NovelToon NovelToon
AMEEZA

AMEEZA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ana Hasna Raihana

(#HIJRAHSERIES)
Keputusan Bahar untuk menyekolahkan Ameeza di SMA Antares, miliknya mengubah sang putri menjadi sosok yang dingin.

Hidup Ameeza terasa penuh masalah ketika ia berada di SMA Antares. Ia harus menghadapi fans gila sepupu dan saudaranya, cinta bertepuk sebelah tangan dengan Erga, hingga terlibat dengan Arian, senior yang membencinya.

Bagaimanakah Ameeza keluar dari semua masalah itu? Akankah Erga membalas perasaannya dan bagaimana Ameeza bisa menghadapi Arian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Hasna Raihana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Kerjasama dengan Arian

"Hah ... kenapa harus sekolah, sih," keluh Ameeza sembari mengembuskan napasnya penat.

Kejadian kemarin membuatnya jadi penat sendiri. Memikirkannya saja malas. Diam-diam Ameeza merasa menyesal juga bersikap terlalu frontal seperti kemarin. Terlalu menunjukkan sifat aslinya justru semakin memperburuk keadaan. Karena sikapnya itulah Erga semakin menjauhinya.  Pasti dia merasa tak nyaman.

Dari belakang Arian menempeleng kepala Ameeza sampai tertunduk sekejap. Ameeza yang mendapat perlakuan seperti tentu merasa kesal. Ia mendelik menatap Arian yang tampak santai berjalan beriringan dengannya.

"Santuy ajalah," kata Arian menatap Ameeza sekilas dengan senyuman.

Ameeza terang-terangan mendecih. "Santuy pala lo!" kesal Ameeza tanpa peduli bahwa Arian adalah kakak kelas sekaligus ketua eskul bulu tangkis kelas XI.

Tangan Ameeza tiba-tiba ditarik ke arah taman samping. Arian duduk lebih dulu di kursi yang terbuat dari semen.

"Duduklah woy! Mau berdiri aja lo?"

Ameeza terpaksa duduk di kursi semen yang agak jauh dari Arian. "Mau ngomong apa lagi?"

"Tumben lo peka."

"Yah, aneh aja lo yang pas awal sinis ke gue tiba-tiba jadi sksd gini," cibir Ameeza tanpa menatap Arian yang sekarang tengah memendam kesal.

Arian menatap jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 06.00 pagi. Ia menatap Ameeza lekat. Membuat Ameeza tak nyaman ditatap seperti itu. "Lo buat masalah lagi, yah kemarin."

Ameeza merotasikan bola matanya. "Jangan bahas."

Arian menjitak kepala Ameeza kesal. "Heh, justru itu yang mau gue bahas sekarang."

"Gak usah pake segala jitak pala gue. Bisa 'kan?" desis Ameeza menyorot Arian dengan pandangan sinis.

"Lo sendiri yang bilang. Katanya kita harus berusaha jadi temen dia 'kan? Karena dia butuh kita. Tapi, apa yang lo lakuin kemarin itu malah bikin suasananya makin buruk." Arian menyidekapkan tangannya. "Lo kalau ngomong tuh difilter dulu, bisa gak si?"

Ameeza berdecak. "Oke, gue emang salah. Gue belum bisa ngendaliin emosi gue." Ameeza menggebrak meja kayu yang ada di tengah-tengah. Membuat Arian dan beberapa orang yang melintas terkejut. "Tapi, gue gedek didiemin terus sama dia," ungkap Ameeza masih dengan perasaan kesal yang meluap-luap.

Arian mengambil buku bersampul tebal dari tasnya. Ia memukulkan buku itu ke kepala Ameeza. Membuat Ameeza mendelik. Namun, Arian terlihat santai saja ditatap seperti itu. Ia justru meletakkan buku itu di atas meja. Menunjuk dengan dagunya. "Tuh, gue udah siapin hal-hal yang perlu lo lakuin buat deketin Erga lagi," terang Arian. Ia tersenyum. "Baik 'kan gue."

Ameeza menarik buku itu, ia membukanya. Melihat beberapa deret kalimat yang tertulis di sana.

"Gimana? Paham gak? Kalau gak bakalan gue jelasin satu-satu."

Air muka Ameeza mendadak keruh. Arian yang sadar dengan itu pura-pura tak tahu. Cowok itu bahkan terang-terangan mengalihkan pandangan menatap lalu lalang anak-anak SMA Antares di koridor.

