Alana terpaksa menikah dengan seorang CEO dingin bernama Adam Pratama atas permintaan saudara kembarnya, yang kabur satu hari sebelum pesta pernikahan.
Seiring berjalannya waktu, Adam menunjukkan rasa pedulinya pada Alana dan mulai melupakan mantan kekasihnya.
Akankah muncul benih-benih cinta diantara mereka berdua? Apalagi mengingat kalau ini adalah pernikahan yang terpaksa semata?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16
Sesampainya di rumah, Adam berjalan lebih dulu meninggalkan Alana yang masih ada di dalam mobil.
Alana segera turun dan berlari mengejar Adam. Ia takut pria itu salah paham padanya dan menghukumnya seperti kemarin di kamar mandi.
“Kak, tunggu!” Alana berhenti tepat di belakang Adam. “Aku ingin bicara, sebenarnya—”
“Kenapa masih pergi ke kampus, hum?” potong Adam berbalik, menatap tajam Alana.
Alana terdiam. Entah kemana perginya nyali nya yang menggebu-gebu ingin bicara pada Adam saat berada di dalam perjalanan pulang tadi.
“Ada tugas di kampus. Kalau aku tidak berangkat dosen bisa memberiku nilai F dan dipastikan aku akan mengulang tahun depan,” jawab Alana menundukkan wajahnya sambil memainkan jari-jari tangannya.
Sungguh, raut wajah Adam yang terlihat sedang marah seperti ini berbeda dengan Adam yang sedang menggagahinya.
Tapi, meski begitu Adam masih terlihat tampan di mata Alana. Bahkan lebih tampan dari dokter Raka.
“Astaga, Al. Mikir apa sih kamu. Bisa-bisanya di saat genting begini otak malah traveling,” umpat Alana dalam hati.
“Kamu masih sakit, Alana! Bagaimana kalau kamu pingsan lagi, siapa yang repot?!” Adam bicara dengan nada membentak, membuat Alana tersentak kaget.
“Tapi aku sudah sembuh, Kak. Dan aku baik-baik saja.”
“Alana! Kenapa kamu selalu membantah ucapan ku, hah!” Adam mengusap wajahnya frustasi. Istri kecilnya ini benar-benar membuat dunia Adam jungkir balik. “Jika hanya menginginkan nilai terbaik, kamu tidak perlu pergi ke kampus karena aku bisa mengurus itu semua!”
Alana mendongak. Menatap Adan dengan tatapan penuh kebencian. “Apa seperti itu cara bicara orang kaya yang semuanya bisa diatasi dengan mudah hanya dengan uang dan kekuasaan?” Alana bicara dengan bibir bergetar menahan sesak di dada. “Aku hanya ingin berusaha sendiri tanpa campur tangan siapapun, Kak. Dan selama ini kamu lah yang keras kepala!”
Dengan berani, Alana menunjuk wajah Adam tanpa rasa takut dan berlalu pergi dari hadapan pria itu. Tanpa peduli dengan teriakan Adam yang terus memanggil namanya.
“Alana! Argh, brengsek!”
“Tuan...”
“Apa, hah?! Kamu tidak melihat aku sedang marah?” sentak Adam. “Katakan pada Kenan aku tidak bisa datang ke acara pesta malam ini karena istriku itu dengan ngambek!”
Boy menghela nafas. Mood Adam semakin menjadi-jadi setelah menikah dengan Alana. Kadang marah, tersenyum dan kadang berteriak seperti orang gila!
“Tidak dengan cara seperti ini jika ingin mendapatkan hati seorang wanita, Tuan,” ucap Boy menghentikan langkah kaki Adam.
“Maksudmu apa?” tanya Adam penasaran.
“Seorang wanita itu ingin selalu diperlakukan dengan baik dan lembut, tidak dengan cara kekerasan seperti yang Anda lakukan tadi.”
Adam duduk di sofa, ingin sekali mendengar penjelasan Boy. “Jadi tindakan ku salah selama ini?”
“Maaf, Tuan. Bukan aku ingin menggurui atau menasehati Anda, tapi—”
“Katakan apa yang kamu ketahui padaku, Boy!” Adam meminta Boy untuk duduk di sampingnya.
“Kenapa tuan mendadak ingin tahu hal semacam ini? Mungkinkah dia benar-benar memiliki perasaan untuk nona Alana?” gumam Boy dalam hati.
“Boy, aku bicara padamu! Kenapa malah diam!” sentak Adam.
“Begini, Tuan...”Boy mulai menjelaskan semua cara agar Adam bisa mendapatkan hati Alana.
Walaupun belum berpengalaman dalam urusan percintaan, tapi sedikit banyak Boy tahu karena pria itu pernah membaca novel romansa belum lama ini.