Berhenti menjadi seorang mata-mata ilegal karena suatu insiden. Akira Nakano memutuskan bekerja sebagai bodyguard pribadi Koji Rodriguez— pemilik perusahaan tambang emas terbesar dan tersukses se-Asia sekaligus seorang mafia. Namun siapa sangka bahwa perusahaan tersebut adalah tempat yang pernah dia bobol sebelumnya saat menjalankan misinya sebagai seorang mata-mata ilegal.
Keadaan menjadi terguncang saat Koji menawarkan lamaran pernikahan kepada Akira selaku status mereka antara seorang bos dan bodyguard nya.
Dan apa jadinya jika sebuah rahasia berhasil mengejutkan mereka berdua disaat semuanya sudah terjadi!!!
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AITOFU — BAB 23
KEKEJAMAN
Akira baru saja masuk dan langsung berdiri tegap menatap lurus. Sementara di meja kerja, Tomi dan Koji menatap balik wanita yang saat ini hanya bisa diam seusai memberi hormat.
“Kemari lah.” Pinta Koji seketika membuat Akira beralih menatapnya penuh tanya. Sudahlah dia dibuat jantungan tadi pagi, kini di hadapan Tomi apalagi yang pria pirang itu mau?
“Oi!” suara Tomi langsung menyadarkan kembali pikiran wanita itu sehingga Akira meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Dia berjalan mendekati meja Koji, sedangkan Tomi sedikit bergeser menjauh.
“Lihat ini, jelaskan dengan jelas.” Ucap Koji sekali lagi membuat Akira penasaran sendiri.
Tepat berdiri disampingnya yang kini masih duduk. Akira sedikit membungkuk dan melihat cuplikan CCTV tersembunyi, berbeda dengan Koji yang malah memperhatikannya dengan kerutan tegas di kedua alisnya namun juga teringat akan punggung mulusnya.
“Haisss, CK!” pria itu berpaling menyadarkan kembali pikiran kotornya. “Kau bisa jelaskan sekarang? Kenapa kau menyerang anak buahku?”
Deg! Sungguh, Akira merasa bodoh dan teledor karena membuat kesalahan besar sangat besar.
Ya! CCTV menunjukkan bahwa dia malah melawan orang-orang Koji, bukannya para musuh yang menyusup masuk ke perusahaan waktu itu. Bahkan itu terlihat jelas Akira menyerang mereka dengan lincah.
Akira yang sudah berdegup kencang hingga bingung harus menjelaskannya bagaimana? Wanita itu melangkah mundur, tatapan mata dari Koji dan Tomi membuatnya seperti terpojok. Sungguh! Dia tidak tahu dan tidak sengaja.
“Maaf Tuan Koji. Aku benar-benar tidak tahu, pakaian mereka warnanya sama, jadi... Aku kurang teliti memperhatikannya. Tolong maafkan aku.” Jelas Akira membungkuk kecil sebagai tanda minta maaf.
Penjelasan yang cukup masuk akal. Tomi menoleh ke bosnya yang masih memperhatikan detail bodyguard itu. Memang benar, pakaian anak buah Koji dan musuh yang menyusup memiliki warna sama, yaitu hitam— keduanya sama-sama memakai kaos hitam dan celana hitam, jadi tak salah jika alasan Akira seperti itu.
“Setidaknya kau bisa melihatnya lebih dulu, mana yang musuh dan bukan.” Jelas pria itu masih dengan tatapan tegasnya.
Akira hanya diam dan merasa malu karena sudah melakukan kesalahan. Koji yang melihatnya entah kenapa dia tak enak sendiri bila harus memarahi seorang wanita apalagi wanita yang berpawakan tegas dan lincah dalam pekerjaan nya.
“Kau boleh pergi.” Pintanya hingga Akira mengangguk kecil seraya memberi hormat lalu pamit pergi.
Melihat kepergian Akira, Tomi menoleh ke bosnya. “Alasan yang cukup masuk akal. Tapi....” Koji menoleh sembari mengernyit heran.
“Seharusnya seseorang bisa melihat lencana di kaos mereka.” Lanjut Tomi kembali santai dan enggan memikirkan terlalu keras.
Koji terdiam beberapa saat. Dia juga memikirkan hal yang sama, tapi perasaannya berkata lain mengenai Akira Nakano. Tak berselang lama, pria itu pamit pergi sehingga di ruangan besar nan bersih hanya ada seorang Koji di sana.
...***...
Sungguh, menjadi seorang bodyguard lebih melelahkan daripada menjadi seorang mata-mata ilegal. Sebelum pulang, Koji mengajaknya pergi ke club, ada seorang klien yang ingin bertemu.
