NovelToon NovelToon
Di Bawah Aturan Suami Baruku

Di Bawah Aturan Suami Baruku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Selingkuh / Crazy Rich/Konglomerat / Konflik etika
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ziafan01

Saat Shima lyra senja seorang dokter berbakat di rumah sakit ternama, menemukan suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, dunianya hancur seketika.
Pengkhianatan itu tidak hanya merenggut pernikahannya, tapi juga rumah, nama baik, dan tempat untuk pulang.
Di titik terendah hidupnya, ia menerima tawaran tak masuk akal datang dari Arru Vance CEO miliarder dingin dengan aturan yang tidak bisa dilanggar. Pernikahan kontrak, tanpa cinta, tanpa perasaan. Hanya ada aturan.
Namun, semakin dekat ia dengan Arru, semakin ia sadar bahwa sisi dingin pria itu menyembunyikan rahasia berbahaya dan hati yang mampu merasakan semua yang selama ini ia rindukan.
Ketika pengkhianatan masa lalu kembali muncul dan skandal mengancam segalanya, Shima harus memilih: mengikuti aturan atau mempertaruhkan segalanya demi cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ziafan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AKAD NIKAH

Di balik pintu ruang rias, Shima duduk mematung. Gaun putih itu melekat sempurna di tubuhnya, terlalu indah untuk seseorang yang pernah kehilangan segalanya. Tangannya gemetar, napasnya tak lagi teratur.

Apa aku melakukan hal yang benar?

Ia menunduk, menatap layar ponselnya yang tiba-tiba menyala. Sebuah unggahan muncul di beranda Laura.

Foto Arya, tersenyum di sebuah restoran mewah.

Di sudutnya, sebuah tanda hati merah menyala, seolah sengaja ditusukkan ke dada Shima.

Jantungnya mencelos, lalu… mengeras.

Shima mengunci layar ponsel itu perlahan. Air di matanya mengering, digantikan oleh ketegasan yang dingin.

Tidak. Aku tidak akan mundur.

Ini jalanku. Ini pilihanku.

Di sisi lain aula, Arru berdiri tegap mengenakan setelan hitam elegan. Tatapannya tak pernah lepas dari pintu tempat Shima akan muncul. Wajahnya tetap dingin, tapi rahangnya mengeras seolah dunia harus tunduk pada hari ini.

Saat Shima melangkah masuk, seluruh ruangan terdiam.

Arru menoleh.

Dan untuk pertama kalinya, ekspresi itu berubah.

Bukan dingin.

Bukan datar.

Melainkan… terpikat.

Langkah Shima sedikit ragu, tapi Arru segera melangkah mendekat. Tangannya terulur, mantap, tanpa ragu.

“Kemarilah,” ucapnya rendah, hanya untuk Shima. “Aku ada.”

Begitu jemari mereka bersentuhan, Arru menggenggamnya erat posesif, seolah takut ia akan menghilang jika dilepas sesaat saja.

Akad pun dimulai.

Arru duduk tegak, suaranya tenang namun tegas saat ijab kabul dilafalkan. Tidak ada keraguan. Tidak ada kesalahan satu huruf pun. Sekali ucap sah.

Ruangan bergemuruh oleh doa dan ucapan selamat.

Arru menoleh pada Shima. Tangannya masih menggenggam jemari wanita itu, kali ini lebih erat.

“Kau milikku,” bisiknya pelan, namun jelas. “Dan aku tidak akan membiarkan siapa pun meragukan itu.”

Shima menatapnya, jantungnya berdebar keras. “Ini… hanya kontrak, Tuan.”

Arru tersenyum tipis senyum yang tak pernah dilihat publik sebelumnya. “Hari ini, biarkan dunia percaya aku mencintaimu. Dan kau… cukup berdiri di sisiku.”

Saat resepsi dimulai, Arru berubah sepenuhnya.

Ia tak segan merangkul pinggang Shima di depan siapa pun, jemarinya bertahan lebih lama dari yang seharusnya. Saat seseorang terlalu lama menatap Shima, Arru akan menariknya lebih dekat.