"Maksud poin ke tiga itu apa, sih?" sewot Ameeza. "Gue ... harus bersikap lembut ke Erga? What the—huft ... masa gue harus pake topeng lagi? Lagian sikap lemah lembut itu gak cocok buat gue. Pokoknya gue gak mau lakuin poin ke tiga itu," bantah Ameeza sembari mendorong buku bersampul tebal di atas meja sampai terjatuh di pangkuan Arian.

Arian menaruh kembali bukunya ke dalam tas. Menatap Ameeza penat. "Maksud sikap lemah lembut itu ... bukan berarti lo kudu bersikap lembut banget sampe nada bicaranya pelan gitu." Arian gemas ingin menjitak kepala Ameeza. Namun, melihat bagaimana sorot mata membunuh dari perempuan berambut cepol itu sukses membuatnya menciut sesaat.

"Terus?" tanya Ameeza setengah tak berminat.

"Maksud gue seenggaknya lo harus jaga sikap ke Erga. Lagian gue juga tahu kali lo itu tipe cewek kuat dan tomboy, iya gak?"

Ameeza hanya menyahut Arian dengan memutar bola mata malas dan mendengus pelan.

"Udah paham belum?"

"Jelasin lagi."

"Oke, jadi sebisa mungkin lo harus sabar ngadepin sikap Erga yang cuek banget. Terlebih lagi lo udah buat dia tambah sakit secara fisik dan mental." Arian menatap jam tangannya sekilas. Kemudian berdiri,  menatap Ameeza. "Gue gak minta lo buat ngubah sepenuhnya sikap bar-bar lo. Gue cuma minta lo tolong kendaliin emosi. Kalau pun mau marah jangan keseringan. Cukup sesekali."

"Mau kemana lo? Penjelasannya udah selesai?" Ameeza menatap Arian yang baru berjalan beberapa langkah.

"Balik ke kelas."

Ameeza mengusap wajahnya pelan. "Apa gue bisa?"

Masalahnya tuh makhluk kaku bikin gue kesel mulu.

Gimana gak kesel, tiap ngomong dikacangin terus.

...-oOo-...

Langkah kaki Erga berhenti di salah satu makam. Laki-laki itu berjongkok, meletakkan keranjang bunga di sampingnya. Tangannya terulur untuk membersihkan beberapa rumput yang tumbuh di atas makam tersebut.

Usai mencabuti rumput, Erga mulai berdoa. Setelahnya menaburkan bunga di atas makam. Erga tersenyum samar. "Ibu ... Erga gak baik-baik aja di sini," lirih Erga. Laki-laki itu memeluk nisan bertuliskan Lisa binti Abdul. Tak lama cairan bening lolos melewati pipinya. "Erga harus apa? Sakit banget, Bu ...."

Dari balik pohon kamboja, Ameeza semakin menundukkan topi hitamnya. Meski tak terlalu mendengar Erga berbicara apa, Ameeza seolah bisa merasakan sesak di dadanya. "Semoga lo cepet sembuh," gumam Ameeza. "Dan ... bahagia."

Terlalu lama berdiam diri di balik pohon kamboja, membuatnya tak sadar bahwa Erga sudah pergi sedari tadi. Ameeza keluar dari persembunyiannya. Celingukan mencari dimana keberadaan Erga. Tak lama Ameeza bergegas keluar dari area pemakaman umum. Mungkin saja Erga sudah pulang. Namun, langkah Ameeza terhenti bersamaan ketika matanya tak sengaja bersitatap dengan Erga yang tengah duduk di kursi kayu dekat pohon kamboja.

Ameeza hanya bisa segera mengalihkan pandangannya. Meski begitu, ia tidak mau langsung kabur saat sudah ketahuan. Walau belum tentu Erga berpikir Ameeza sedang menguntitnya.

Ameeza duduk di samping Erga dengan jarak yang cukup jauh. Entah kenapa suasananya jadi canggung. Ameeza melepaskan topinya secara cepat hingga ikat rambutnya terlepas dan rambutnya jadi terurai.

Tangan Ameeza urung untuk mengambil ikat rambutnya yang terjatuh tepat di belakang Erga. Laki-laki itu tanpa bicara langsung mengambilnya. Lantas meletakkan di tengah-tengah kursi.

Ameeza mengambil ikat rambut itu, lantas mengikat kembali rambutnya dan meletakkan topinya di pangkuan. Ia melirik Erga yang tampak tenang diam menatap lurus ke deretan makam. Pandangan Ameeza terhenti pada kedua telapak tangan Erga yang tampak kotor. Sepertinya karena tadi Erga mencabuti rumput.

Ameeza mengambil tisu basah dari saku celananya. Ia meletakkannya di tengah-tengah kursi. "Tangan lo kotor. Pake tisu basahnya."

