NovelToon NovelToon
PANGERAN MY BAD BOYFRIEND

PANGERAN MY BAD BOYFRIEND

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintamanis / Playboy / Basket / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: cipaaiinee

Baru menginjak kelas 12, ada saja hal yang membuat Syanza harus menghadapi Pangeran, si ketua Savero.

Ketua apanya coba, tengil gitu.


"Lo pikir, lo kodok bisa berubah jadi pangeran beneran, hah??" Ketus Syanza.
"Emang gue pangeran," balas Pangeran angkuh.
"Nama doang, kelakuan kayak setan!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cipaaiinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23

Sinar mentari menyapa sebagian sisi bumi. Memberi kehangatan pada setiap makhluk hidup. Daun ynag tertimpa embun terlihat lebih segar, dan titik air itu menetep lembut ke permukaan tanah.

Tanggal merah menjadi tanggal kemerdekaan kebanyakan kaum pelajar. Mereka jadi lebih leluasa untuk bangun kapan saja, tetapi zemu tergantung kondisi dan sebagainya.

Kini, gadis yang tengah pulas di tempat yang baru pertama kali ia hinggapi pun terlihat menggesek matanya. Syanza terbangun.

Mulutnya terbuka lebar karena menguap. Seolah sinyal bahwa tubuhnya menginginkan oksigen yang lebih bebas. Lantas ia turun dari tempat tidurnya dan membuka gorden. Menampakkan keindahan taman yang ternyata ada di belakang rumah ini. Membuka jendela dan menikmati belaian angin yang menyeruak dalam pernapasan dan juga kulitnya. Sejuk nan tenang.

Syanza melihat beberapa orang yang berlari pagi, atau sekadar mencapai jalan 1000 langkah perhari. Tidak hanya anak muda, banyak juga para orang tua, dan anak-anak.

Maniknya tidak sengaja melihat federasi lelaki yang pernah ia lihat. Ah, mereka anak-anak Pangeran ternyata. Tidak heran mereka berada di sana, karena tempatnya dekat. Syanza pikir, Savero tidak seproduktif ini, bahkan mereka lebih rajin dibanding dirinya yang leha-leha ketika bangun.

Ceklek

Suara pintu mengundang perhatiannya. Ia melihat Pangeran dengan pakaian yang cocok untuk lari pagi.

Syanza diam memandangi leki itu, dan Pangeran menghampirinya. Kemudian, pemuda itu menempelkan telapak tangan di dahinya. Rasanya dingin tetapi Syanza menyukainya.

"Kenapa bangun?" tanya Pangeran sembari mengecek suhu leher Syanza pula. "Mau sarapan apa?" imbuhnya.

Syanza menggeleng. "Lo mau olahraga juga?" kilahnya.

Pangeran mengangguk. Masa ketua lebih malas dari anggotanya. Tidak etis sekali memberi contoh yang buruk.

Mata Syanza menatap waspada lelaki itu, dan kemudian berkata, "Ikut."

"No. Lo belum sembuh total," elak Pangeran.

"Gue udah sehat. Lo aja yang tangannya diperban sama kakinya yang pincang masa udah lari aja," cibir Syanza melirik lengan Pangeran dan juga kakinya.

"Beda lagi," kilahnya.

"Gak mau tahu. Pokoknya gue mau keluar," kekeh Syanza.

"Emang gak malu lari pakai baju gitu?"

Syanza melihat penampilannya yang memakai kaos pendek yang dibaluti kemeja hitam, dan celana jeansnya.

Pangeran terkikik. "Udah deh. Mending diem di sini. Gue bawa makan aja buat lo, mau makan apa?"

Syanza masih dalam keadaan berpikir sembari menatap ke bawah. Jika di sini ia tidak punya baju ganti, ada Pangeran yang memiliki baju simpanan di stationnya.

Sudut bibirnya terangkat penuh kemenangan, dan mendongak pada Pangeran yang mengernyitkan dahinya.

"Apaan tatapan gitu," ucap Pangeran sedikit merinding.

Grep

Syanza menghamburkan diri pada pelukan Pangeran. Spontan lelaki itu menahannya.

"Altar," panggil Syanza lembut disertai senyum mengerikan.

"Perasaan gue gak enak nih," ucap Pangeran terdengar oleh kekasihnya.

Syanza mengetuk-ngetuk dada yang gagah itu dengan telunjuknya. "Gue pinjem baju lo, boleh?"

Shit!

Pangeran membuang muka dari tatapan mematikan itu. Bagaimana bisa ia menolak jika Syanza sangat menggemaskan dan juga sedikit manis?

"Boleh, ya?" ulang Syanza membentuk entah huruf apa di dada lelaki itu. Sensasi geli dan juga ingin sekali Pangeran melakukan lebih, namun ia usahakan tahan karena belum waktunya dan juga lelaki macam apa yang terhanyut oleh nafsu sesaat.

Bukan salahnya juga jika terbawa atmosfer yang memanaskan ini, tetapi Syanza sendiri yang memancingnya.

Pangeran mendorong Syanza yang memeluknya. "Gak," tegasnya menolak.

"Bolehlah. Ya, ya?" kekeh Syanza memeluk lengan Pangeran.

"Tadi, mamah mertua nanyain lo," alih Pangeran menyampaikan pesan dari ibu Syanza.

"Mamah?" Pangeran mengangguk. "Oh. Gue lupa, astaga. Gak bilang sama mamah kalau nginep. Terus lo bilang apa? Jangan bilang gue nginep di sini lagi," kecam Syanza menatap Pangeran ganas.

Pangeran mencubit gemas hidung Syanza. "Enggak. Gue bilang lo nginep di rumah Ghea, dan gue yang anterin lo ke sana." Syanza menghela napas lega.

"Minimal makasih kek, Bu," celetuk Pangeran. "Gue pergi. Keburu siang, panas dan males ntar." Pangeran melepaskan kedua tangan Syanza yang masih menggantung di lengannya.

"Gue ikut. Titik gak pake bantahan dan alasan apa pun. Sekarang gue pinjem baju atau hoodie kek," tukas Syanza menahan tubuh Pangeran untuk diam sebelum menurutinya.

"Baju gue pasti kegedean di badan lo yang unyil."

Plak

"Yaudah. Lo juga jangan pergi," ucap Syanza pelan.

"Apa? Apa? Gue gak denger." Pangeran mendekatkan telinganya ke arah wajah gadis itu.

"Alastar!" geram Syanza menggigit otot bisep lelaki itu.

"Luka dong," cakap Pangeran terlihat tidak merasakan sakit apa pun. Ia mencubit gemas pipi Syanza untuk segera melepaskan gigitannya. "Iya, oke. Sekarang lo lepas dulu, biar gue cari bajunya."

Syanza menurut dan membiarkan Pangeran berjalan ke arah lemari.

Tidak jahil, bukan Pangeran namanya. Lelaki itu sengaja membuat Syanza terkejut karena aksinya yang hendak lari keluar.

"Pangeran!" teriak Syanza kesal.

Gelakan tawa Pangeran menggema di ruangan itu. Melihat ekspresi marah Syanza adalah kebahagiaan dan kesenangannya sendiri.

1
Puji Lestari
bagus... ceritanya menarik
Puji Lestari
lanjut.... ceritanya bagus...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!