“Jangan melihat istri saya seperti itu,” ucapnya dingin pada seorang tamu, tanpa senyum.

Shima terkejut, berbisik pelan, “Tuan… terlalu berlebihan.”

Arru menunduk, napasnya menyentuh telinga Shima. “Tidak. Aku hanya memastikan semua orang tahu kau berada di wilayahku.”

Di depan kamera, Arru menyentuhkan keningnya ke kening Shima. “Tersenyumlah,” bisiknya. “Kau cantik. Dan hari ini… kau adalah ratuku.”

Untuk sesaat, Shima lupa bahwa ini semua hanyalah perjanjian.

Untuk sesaat, ia merasa aman benar-benar dimiliki, benar-benar dipilih.

Dan dari kejauhan, seseorang menatap layar ponsel dengan tangan gemetar.

Arya.

Foto pernikahan itu muncul di semua portal berita.

Judulnya sama:

“Arru Vance Menikah. Misteri Terjawab Istrinya Adalah Wanita yang Tak Pernah Diperkirakan Siapa Pun.”

Resepsi pernikahan itu berlangsung di gedung megah yang seolah diciptakan untuk menegaskan satu hal: Arru Vance tidak pernah melakukan sesuatu setengah-setengah.

Langit-langit aula dipenuhi kristal gantung yang memantulkan cahaya keemasan. Dinding-dindingnya diselimuti rangkaian bunga putih dan hijau zamrud, selaras dengan karpet marmer yang berkilau. Media memenuhi sisi luar gedung kilatan kamera tak pernah berhenti, seakan dunia takut melewatkan satu detik pun dari momen langka ini.

Begitu Arru dan Shima melangkah masuk, riuh tepuk tangan menyambut mereka.

“Luar biasa,” bisik seseorang.

“Istrinya cantik sekali.”

“Dokter itu, kan? Shima Lyra Senja.”

Shima tersenyum sopan, tubuhnya tetap tegak meski jantungnya berdebar. Ia mendengar pujian demi pujian tentang kecantikannya, tentang reputasinya sebagai dokter, tentang keberaniannya berdiri di sisi pria sekelas Arru Vance. Namun setiap kali seseorang mendekat terlalu dekat, Arru bergerak lebih dulu.

Seorang rekan bisnis Arru pria paruh baya dengan setelan mahal mengulurkan tangan pada Shima.

“Selamat, Nyonya Vance. Kehormatan....”

Belum sempat jemari itu menyentuh, Arru menyela dengan langkah ringan, seolah kebetulan. Tangannya sudah lebih dulu menutup tangan Shima, lalu ia sendiri yang menyambut salaman itu.

“Terima kasih,” kata Arru singkat. “Saya yang mewakili.”

Shima menoleh cepat, sedikit terkejut.

Arru tampak santai. Senyumnya tipis, sopan. Seolah tak terjadi apa-apa.

Rekan bisnis lain datang kali ini lebih muda. “Nyonya Vance, Anda benar-benar”

Arru kembali bergerak. Satu langkah ke depan, satu lengan melingkar di pinggang Shima.

“Istri saya tidak terbiasa berdiri lama,” ucapnya tenang. “Silakan bicara pada saya.”

Shima menatap Arru dari samping. Matanya bertanya: Ini bagian dari peran?

Arru menunduk sedikit, suaranya hanya sampai ke telinga Shima.

“Tenang,” katanya rendah. “Aku tidak suka ada yang menyentuh apa yang menjadi milikku.”

Jantung Shima berdetak lebih cepat dari yang seharusnya.

“Oh,” gumamnya pelan. “Begitu.”

“Begitu,” ulang Arru singkat.

Para tamu tetap tersenyum, tetap memberi selamat. Mereka melihat pasangan yang tampak harmonis suami protektif, istri anggun. Media menangkap momen itu Arru yang berdiri setengah langkah di depan Shima, seolah menjadi dinding yang tak terlihat.

Seorang wanita dari kalangan medis mendekat dan berkata hangat, “Dokter Shima, kami bangga sekali. Anda berbakat, dan hari ini… sungguh memukau.”

“Terima kasih,” jawab Shima tulus.