Erga mengambil tisu basah itu dan mulai mengelap telapak tangannya yang kotor. Laki-laki itu tidak mempedulikan Ameeza yang sedari tadi berusaha sebisa mungkin untuk meredam emosinya.

"Gue mau ngom—"

Ucapan Ameeza terpotong gara-gara Erga yang sudah lebih dulu beranjak dari duduknya. Ameeza jadi ikutan beranjak. "Gue mau—"

Erga sudah lebih dulu melengos pergi tanpa mau tahu apa yang ingin Ameeza bicarakan.

"Sabar-sabar," ucap Ameeza berusaha menenangkan dirinya sendiri.

...-oOo-...

"Inget, lo harus hapalin tiga poin penting yang udah gue tulis."

Ameeza mendengus. "Iyah."

Arian menatap Ameeza yang sibuk memperhatikan pertandingan bulu tangkis tim A dan B yang sudah di bagi tadi. "Apa coba?"

Ameeza menahan diri untuk tidak kelepasan memukul laki-laki di sampingnya ini dengan botol air minumnya. "Berteman, jadi pendengar yang baik, dan jaga sikap."

Arian tersenyum. "Bagus."

"Kalau lo gimana?" tanya Ameeza.

"Gue sih gampang, Erga emang masih susah buat dideketin. Cuma, gue 'kan gak punya masalah sama dia kayak lo, jadi yah ... masih proses. Kadang dia bisa diajak ngomong kayak orang pada umumnya, kadang juga dia ngehindarin gue. Terlebih tiap kali gue bilang kalau dia butuh tempat cerita gue bisa bantu. Tapi, dia gak pernah nyaut."

"Tim C dan D buruan!" teriak Bella dari sebrang lapangan.

"Dah sono pergi!"

"Ini juga mau pergi," desis Ameeza kesal. Ameeza manatap Arian. "Kenapa lo gak ikut?"

"Suka-suka, dong."

"Dih."

Lima belas menit berlalu pertandingan bulu tangkis selesai. Semuanya dikumpulkan di tengah lapangan indoor. "Oke, karena ini pertandingan terakhir sebelum hari libur panjang. Gue cuma mau ngucapin terimakasih buat yang udah nyempetin hadir. Sekian dari gue."

Anak-anak lain mulai keluar satu persatu sedangkan Ameeza dan Erga harus terjebak di ruang indoor  bulu tangkis gara-gara Arian memerintahkan kepada Ameeza dan Erga untuk membereskan alat-alat. Padahal hari ini bukan bagian Ameeza beres-beres. Mengesalkan.

Ameeza membantu Erga memunguti beberapa kok yang  berceceran dan meletakkan raket ke tempatnya. Namun, sebelum keluar dari gudang penyimpanan alat-alat, Ameeza lebih dulu menahan tangan Erga. "Maafin gue," kata Ameeza dengan kepala tertunduk.

Erga melepaskan tangan Ameeza. "Dimaafkan."

"Kita bisa temenan 'kan?" tanya Ameeza risau.

Erga berhenti di depan pintu gudang. "Gak," sahut Erga terkesan lebih dingin dari biasanya.

"Setidaknya lo mau tetep konsul ke om gue."

"Kenapa gue harus ke sana lagi?"

...-oOo-...

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa, dengan like, vote dan commetnya☺️🫶

1
Senja
Ceritanya lumayan baguss, konfliknya lumayan banyak ya, gak cuma menyoroti tentang cinta aja. Tapi tentang keambisan belajar, konflik sama saudaranya, sampai ada bahas tentang mental health juga. Semangatt terus buat author yaaa🫶🫶
Ana HR: Makasih kakk🥹🫶
total 1 replies
Senja
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Senja
Semangattt selaluu nulisnyaa💗💗
Senja
Nexttt kak
Senja
Happy end dong kakk plis🥹
Senja
Lagian Arian iseng bgtt sih
Senja
Ameeza peka banget si
Senja
Arian kelamaan ngomong keburu ketauan guru kannn😩😩
Senja
Diluar nurul bgt tebakannya😭😭
Senja
Cie Arian 🤭
Senja
Bikin sakitt hati bangett kata-katanya🥲💔
Senja
Bener bangettt
Senja
Arian iseng banget😭
zennatyas
kecewa banget ya jadi Ameeza ngadepin Erga? wkwk
zennatyas
loh, Bu?
zennatyas
demi apa kalo liat cowok pingsan, Za?😭
zennatyas
Wahh, dari awal aja udah seruu nihh 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!