Dini, terpaksa menikah dengan Haidar. Pria yang tak ia kenal dan di temuinya di rumah sakit karena membutuhkan biaya oprasi ibunya.
Haidar, seorang tuan muda dari keluarga Sanjaya harus mencari pengantin pengganti saat mempelai wanita mengalami kecelakaan.
Akankah Haidar bisa menerima Dini sebagai istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menginginkan Cucu
"Haidar, apa benar kamu sudah bercerai dengan Dini?" tanya Munir sang ayah yang baru mengetahui semua itu saat Adam asistennya memberitahunya, Adam sendiri baru mengetahui hal itu setelah ia mendapat kabar jika hari itu Haidar sudah resmi bercerai dengan istrinya.
"Iya, Ayah. Hari ini aku bercerai dengan Dini, aku rasa lebih cepat kami berpisah akan lebih baik, maka lebih cepat ia terbebas dari pernikahan ini," ucap Haidar yang masih menganggap pernikahan ini hanya sebuah kurungan untuk Dini, di mana selama mereka menikah beberapa bulan ini Dini terus berada di rumah begitupun dengan ibunya.
"Ayah tahu semua ini adalah sebuah pernikahan yang berdasarkan kesepakatan antara kita dengan Dini, tapi apa tak ada sedikitpun niatmu untuk bersama dengan Dini dan kalian bisa mendapatkan keturunan dari pernikahan ini?"
"Ayah sudah tahu kan jika aku mencintai Joana?"
"Haidar sadarlah, Joana sudah meninggal dan tak akan kembali lagi."
"Ayah salah! Aku sudah kembali menemukan Joana, dia tak meninggal ada sesuatu yang terjadi padanya hari itu sehingga ia tak datang ke pernikahan hari kami."
"Apa? Joana masih hidup?" ucap ayah Haidar terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh putranya, sedangkan yang ia tahu hari itu terdengar jelas jika pernikahan mereka hampir saja batal karena Joana mengalami kecelakaan dan meninggal hari itu juga.
"Iya Ayah, Joana masih hidup. Joana saat ini ada di apartemenku, sudah beberapa bulan ini aku menemukannya."
"Apakah itu alasanmu menceraikan Dini secepat ini? Bukankah kita sudah sepakat jika kamu dan Dini akan bercerai setelah setahun usia pernikahan kalian?"
"Iya, Ayah. hal itu juga salah satu penyebabnya aku ingin segera menikahi Joana setelah urusan perceraian dengan Dini selesai, sekarang Dini sudah tinggal di apartemen yang sudah aku berikan padanya, aku dengar ia juga ingin memulai usaha baru. Aku rasa itu sepadan dengan apa yang selama ini dialaminya selama menjadi istriku."
"Baiklah, ayah tak ingin ikut campur urusan pernikahanmu dengan Dini, tapi ayah ingin kamu dengan cepat memberikan cucu untuk ayah, jika bisa cucu laki-laki, kamu tahu sendiri kan kondisi kakekmu saat ini semakin memburuk jika sampai terjadi sesuatu pada kakekmu dan kamu belum disahkan sebagai pemilik dari perusahaan sudah dipastikan perusahaan akan jatuh kepada putri pamanmu. Jika kamu ingin memperkuat posisimu di perusahaan kamu harus segera memiliki keturunan. Walau kau memiliki anak perempuan posisimu tetap masih kuat dibanding posisi pamanmu, karena kemampuan."
"Akan ku usahakan Ayah, saat ini Joana tak mengingat masa lalunya dan ia tak mau menikah sampai ia mengingat masa lalu kami. Aku sudah mencoba beberapa cara untuk mengingatkannya, membantu mengingat semua masa lalunya. Namun, hasilnya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda jika dia mengingat sedikitpun kenangan tentangku," ucap Haidar memijat kepalanya.
"Haidar, bukannya ayah ingin memintamu memaksakan kehendakmu pada Joana, cobalah untuk menikahinya secepatnya."
"Beri aku waktu 2 bulan lagi Ayah, dalam 2 bulan aku akan mengusahakan semuanya, walau Joana tak mengingat masa lalunya aku akan tetap menikahinya. Jika memang dalam 2 bulan Joana tetap bersikeras tak mau menikah denganku dengan alasan tak mengingat masa lalu kami, aku akan mencari wanita lain dan aku akan menikah dengannya, segera memberi ayah cucu laki-laki untuk ayah," ucap Haidar yang sangat tahu jika ayahnya sangat menginginkan kedudukannya saat ini, ia tahu pasti jika sampai kedudukan itu jatuh ke tangan pamannya sudah dipastikan mereka tak akan mendapatkan apa-apa, ia tahu betul betapa serakahnya mereka berdua.
"Baguslah, jika kamu mengerti apa yang ayah maksud."
Di saat mereka tengah membicarakan mengenai menginginkan cucu dengan cepat, mendapat keturunan laki-laki, di sebuah panti asuhan Dini baru saja sadar dari pingsannya.
"Kamu kenapa, Nak?" tanya ibu begitu melihat Dini membuka mata setelah sejak tadi mereka telah berusaha membangunkan Dini dengan menciumkannya beberapa wewangian agar Dini tersadar.
Dini memijat kepalanya yang terasa pusing. "Nggak papa, Bu. Mungkin aku hanya kelelahan," ucapnya membuat ibunya pun mengangguk dan berpikir jika Dini mungkin saja tertekang karena pernikahannya dengan Haidar yang harus berakhir hari ini.
Rekomendasi