Dan iya, pria itu juga dua hari ini sering sekali duduk di kursi depan meski setir kemudi masih Akira yang memegang. Namun, ketika mobil sudah berhenti diparkiran, melihat tempat malam selalu mengingatkan wanita itu akan sangat adik tercintanya.
“Aku akan masuk, kau bisa bersenang-senang sebentar di dalam, jika kau mau.” Ujar pria itu sama sekali tak melarangnya untuk bersenang-senang di club' selagi dia sibuk dengan para kliennya di ruang VIP.
“Saya akan menunggu di sini.” Jawab Akira yang pastinya akan menolak karena dia tak ingin mengingat Izumi yang terbunuh dengan tragisnya. Akira tak ingin menumbuhkan beni dendamnya meski dia sebenarnya ingin.
...***...
Jrekk! Jrekk!! Jrekkk!!! Suara yang terus menerus terdengar mengerikan, siapapun yang melihatnya langsung akan muntah? Why? Karena seorang pria saat ini tengah sibuk membacok sebuah tubuh dari seseorang yang akan dia ambil organnya.
“Lakukan dengan benar, aku tidak ingin barang yang aku jual, rusak.” Pinta seorang pria yang sibuk merokok sembari duduk di sofa singel nya.
Seorang wanita berambut panjang juga ada di sebelahnya dan menahan rasa mual di perutnya. Menyadari akan keberadaan asisten barunya, Shi menoleh sambil menyeringai licik.
“Kau tidak terbiasa dengan semua ini?” tanya pria berhati dingin yang hampir sama seperti Koji.
Ino menoleh sembari menggeleng dan mencoba tenang. Dia tahu bekerja bersama seorang gangster sangatlah tak mudah. Dan para kriminal juga tahu siapa seorang Shi itu.
“Pergilah, aku tidak ingin mood ku terganggu.” Pintanya memberikan izin pergi kepada wanita itu. Tentu saja Ino memilih pergi atau dia akan muntah di tempat.
Dan benar saja, saat ia sudah berhasil keluar dari markas Shi, ia langsung muntah di semak-semak. “Haahhh— itu sangat menjijikkan. Tapi aku harus bisa menahannya.” Gumam wanita itu mengelap sudut bibirnya hingga melangkah pergi dari sana.
Sementara di club', Koji menghadapi para bajingan bermuka dua yang sejak tadi memancing kesabarannya. Dua pria dengan masing-masing asistennya, namun Koji memilih sendirian karena dia sama sekali tidak takut walau bahaya ada di depan mata.
”Anda harus menyetujuinya Tuan Koji, jika tidak maka kesepakatan kita adalah saling menyerang.... Aku tidak ingin melukai bisnismu, hahaha—” lantang seorang pria dengan kumis tipis yang kini meneguk minumannya. panggil saja Hisashi, si konglomerat dengan mulut busuknya.
Koji hanya menatapnya dengan seringaian santai. Sementara pria berbadan gemuk yang memilih diam karena waspada akan tatapan Koji saat ini, seakan dia tahu bagaimana kemarahan pria pirang itu.
“Kau sudah berkeluarga?” tanya Koji sembari menuangkan minumannya sendiri.
Hisashi menyeringai licik sambil menoleh ke arah pria berbadan gemuk yang masih memilih diam dengan senyumannya.
“Aku tidak suka menyebutnya keluarga, aku lebih suka menyebutnya— ” Pyarr! Lemparan mendadak yang Koji lakukan tepat mengenai kepala asisten Hisashi.
Kepala pria itu berdarah hendak mengeluarkan pistolnya, Koji langsung menendang meja yang menjadi pembatas mereka, dengan satu kaki meja tersebut berhasil terjungkir menindihi Hisashi dan Koji langsung berdiri di atasnya dan menggores leher asisten Hisashi dengan asbak yang berhasil dia pecahkan.
Kericuhan di ruang VIP sama sekali tak terdengar karena kedap suara.
Asisten pria bertubuh gemuk yang hendak menolong langsung dilarang oleh bosnya sendiri. “Sebaiknya kita diam.” Ucap pria bernama Daiki yang juga klien Koji. Dia lebih memilih aman daripada bahaya.
Setelah membunuh asistennya, kini Koji membanting keras kepala Hisashi di atas meja yang sudah kembali seperti semula.
“Aakkhhh— ” pekik kesakitan Hisashi saat kepalannya ditekan kuat oleh tangan Koji.
“Ssss— Say it one more time?” ucap pria dengan tangan bersimbah darah itu menatap dingin ke Hisashi tanpa kasihan. Koji sangat berbeda dari apa yang para karyawan nya gosipkan karena mereka tidak tahu dunia malam dari seorang Koji Rodriguez.