pesan sebelumnya.
“Tenang Anastasya! Kamu bisa!”, gumannya sambil membuka pintu mobil dan melangkah masuk kehalaman kediaman Winata.
Tok tok tok....
Bi Sumi, pembantu Winata bergegas ke depan, begitu pintu rumah diketuk dari luar dan membukanya.
“Om Winatanya ada?”, sapa Anastasya ramah begitu dia melihat pintu kediaman terbuka.
“Oh, mencari tuan. Mari, silahkan masuk. Saya panggilkan tuan dulu”, jawab Sumi sambil membukakan pintu agar Anastasya bisa masuk kedalam.
Begitu pintu telah terbuka lebar, Anastasya pun segera masuk dan duduk sambil kedua matanya menyapu seluruh area ruang tamu untuk melihat apa ada hal ganjil disana atau tidak.
Sejak menggunakan jimat dari mbah Djoyo, Anastasya menjadi lebih peka, sehingga dia bisa merasakan kehadiran makhluk tak kasat mata atau benda-benda goib yang ada disekitarnya.
Dengan kemampuan ini,Anastasya bisa menghindari hal-hal buruk yang akan menimpanya, dengan merasakan aura yang ada disekitarnya.
Setelah merasakan tidak ada aura negative dalam ruangan tersebut, Anastasya pun merasa sangat lega.
Tap tap tap
Anastasya menoleh begitu dia mendengar suara langkah kaki mendekat kearahnya, dan segera memasang senyum menggoda dengan kedipan sedikit nakal andalannya, berharap Winata luluh dan melonggarkan kewaspadaannya.
Winata yang melihat kedua mata wnaita didepannya mengerjap beberapa kali, mengkerutkan keningnya sejenak dengan wajah sedikit gelap, “Siapa ya?”, tanyanya sambil melangkah menuju kursi yang ada dihadapan Anastasya.
“Perkenalkan, saya Anastasya om, keponakannya pak Candra dari PT. Sejahtera”, ucap Anastasya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.
Winata yang memang sudah dibuka mata batinnya oleh mbah buyut tentu saja bisa merasakan jika wanita dihadapannya itu tak polos, ada aura gelap yang begitu kuat menyelimuti tubuhnya dan bau tubuhnya seidkit busuk, membuat Winata tanpa sadar mengkerutkan hidungnya, mencoba menghalau bau tak sedap yang mengusiknya.
Melihat jika wanita yang ada dihadapannya inilah yang telah membuat dia hampir kehilangan anak semata wayangnya, tanpa sadar Winata mengepalkan kedua tangannya dan segera duduk, mengabaikan uluran tangan Anastasya karena dia tak sudi bersentuhan dengan seseorang dengan seseorang yang berbau busuk seperti bangkai itu.
Melihat uluran tangannya tak disambut dengan baik, Anastasya pun menarik kembali tangannya dengan kikuk.
“Ada apa kamu kemari?”, tanya Winata tajam.
Winata tak mau berbasa-basi dengan wanita ular seperti Anastasya sehingga diapun langsung bertanya mengenai maksud kedatangan wanita itu yang bisa dia lihat tak memiliki niat baik.
“Ini om. Saya kesini untuk menyerahkan surat perjanjian baru yang telah direvisi oleh om Candra”, ucap Anastasya sambil menyerahkan kontrak kerjasama dari dalam tasnya.
Winata hanya melirik berkas yang ada dihadapannya tanpa ada niatan untuk menyentuhnya.
“Hanya karena ini kamu datang menganggu waktuku”, ucap Winata dengan nada dingin.
Anastasya tak menyangka jika dia akan mendapatkan sambutan dingin itu padahal dia sudah melepaskan jurus andalannya.
“Apa susuk yang kupakai sudah kadaluarsa? Kenapa om Winata sama sekali tak terpengaruh? ”, batin Anastasya sedikit bingung.
Nayla yang melihat kebingungan diwajah Anastasya terkekeh pelan, dan hal ini tentu saja membuat Friska yang ada disampingnya menatapnya dengan wajah penasaran,“Ada apa? kenapa kamu tertawa?”, tanyanya.
“Wanita itu memakai susuk pemikat. Siapapun yang menatap matanya akan langsung terpesona dan luluh kepadanya. Dan sekarang, dia sedang kebingung melihat om Winata tak terpegaruh, bahkan om Winata terlihat begitu jijik kepadanya. dia tak tahu saja jika om Winata bisa mencium aroma busuk dari tubuhnya yang penuh dengan susuk dan aneka macam ritual yang menyesatkan itu”, ucap Nayla menjelaskan.
Friska yang melihat bagaimana sang suami mengusap hidungnya, untuk menghalau aroma busuk yang masuk kedalam indera penciumannya, membuat Friska merasa tak tega.
"Apa baunya memang sangat busuk?", guman Friska penasaran.
"Tante mau menciumnya, saya bisa bantu", ucap Nayla yang langsung direspon gelengan kepala yang cepat oleh Friska yang tak ingin tersiksa seperti sang suami.
Nayla mengeluarkan botol kecil berisi cairan bening dan membuka tutupnya, membaca mantra dan meniupkan kedalam botol tersebut tiga kali.
Begitu selesai, Nayla yang melihat bi Sumi, pelayan keediaman Winata yang hendak menyajikan minuman untuk tamu mereka, diapun segera menghentikannya.
“Tunggu sebentar bi”
Nayla pun mengayunkan satu tangannya agar bi Sumi mendekat kearahnya.
“Ada apa non?”, tanyanya bingung.
Nayla dengan cepat memasukkan beberapa tetes air yang tadi sempat dia mantrai dan mengaduknya dengan sendok yang sengaja dia bawa.
“Jangan sampai ketukar, berikan minuman ini untuk wanita itu”, ucap Nayla tegas.
Meski tak tahu cairan apa yang Nayla masukkan kedalam minuman tersebut, tapi melihat nyonya rumahnya ada disamping Nayla mengangguk, bi Sumi pun beranjak dari tempatnya dan segera menyuguhkan minuman hangat yang dibuatnya diatas meja.
“Apakah ini akan berhasil?”, tanya Friska penasaran.
“Tentu saja. Setelah meminum ramuan itu, maka apa yang akan menjadi niatnya akan terungkap”, jawab Nayla tajam.
Dia menyayangkan kebodohan Anastasya yang salah memilih sasaran hingga dia berani datang dan mengusiknya.
Padahal, jika Anastasya tak datang, Winata dan istrinya sudah akan melepaskan semuanya karena seseorang yang seharusnya bertanggung jawab akan hal ini telah mendapatkan balasannya.
Sayangnya, Anastasya yang tertutup mata hatinya menganggap Azzam lah penyebab kematian sang kekasih, tanpa dia sadari jika semua itu adalah kesalahan Dion sendiri yang sama sekali tak ada kaitannya dengan Azzam.