Memiliki saudara kembar nyatanya membuat Kinara tetap mendapat perlakuan berbeda. Kedua orang tuanya hanya memprioritaskan Kinanti, sang kakak saja. Menuruti semua keinginan Kinanti. Berbeda dengan dirinya yang harus menuruti keinginan kedua orang tuanya. Termasuk menikah dengan seorang pria kaya raya.
Kinara sangat membenci semua yang terjadi. Namun, rasa bakti terhadap kedua orang tuanya membuat Kinara tidak mampu membenci mereka.
Setelah pernikahan paksa itu terjadi. Hidup Kinara berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 05
"Danu ... kenapa kamu melamun? Kamu masih kepikiran Ara?" tanya Arman yang juga sahabat baik Danu.
"Dia sedang apa, ya, Man. Aku tidak punya nomornya yang baru. Bahkan, aku tidak tahu rumahnya yang baru di mana," tanya Danu lirih.
Satu Minggu sudah ia kehilangan kabar tentang Kinara setelah pernikahan gadis itu. Danu benar-benar kehilangan semangat hidupnya. Ia seperti tidak memiliki arah. Selama ini hanya Kinara yang menjadi penyemangat, tapi sekarang gadis itu hilang kabar entah ke mana.
"Kamu coba hubungin Kinan, dia pasti tahu di mana Ara sekarang tinggal," cetus Arman.
"Aku tidak yakin, bahkan kemarin Ara menikah saja, aku tidak melihat Kinan sekilas pun." Danu berbicara lemah. Sama sekali tidak memiliki tenaga.
"Danu, seandainya waktu melamar Ara, kamu katakan yang sebenarnya kepada orang tua Ara, mungkin mereka akan mempertimbangkan lagi, Nu. Mereka hanya taunya kamu ...."
"Tidak, Man. Sampai kapanpun aku akan tetap menjadi Danu yang sekarang. Bukan Danu yang dua puluh tahun lalu. Aku hanya ingin memastikan kalau Ara bahagia. Jika pria itu sudah bisa membuat Ara bahagia, maka aku akan pergi dari kehidupannya. Tapi jika lelaki itu justru menyakiti Ara, maka aku tidak akan segan-segan membunuhnya!"
"Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik, Nu. Aku akan berusaha membantumu sebisaku."
"Makasih banyak, Man."
***
Waktu berlalu, nyatanya kehidupan Kinara tidak berubah jauh. Tugasnya hanya di rumah menunggu Rico pulang dari kantor. Setelah pulang, ia melayani pria itu. Menemani makan malam lalu mereka akan berdiam diri di kamar masing-masing. Seperti itulah kegiatan mereka. Hingga lama kelamaan Kinara mulai terbiasa dan menikmati kehidupannya yang sekarang.
Entah mengapa, ia merindukan orang tuanya. Rasanya ingin sekali datang berkunjung ke rumah mereka. Kinara pun bertekad nanti sepulang Rico dari kantor, ia akan meminta izin kepada lelaki itu. Semoga saja Rico mengizinkan.
Waktu sudah menunjuk pukul sepuluh malam, tetapi Rico belum juga pulang. Gadis itu menunggu dengan cemas. Tidak biasanya, Rico pulang selarut itu. Ia pun beberapa kali mengintip ke luar jendela. Namun, mobil Rico sama sekali tidak terlihat. Hingga akhirnya, Kinara ketiduran di sofa.
"Tuan ... Nyonya sejak tadi menunggu Tuan sampai ketiduran di sofa," ujar Mbok Nah.
"Ketiduran di sofa mana, Mbok?" tanya Rico sambil melepaskan jas yang dikenakan.
Mbok Nah pun mengajak Rico menuju ke ruang tamu dan di sana tampaklah Kinara yang sedang tertidur sambil memeluk sebuah boneka. Mbok Nah hendak membangunkan, tetapi Rico melarang. Justru menyuruh Mbok Nah untuk pergi.
Langkah Rico begitu perlahan mendekati Kinara. Tidak ingin membuat wanita tersebut bangun. Setelah dekat, Rico bisa melihat wajah cantik Kinara dari dekat. Gadis itu tidak pernah memakai make-up, wajahnya begitu cantik natural. Sebelum mengagumi semakin jauh, Rico langsung memalingkan wajah.
Dengan pelan, Rico menyingkap kaos yang dikenakan Kirana. Di perut sebelah kiri gadis tersebut, tampak terlihat jelas bekas jahitan. Rico menatapnya dalam, tanpa terasa hatinya merasa sedih dan sakit. Rico menyentuhnya perlahan. Namun, hal itu justru membuat Kinara terbangun karena kaget.
"A-Anda sudah pulang?" Kinara nampak gugup. Begitu juga dengan Rico yang langsung bangkit berdiri.
