Reksa pemuda yatim piatu harus terjun ke dunia gelap dunia pertarungan jalanan demi bisa menjaga adik perempuannya yang masih sekolah di bangku SMP, namun siapa sangka harus terlibat dengan komplotan mafia yang hendak membunuh istri muda Boss mafia, atas suruhan istri tua yang merasa tidak terima atas ke hadiran istri muda dalam keluarganya, apa lagi jika harta kekayaannya harus sampai di bagi dua.
Boss mafia yang bernama Aron Jhonson begitu kaget setelah mengetahui kalau istri tuanya yang bernama Raisa Lena, akan membunuh istri mudanya yang bernama Gendis Raura, Aron Jhonson sangat menentangnya namun Raisa Lena mengancam akan membongkar semua bisnis haramnya Aron Jhonson, jika tidak mau menyetujui untuk membunuh Gendis Raura.
Aron pun akhirnya ikut terlibat untuk membunuh istrinya sendiri demi tidak terbongkar bisnis haramnya, namun Aron Jhonson ternyata harus berhadapan dengan Reksa petarung jalanan yang berusaha menyelamatkan Gendis Raura dari dengan menaruhkan nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SAKSI PENA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Reksa hidup hanya berdua dengan adik perempuannya yang masih sekolah di bangku SMP, semenjak kedua orang tuanya meninggal dua tahun yang lalu, Reksa sudah menjadi seorang Ayah sekaligus Ibu bagi adik perempuannya yang bernama Helena Yuri, dua tahun yang lalu Reksa sudah terjun ke dunia jalanan, sering berkelahi bahkan sering kali di pukuli oleh orang yang lebih tua dari usianya.
Saga adalah sosok preman yang memegang ke kekuasaan terminal hingga ke pasar sayuran yang bersebelahan dengan terminal, Saga memiliki bela diri cukup tinggi hingga begitu di segani di wilayah ke kekuasaannya, hingga akhirnya mengenal Reksa saat Reksa berkelahi dengan seorang calo terminal sekali hantam langsung pingsan saat Reksa mengamen di wilayah ke kekuasaannya.
Perkelahian demi perkelahian sering kali terjadi hingga akhirnya Saga memutuskan untuk membuat sebuah pertarungan, selain mendapatkan uang dengan lewat pertarungan jalanan, dari pihak yang menantang pun harus mengakui kekalahan jika tumbang tidak bisa untuk melanjutkan pertarungan.
Sudah setahun lebih lamanya hingga kini pertarungan jalanan masih di pegang oleh Reksa, petarung yang belum terkalahkan yang terkenal memiliki gerakan cepat dan pukulan sangat keras, bahkan Reksa di kenal memiliki pukulan tangan kiri yang sangat mematikan hingga hampir tidak bisa terlihat kecepatan pukulannya.
Gendis duduk di kursi menatap Reksa yang membawa nasi dan sayur meletakkannya di atas meja kayu, lalu kembali lagi mengambil wadah air minum dan dua gelas bersih kembali meletakannya di atas meja, lalu duduk di hadapan Gendis membuat Gendis bengong terus menatap wajah Reksa.
"Cepat makan!" tawar Reksa mengambil sendok di samping nasi.
Gendis malah terus menatap wajah Reksa yang seumur hidupnya baru pertama kalinya makan di hidangkan oleh seorang laki-laki.
"Kenapa lu? tidak suka makan sama sayur tempe dan telur dadar?" tanya Reksa.
"Suka," jawab Gendis buru buru ngambil sendok.
Gendis dengan perlahan ikut makan dengan sesekali menatap wajah Reksa yang lahap memakan nasinya, hari itu benar benar kejadian yang tidak di duga dan di sangkanya sama sekali.
"Lu harus pulang, gua tidak perduli apapun urusan pribadi lu dan keluarga lu," tegas Reksa.
Gendis perlahan menaruh sendok di piringnya lalu menatap Reksa.
"Aku tidak menyukai laki-laki yang di jodohkan denganku," terang Gendis.
"Cepat habiskan makannya!" titah Reksa lalu mengambil ponsel di saku jaketnya melangkah keluar.
Gendis langsung berdiri mengejar keluar karena tahu Reksa pasti menelpon Ibu nya.
"Aku mohon, ijin aku tinggal dulu disini, aku belum siap pulang," pinta Gendis dengan wajah memelas.
"Lu jangan jadi pengecut lari dari masalah, mungkin itu yang terbaik bagi lu kedepannya," tandas Reksa melangkah masuk ke dalam.
"Reksa aku mohon Reksa, ijinkan aku tinggal dulu di sini," pinta kembali Gendis mengejar Reksa ke dalam.
Reksa tidak mendengarnya langsung merapihkan bekas makannya membawa kebelakang, Gendis terus mengikuti kebelakang agar di berikan ijin tinggal sementara oleh Reksa, namun Reksa tidak menggubrisnya kembali ke depan mengambil gelas Gendis terus mengikutinya, hingga Reksa kembali kebelakang menaruh gelas Gendis pun terus mengikutinya.
Gendis lama lama merasa kesal karena Reksa tidak bergeming dan tidak menggubrisnya sama sekali, Gendis pun akhirnya nekat memakai cara siasat wanita, Gendis langsung membuka dua kancing atas baju tidurnya, membuat Reksa tersentak kaget melihatnya dengan cepat memegang kedua tangan Gendis.
"Lu mau menjebak gua hah?" tandas Reksa memegang kuat kedua tangan Gendis.
"Aku akan teriak jika tidak kamu ijinkan tinggal disini," ancam Gendis menatap tajam.
"Lu ngancam gua?" tanya Reksa tahu siasat Gendis.
"Toloong! Emhh!" teriak Gendis langsung di bekap Reksa.
"Wanita gila lu!" bentak Reksa dengan cepat membekap mulut Gendis.
Gendis terdiam di bekap mulutnya begitu Reksa terdiam membekap mulut Gendis, keduanya saling tatap cukup lama membuat Reksa menggelengkan kepalanya berulang kali, perlahan melepaskan bekapan tangannya tidak tega melihat sorot mata Gendis.
Reksa melangkah ke depan masuk ke dalam kamarnya mengambil kemeja panjang warna biru tua dan handuk bersih serepnya di dalam lemari, setelah keluar kamar setengah di lemparkan ke tangan Gendis yang berdiri di depan kamar.
"Sana lu mandi, istirahat di kamar adik gua!" titah Reksa terpaksa harus mengalah.
"Celananya?" pinta Gendis.
"Nanti pinjam punya adik gua jika sudah datang!" jawab Reksa melangkah keluar rumah.
Gendis langsung senyum kecil melihat Reksa mau mengalah mengijinkannya tinggal sementara, Gendis pun langsung melangkah ke belakang hendak mandi yang memang badannya sudah sangat merasa gerah dan tidak nyaman dari semalam belum terkena air sekalipun.
