Ayla tumbuh sebagai gadis yang terasingkan di rumahnya sendiri. Sejak kecil, kasih sayang kedua orang tuanya lebih banyak tercurah pada sang kakak, Aluna gadis cantik yang selalu dipuja dan dimanjakan. Ayla hanya menjadi bayangan, tak pernah dianggap penting. Luka itu semakin dalam ketika ia harus merelakan cinta pertamanya, Arga, demi kebahagiaan sang kakak.
Tidak tahan dengan rasa sakit yang menjerat, Ayla memilih pergi dari rumah dan meninggalkan segalanya. Lima tahun kemudian, ia kembali ke ibu kota bukan sebagai gadis lemah yang dulu, melainkan sebagai wanita matang dan cerdas. Atas kepercayaan atasannya, Ayla dipercaya mengelola sebuah perusahaan besar.
Pertemuannya kembali dengan masa lalu keluarga yang pernah menyingkirkannya, kakak yang selalu menjadi pusat segalanya, dan lelaki yang dulu ia tinggalkan membuka kembali luka lama. Namun kali ini, Ayla datang bukan untuk menyerah. Ia datang untuk berdiri tegak, membuktikan bahwa dirinya pantas mendapatkan cinta dan kebahagiaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2. TANPA PENYESALAN.
Keesokan paginya, rumah keluarga Darma gempar. Surat yang di tinggalkan oleh alya di temukan oleh seorang pembantu rumah tangga yang hendak merapihkan kamar Alya. Surat itu segera di berikan kepada Nyonya rumah.
Di ruang makan, Papah Darma membaca surat tersebut dengan wajah tanpa ekspresi. Mamah duduk di sampingnya, kedua matanya menyempit dingin setelah selesai mendengar isi surat.
‘’ Dia pergi? ‘’ Suara Papah Darma datar, seolah mendengar kabar seorang tamu yang membatalkan janji temu makan malam.
‘’ Ya, dan menurut mamah, itu lebih baik, ‘’ Jawab Mamah Ratna cepat, sambil meminum kopinya tanpa rasa bersalah. ‘’ Sejak kecil anak itu memang keras kepala. Tidak tau berterimakasih. Segala yang kita beri selalu di anggap kurang. Pergi adalah pilihan terbaiknya. ‘’
Papah Darma mendengus pelan. ‘’ Benar. Untuk apa kita repot memikirkan dia lagi? Kita sudah sibuk memastikan masa depan Aluna. Jika Alya memilih jalan sendiri, biarkan saja. Itu urusannya. Jika dia sudah tak tahan hidup di luar pasti akan kembali dengan sendirinya. ‘’
Tidak ada kesedihan. Tidak ada rasa kehilangan. Justru yang ada hanyalah kelegaan seolah beban lama telah terangkat dari rumah itu.
Aluna turun dari tangga dengan gaun tidur sutra, wajahnya masih dihiasi senyum puas. Rambut hitam panjangnya tergerai, dan ia tampak terlihat berseri.
‘’ Ada apa, ma, pa? pagi-pagi sudah serius sekali, ‘’ Tanya Aluna dengan nada manja.
Ibunya melirik sekilas lalu menyodorkan surat Alya. ‘’ Adikmu memutuskan pergi dari rumah ini. Sepertinya dia sudah bosan hidup di rumah ini ‘’
Aluna membaca sepintas. Bibirnya terangkat membentuk senyum sinis yang tidak bisa ia sembunyikan. ‘’ Oh.. Jadi akhinya dia memutuskan untuk pergi dari rumah ini.. ‘’
‘’ Aluna! ‘’ Tegur Mamah dengan nada halus, tapi tidak benar-benar marah.
‘’ Apa, ma? Bukannya ini kabar baik? Sekarang tidak ada lagi yang mengganggu ketenangan rumah kita. Lagi pula, bukannya papah dan mamah lebih bahagia kalua hanya fokus kepadaku? ‘’ Kata Aluna ‘’ Dengan kepergiannya, aku tidak perlu melihat Arga mencuri-curi pandang lagi ‘’
Papah menatap putrinya sebentar, lalu mengangguk pelan. ‘’ Kamu memang benar. Alya terlalu banyak menuntut perhatian, sekarang kita bisa memberikan yang terbaik untuk kamu.’’
Aluna tersenyum kecil, kemudian berjalan kearah kursinya. Ia duduk dengan anggun, sambil menyesap jus jeruk yang baru di sajikan. Dalam hatinya, ia merasa menang.
Satu alasan terbesar yang membuat hatinya lega adalah arga. Selama ini, Aluna selalu di landa cemburu setiap kali menyadari tatapan arga kerap kepada Alya. Walaupun Arga mencoba menyembunyikan, Aluna tahu betul siapa sebenarnya yang laki-laki itu cintai.
Dan kini, Dengan kepergian Alya, tak ada lagi ancaman. Arga akan sepenuhnya menjadi miliknya.
‘’ Syukurlah mah, pa. Aku janji, kalian tidak akan pernah menyesal. Aku akan membuat nama kelurga kita semakin harum. Tidak seperti Alya yang selalu menjadi bayangan, ‘’ Ucapnya penuh keyakinan.
Mamah mengelus lembut rambut Aluna, matanya berbinar penuh kebanggan. ‘’ Itulah putri mamah. ‘’
‘’ Karena Alya sudah pergi, Aku ingin merayakannya dengan jalan-jalan bersama Arga. ‘’ Seru Aluna dengan senyum mengembang di bibirnya.
‘’ Pergilah, buatlah laki-laki itu bertekuk lutut di hadapanmu. Jangan lepaskan dia, karena dia adalah satu-satunya pewaris Dirgantara. ‘’ Ucap Papah dengan senyum bangga. Karena sebentar lagi akan memiliki menantu kaya raya.
Tanpa bantuan Dirgantara, mungkin saat ini perusahaan papah sudah gulung tikar. Bahkan ia tidak akan melihat senyum manis putrinya.
‘’ Siap, mah, pah. Aku akan buat Arga menjadi anjing peliharaanku ‘’