Ardian Herlambang duda tampan yang tak memiliki keinginan untuk menikah lagi setelah sang istri meninggal harus berurusan dengan gadis yang selama ini selalu dihindarinya.
Kinanti Maheswari, dokter cantik yang selama ini selalu menatap satu pria di dalam hidupnya. Rasa cintanya yang besar membuatnya tak bisa berpaling dari Ardi, walaupun berkali-kali lelaki itu mematahkan hatinya.
Hingga akhirnya sebuah kesalahpahaman membuat Ardi terang-terangan membenci Kinanti dan mengucapkan kata-kata yang sangat menyakiti hati gadis itu. Hingga akhirnya Kinan memutuskan untuk benar-benar pergi.
"Jangan pernah menghubungiku hanya karena merasa bersalah, semua yang kamu ucapkan benar. Aku bukan siapa-siapa, hanya parasit yang menumpang hidup di tengah-tengah keluarga kalian." ucap Kinan pada Ardi sebelum berlalu menuju calon suami yang sudah menunggunya.
Akankah Ardi menyadari perasaannya setelah kehilangan Kinanti? Bagaimana kehidupan Kinanti bersama lelaki yang tak pernah bisa dicintainya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba Bersamanya
"Kenapa tiba-tiba begini, Kinan? Kamu pasti ada masalah, ya kan?"
"Nggak ada, Leni. Aku baik-baik aja. Cuma sekarang aku lagi bosan, pengen healing dulu sebentar. Bayangin aja kerja keras bagai kuda selama dua tahun. Jadi wajarlah pengen rehat sejenak." kata Kinan.
"Bohong. Aku kenal kamu, Kinan. Walaupun kita baru berteman dua tahun ini, tapi aku udah tau kamu seperti apa." tukas Leni.
"Ck, kamu ini dikasih tau nggak percaya banget sih. Aku beneran lagi pengen liburan, Len." kata Kinan.
"Ya, terserah kamulah. Yang penting pas balik ke sini kamu balik lagi jadi Kinan yang aku kenal." ucap Leni akhirnya menyerah untuk mencari tau apa yang dialami oleh Kinan.
Setelah kedatangan orang tuanya kemarin, Kina terlihat berbeda. Kinan lebih banyak melamun dan lebih suka menyendiri.
Leni sempat khawatir ini karena Winny, wanita yang menjadi pasien dokter Fendi teman satu bagian dengannya.
Namun, setelah melihat Kinan dan Winny yang justru terlihat berhubungan baik setelah wanita yang katanya pacar Ardi itu siuman, Leni pun yakin jika Kinan tak memiliki masalah dengan Winny.
Sedangkan Ardi, sudah dua hari ini Kinan tak menyebut nama lelaki itu. Bahkan Kinan cenderung menghindari topik pembicaraan tentang Ardi saat mereka mengunjungi Winny di bangsalnya.
Leni menatap ke arah Kinan yang sedang fokus melihat ke arah catatan medis yang diberikan Nadia tadi.
"Kamu udah pesan tiketnya?" tanya Leni
"Udah, lusa aku berangkat. Setelah surat cutinya turun besok." jawab Kinan.
"Kamu aneh, tapi aku nggak akan maksa kamu buat cerita. Tapi pastikan kamu nggak terluka karena aku nggak suka lihat kamu sedih." kata Leni.
"Hmm... Kamu tenang aja, Len. Aku justru menantikan liburan kali ini." kata Kinan dengan mantap.
Leni hanya mengangguk lalu berpamitan kembali ke ruangannya.
Sore ini mama Putri dan papa Permadi akan kembali ke kota asal mereka. Seperti dugaan Kinan, baik mama ataupun papanya tak akan mungkin mau menceritakan tentang kebenaran dirinya. Padahal Kinan sudah memancing kedua orang tua itu untuk mengatakan yang sejujurnya.
Kinan mengingat pembicaraan mereka tadi malam, yang tak memberikan Kinan petunjuk apapun.
Flashback tadi malam.
"Kinan, apa tidak ada lelaki yang mau kamu kenalin sebagai pacar?" tanya papa Permadi.
"Belum ada, pa. Kalau udah ada aku pasti bakal kenalin ke papa sama mama." jawab Kinan jujur.
"Tapi kamu harus memikirkan tentang kehidupan kamu kelak, Kinan. Papa berharap kamu mendapatkan suami yang baik dan setia. Kamu putri kesayangan papa dan apapun akan papa lakukan demi kebahagiaan kamu." kata papa Permadi.
Kinan yang sedari tadi menghindari tatapan papanya akhirnya menatap laki-laki yang selama ini selalu melindunginya.
"Pa..." kata Kinan lirih.
"Kamu sudah sebesar ini, rasanya baru kemarin papa menggendong dan mengadzani kamu saat kamu baru dilahirkan." kata papa Permadi sambil tersenyum sendu.
"Udah dong, pa. Kita makan dulu ya. Selesai makan baru kita ngobrol lagi." kata mama Putri sambil mengelus lengan suaminya.
Untung saja mama Putri segera memutus pembicaraan mereka, jika tidak mungkin Kinan akan menangis di restoran itu.
Mereka pun melanjutkan menyantap makan malam. Setelahnya Putri dan Permadi mengajak putrinya untuk ke kamar yang disediakan oleh pihak panitia seminar.
"Pa, beberapa minggu yang lalu aku kedatangan pasien yang sakit parah. Kasian banget pa, anak kecil yang sakit usus buntu akut dan harus dioperasi. Tapi karena tak memiliki biaya, anak itu hanya bisa dirawat di rumahnya saja." kata Kinan.