"Lain kali, kalau sampai jam delapan aku belum pulang, lebih baik kamu tidak perlu menunggu. Tidurlah di kamarmu," kata Rico. Ia berbalik hendak pergi, tetapi Kinara memanggil.
"Bolehkah saya bermain ke rumah orang tua saya besok? Saya kangen sama mama dan papa." Kinara berbicara lirih. Ia takut jika Rico akan marah kepadanya.
"Ya. Tapi aku tidak bisa mengantarmu. Besok kamu pergi dengan Pak Yanto saja. Jangan menginap."
Mendengar itu, seketika wajah Kinara berbinara bahagia. Ia pun tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Rico meski lelaki itu bersikap cuek bahkan meninggalkan Kinara begitu saja.
***
Keesokan paginya, setelah Rico berangkat ke kantor, Kinara langsung bersiap-siap. Rasanya sungguh tidak sabar ingin segera bertemu dengan orang tuanya. Sudah sangat merindukan mereka. Walaupun tidak diperbolehkan menginap, setidaknya ia masih bisa memeluk kedua orang tuanya.
Kinara yang sudah rapi, segera masuk mobil yang dikendarai oleh Pak Yanto. Tak lupa ia mampir ke beberapa toko untuk membawa bingkisan. Tidak mungkin ia datang ke rumah orang tuanya tanpa membawa apa pun. Walaupun belum pernah mendapat uang sepeser pun dari Rico, gadis itu tidak protes. Ia membeli semuanya memakai uang tabungan sendiri.
Soal nafkah, Kinara memang tidak menuntut. Memang apa yang mau diharapkan dari pernikahan karena perjodohan. Apalagi semua yang dibutuhkan dari makanan, pakaian, dll sudah disiapkan oleh Rico dan pelayannya. Jika menuntut soal nafkah, Kinara merasa terlalu serakah.
Mobil itu berhenti di halaman rumah. Dengan langkah cepat ia segera turun dari mobil. Tak lupa menyuruh Pak Yanto untuk ikut turun. Lelaki paruh baya itu pun mengiyakan sambil membantu Kinara membawa beberapa bingkisan.
Ketika sampai di depan pintu utama, Kinara samar-samar mendengar suara yang tidak asing. Seperti suara Kinanti, kakaknya. Ia pun melangkah cepat karena ingin memastikan.
"Jangan sampai Ara tahu kalau aku pulang, Ma."
Ucapan itu seketika menghentikan langkah Kinara. Gadis itu berdiri di balik tembok. Meminta Pak Yanto untuk diam.
"Tidak, Sayang. Adikmu tidak akan tahu. Lagipula dia tidak mungkin datang ke sini karena suaminya tidak mengizinkan."
"Mama yakin? Apakah suami Ara orang baik?" Suara Kinan terdengar cemas.
"Sepertinya, mama juga berharap suami Ara bisa memperlakukan Ara dengan baik. Kalaupun tidak baik, setidaknya Ara bisa bertahan sampai kamu lulus kuliah sehingga biaya kuliahmu tidak terputus."
Kinara merem*s paperbag yang dipegangnya. Tanpa terasa matanya berkaca-kaca mendengar ucapan sang mama dan kakak yang begitu menyakitkan. Ternyata memang benar apa yang dikatakan oleh Rico bahwa dirinya memang 'dijual' untuk biaya kuliah sang kakak. Sungguh miris sekali bukan.
"Nyonya ...." Pak Yanto memanggil lirih. Kinara memberi kode agar pria paruh baya itu diam.
Kinara mengusap air mata yang hampir membasahi wajahnya. Lalu berusaha tersenyum simpul seolah tidak terjadi apa-apa, setelahnya dia pun berjalan masuk.
"Kak Kinan? Kakak pulang?" sapa Kinara penuh semangat. Gadis itu meletakkan paperbag di sofa lalu memeluk sang kakak dengan sangat erat.
"Ara ... kamu datang? Aku kangen sekali sama kamu."
"Iya, Kak. Aku juga sangat kangen sama kakak. Pantas saja aku ingin ke sini terus, ternyata kakak pulang tanpa mengabariku." Kinara berbicara setengah merengek seperti anak kecil.
"Maaf, kakak sengaja pulang tidak bilang karena ingin memberi kejutan untukmu. Ngomong-ngomong, di mana suami kamu?" tanya Kinanti. Melepaskan pelukan itu dan menatap Pak Yanto dengan seksama.
Apakah dia suami Ara? Kenapa tua sekali. Bahkan, tidak terlihat seperti orang kaya.
jangan² nanti minta anak kakaknya diurus oleh ara kalau iya otw bakar rumahnya
kinara masih bisa sabar dan berbaik hati jangan kalian ngelunjak dan memanfaatkan kebaikan kinara jika gk bertaubat takut nya bom waktu kinara meledak dan itu akan hancurkan kalian berkeping" 😏😂