Bisakah aku memilih antara Pertarungan atau pelarian?ataukah jalan takdirku sudah harus memilih pelarian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jmath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 24 DARKSIDE
Setelah suasana makin sepi, bukti bahwa pertandingan malam ini telah selesai. Kuputuskan untuk menemukan Anya. Ada banyak pertanyaan dikepalaku yang harus kukatakan padanya.
AKu melihat sekeliling dan menemukan nya akan melakukan motor nya ke jalan. Aku berpamitan kepada mereka, dan beralasan akan pulang karena besok akan ada kuliah pagi.
Kulajukan motor ku dengan cepat agar dapat bertemu dengan Anyam Kulihat ia berhenti di sebuah pertokoan, disana Anya membeli minuman kalengan. Ku berhentiksn motor ku dan menghampiri Anya.
Anya sempat tertegun melihat ku, lantas ia duduk di kursi kayu yang disediakan sipemilik toko. ,"Ada yang ingin kau tanyakan Liam?".
"Kenapa kau mengalah Anya, setidaknya jangan buat aku malu jika memang aku kalah melawan mu?" Tanyaku pada Anya.
"Siapa juga yang ngalah". jawab Ketus Anyam Ia meminum minuman nya hingga tandas tak bersisa. Ia melemparkan tepat masuk kedalam tong sampah dekat motor nya.
"Aku tidak bodoh yah, siapa yang enggak tau kau melambatkan laju motor mu di putaran terakhir,". Jawabku.
"ohh... ". Gumam Anya.
,,"Kau cuma bereaksi begitu? Aku tau kau membenciku, dan aku juga tau kau takut aku mengambil semua warisan kakek kan?. Ucapku pada Anya.
"iya..aku takut kau mengambilnya.. sekarang kau tau kan alasanku. Sekarang bisa kah aku memintamu untuk pergi dari hidup kami?" . Tantang Anya.
"Apa maksudmu? Aku juga cucu Kakek. Kedudukan ku sama seperti mu. Kau tidak lupa kan kalo mendiang orang tua ku merupakan anak sulung dari kakek". Jawabku lagi.
Kulihat air matanya mulai jatuh perlahan, rasanya aku merasa jahat membuat seorang wanita menangis didepan ku, sedangkan tidak ada hal yang bisa kulakukan untuk menghentikan tangisannya.
Anya beranjak dari duduknya, dan melangkah cepat menuju motornya. Ketika aku hendak menyentuh tangan nya ia menghempaskan dengan kasar.
"Kau belum menjelaskan apapun Anya, jangan pergi". Ucapku.
Dia menatap ku dengan tulus, dan mengusapnya air mata nya yang telah jatuh menimpa pipinya.
"Kau tau Liam, kau membangunkan singa yang telah tertidur sejak lama". Ucap Anya.
"Siapa yang kau maksud dengan Singa?". Tanyaku pada Anya.
"Kau akan segera mengetahui nya". Jawab Anya..
"Katakan dia siapa Anya?agar aku bisa mempersiapkan diri". Jawabku.
"Ayahku, yah dia Ayahku. Dia akan melakukannya segala cara agar kau lenyap Liam. Sama seperti kedua orang tuamu. Kau tau kenapa Kakek tidak mengusut perihal kematian orang tuamu?Itu karena Ayahku memerintahkan orang untuk membunuh kedua orang tua. Sekarang kau tau, berapa khawatirnya aku pada mu Liam. Entah apa yang akan Ayahku lakukan terhadap mu. Aku takut Liam..aku takut". Anya memelukku. Tangis nya pecah..dan tubuhnya bergetar.
Aku membalas pelukannya dan membelai punggung nya. Dia masih bergetar dan mencoba menghentikan tangisnya. Dalam isak tangisnya ia berkata "Ayahku adalah orang terkejam yang pernah ku temui Liam, Aku melihat sendiri ayah kandungku ditembaknya".
Sungguh rasanya lemas sekali, selama ini aku kira hanya aku dan kakek yang mengetahui bahwa Anya bukan anak pamanku. Ternyata Anya sudah mengetahui nya sendiri. Sudah bisa kurasakan bahwa hatinya lebih sakit dari padaku.
Malam ini Kuputuskan untuk membawa Anya kedalam kostan ku. Tidak mungkin aku mengantarkan nya pulang dengan keadaan Anya yang seperti. Biarlah dia Istirahat dikamarku dan aku akan tidur di menggelar tikar didepan kamar.