Arru mengangguk singkat. “Istri saya memang begitu.”

Bukan calon.

Bukan kontrak.

Istri.

Shima menelan ludah. Untuk sesaat, kata itu terasa terlalu nyata.

Ketika mereka berjalan menyusuri aula, Shima akhirnya berbisik, “Tuan… Anda terlalu protektif.”

Arru tidak menoleh. “Aku tahu.”

“Kalau ini hanya peran”

“Siapa bilang ini hanya peran?” Arru memotong, suaranya datar. Lalu ia menoleh, menatap Shima dengan sorot yang sulit dibaca. “Di depan dunia, aku tidak berakting setengah hati.”

Shima terdiam. Ia kembali tersenyum pada kamera, tapi dadanya terasa hangat dengan cara yang tak ia rencanakan.

Di kejauhan, seseorang menatap mereka dengan rahang mengeras Arya. Dan di sisinya, Laura, dengan senyum yang tak pernah sampai ke mata.

Namun di tengah gemerlap, Arru tetap berdiri dekat. Terlalu dekat untuk sekadar sandiwara. Terlalu tegas untuk disebut kebetulan.

Dan Shima mulai bertanya-tanya

apakah posesif ini hanya peran…

atau batas pertama yang perlahan dihapus Arru sendiri.

Tak lama kemudian, rombongan dari Vance Medical Center mulai berdatangan. Wajah-wajah yang selama ini hanya melihat Shima dalam balutan jas operasi kini terpaku pada kemewahan aula. Beberapa berhenti sejenak di ambang pintu, seolah tak percaya dokter yang mereka kenal berdiri di pusat ruangan itu anggun, bercahaya, dan berdampingan dengan pria paling berpengaruh di negeri ini.

“Ya Tuhan… itu Dokter Shima?”

“Dia terlihat… berbeda.”

“Pantas saja auranya berubah.”

Bisik-bisik mengalir seperti arus halus, tak pernah benar-benar berhenti.

Shima menangkap beberapa tatapan familiar. Dokter senior. Residen muda. Perawat yang pernah menemaninya begadang di UGD. Ia tersenyum sopan, tapi tetap menjaga jarak dan Arru memastikan jarak itu tidak pernah dilanggar.

1
Sweet Girl
Siram bensin terus aja...
Sweet Girl
Buat memelihara bangkai di rumah, Laura... mending dibuang aja.
Sweet Girl
Dan bakal kehilangan Dana segar Luuu pada...
Sweet Girl
Asyeeek... beli yang kau mau, Shima...
bikin mereka yg menyakiti melongo.
Sweet Girl
Tunggu tanggal mainnya duo penghianat.
ketawa aja kalian sekarang sepuasnya, sebelum ketawa itu hilang dr mulut kalian.
Sweet Girl
Nah Lu... kapok Lu... sekalian aja seluruh Penghuni rumah sakit denger...
Sweet Girl
Kelihatan sekali yaaaa klo kalian itu bersalah.
Sweet Girl
Ada Gondoruwo🤪
Sweet Girl
Kamu pikir, setelah kau rampas semua nya, Shima bakal gulung tikar...
OOO tentu tidak... dia bakal semakin kaya.
Sweet Girl
Masuklah sang Penguasa 🤣
Sweet Girl
Dan pilihan mu akan menghancurkan mu... ojok seneng disek...
Sweet Girl
Kamu yang berubah nya ugal ugalan Brooo
Sweet Girl
Ndak bahaya ta... pulang sendiri dengan nyetir mobil sendiri?
Sweet Girl
Kok ngulang Tor...???
Sweet Girl
Wes ora perlu ngomong, Ndak onok paedaheee.
Sweet Girl
Naaah gitu dong... semangat membongkar perselingkuhan Suami dan sahabat mu.
Sweet Girl
Musuh dalam selimut, iya.
Sweet Girl
Gayamu Ra... Ra... sok bener.
Sweet Girl
Kamu jangan kebanyakan mikir tho Syma...
mending bergerak, selidiki Arya sama Laura.
Iqlima Al Jazira
di tunggu kelanjutan nya thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!