Permadi dan Putri menoleh ke arah Kinan yang tersenyum.
"Kamu bantuin anak itu?" tanya mama Putri.
Kinan mengangguk dengan semangat. Dia bangga bisa melakukan hal-hal yang bisa meringankan beban orang lain.
"Putri papa sudah dewasa rupanya. Kamu sudah bisa melakukan hal baik." kata Permadi dengan bangga.
"Aku hanya membayangkan jika aku yang berada diposisi mereka, tak memiliki tempat untuk berpegangan. Jika saja aku bukan putri papa aku pasti juga tak akan hidup sebaik ini." kata Kinan dengan hati yang terasa diiris sembilu.
Terlihat ekspresi kaget di wajah kedua orang paruh baya itu. Mereka saling berpandangan, namun dengan segera papa menguasai ekspresi wajahnya itu.
Suara tawa terdengar dari laki-laki yang usianya lebih dari setengah abad itu.
"Kamu, anak papa juga mama. Makanya kamu bisa melakukan hal-hal hebat. Kalau bukan anak papa mana mungkin kamu bisa jadi dokter hebat di usia muda." kata Permadi
"Papa pernah bilang kan, pintarnya kamu itu nurun dari papa." kata Permadi dengan gaya sombongnya dan membuat istrinya mencebik kesal.
"Jadi cuma nurun dari papa aja nih. Mama nggak dianggap." kata Mama Putri dengan cemberut.
"Ya enggaklah, mama adalah mamaku. Sampai kapanpun, mama paling the best." kata Kinan lalu memeluk sang mama yang membesarkannya.
"Tapi..." kata mama Putri
"Setelah eyang Indah." kata Kinan lagi dan mereka pun tertawa.
Mama Putri memang tak bisa menggantikan peran eyang Indah yang merawat Kinan saat kecil. Dulu dia selalu menganggap jika mama Putri tak bisa merawat putri sambungnya karena cemburu pada wanita yang melahirkannya.
Tapi ternyata, mama Putri justru wanita yang paling disakiti oleh orang yang katanya adalah orang tua kandungnya.
"Dan soal mas Bian, aku sudah memutuskan kalau aku akan mencoba untuk bersamanya." kata Kinan
Mata mama Putri seketika membulat saking tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Mas Bian laki-laki baik mungkin seiring waktu kami bisa cocok dan menjadi pasangan bahagia yang seperti mama dan papa." kata Kinan
"Lalu bagaimana dengan Ardi? Kamu udah melupakan dia?" tanya papa Permadi.
Sang papa tak begitu yakin dengan keputusan putrinya walaupun dia berharap jika sang putri bisa melanjutkan hidup dengan lelaki yang mencintainya.
Permadi sudah melihat Kinan yang merasakan sakit dan patah hati yang cukup parah saat Ardi menolaknya dan menikah dengan Andini.
Kinan tak pernah tau, jika Permadi pernah menghajar Ardi karena merasa mempermainkan perasaan Kinan saat gadis itu masih duduk di kelas sepuluh.
Dimana Kinan yang mengurung diri dan tak mau makan karena patah hati saat ditolak oleh Ardi untuk kesekian kalinya. Padahal Kinan sudah berusaha menjadi perempuan yang katanya diinginkan oleh Ardi, cerdas dan mandiri.
Dan sejak saat itu Ardi berjanji akan menjaga jarak dengan Kinan, karena Ardi yakin jika yang dirasakan Kinan hanya sebatas kekagumannya pada Ardi yang lama kelamaan akan memudar.
"Om Ardi dan Eyang Indah orang yang paling dekat denganku saat kecil. Dan itu mungkin yang membuatku berpikir Om Ardi harus jadi milikku. Tapi setelah aku menyadari itu bukan cinta pa, cuma sekedar obsesi saja." ucap Kinan berusaha menyakinkan papa mamanya walaupun sebenarnya itu adalah kebohongan.
"Om?? Sejak kapan kamu manggil Ardi dengan panggilan om?" tanya mama Putri heran.
"Sudah lama kepengen panggil seperti itu, ma. Setelah om Ardi memperkenalkan mbak Winny. Cuma mulutku ini kadang suka kepleset." kata Kinan lalu terkekeh.
"Lusa rencananya aku mau menyusul mas Bian, pa. Mau ngomong serius sama dia. Kalau tungguin dia balik ke sini nggak tau kapan baru bisa pulang. Soalnya proyek nya di sana nggak bisa ditinggal dulu. Sekalian liburan dan pulang kampung." kata Kinan.
"Kenapa nggak bareng mama papa aja, sayang." kata mama Putri.
"Nggak bisa, ma. Kinan harus beresin kerjaan Kinan dan menyerahkan pasien Kinan ke dokter lain dulu. Kasian mereka kalau Kinan main tinggal aja." kata Kinan
"Hmm, ya udah kalau begitu. Mama sama papa tunggu kepulangan kamu." kata mama Putri sambil tersenyum.
Walaupun mereka merasa aneh dengan sikap Kinan yang tak semanja biasanya jika bertemu papanya. Namun, mereka menepis perasaan aneh itu. Mungkin saja Kinan sedang lelah karena banyaknya pasien yang harus ditanganinya.
gmna ini kak kelanjutannyaa...
kangen ini ..
❤❤❤❤❤❤❤
good job kinan..
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤
kalo pun misalnya pada akhirnya Kinan ga jadi sama mas bian,, itu karna mas bian akan bertemu jodoh yg lebih baik dari pada Kinan.
Itu harapan ku sih kak,, jangan marah yaaa🙏🏻