Di khianati dan dijebak oleh saudara tirinya, hingga diusir oleh ibu kandungnya sendiri karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarga besar Sanjaya.
Hamil dan melahirkan tanpa didampingi keluarganya. Aurora berhasil membesarkan putri semata wayangnya, bekerja sebagai pengasuh cucu keluarga kaya tak membuatnya gengsi dan putus asa.
Pertemuan Aurora dengan Almer cucu laki-laki keluarga Gilbert membuatnya merasakan ikatan batin antara ibu dan anak bukan hanya itu saja Aurora harus terlibat dengan permasalahan anak majikannya Anggara Gilbert, CEO tampan tak tersentuh yang menolak segala cara perjodohan orang tuanya.
Bagaimana perasaan Aurora saat tahu Anggara lah sosok pria yang menidurinya malam itu ? Bagaimana dengan Anggara saat mengetahui jika Aurora lah sosok wanita yang dirinya cari selama ini ? Apakah Anggara akan bertanggung jawab atas kejadian malam itu ? Jangan lupa untuk mampir !
follow ig : dlbtstae_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arisha...
Sementara itu, seorang wanita tak sengaja melihat ke arah Anggara dan keluarganya. Iya juga penasaran dengan wanita yang berdiri di sebelah suami dari teman lamanya. Wanita itu sangat mengenali Anggara.
“Lea, apa yang kamu lakukan di sini ? “
Wanita itu sontak membalikkan tubuhnya, ia menatap kesal sosok pria yang mengejutkannya.
“Kamu kenapa sih mas, selalu mengejutkan aku ! “ kata Lea memarahi suaminya.
“Kamu dicariin kemana-mana, rupanya di sini ! Mama nyari kamu. Sana pergi ! “ ujar Rexo kesal.
Lea menatap sebal suaminya, dia sangat malas bertemu mertuanya yang sekarang terkena stroke, alih-alih ingin nyonya malah dijadikan pembantu oleh mertuanya sendiri.
“Ada papa kamu, suruh saja dia ! “
“Lea, papaku harus bekerja ! Kamu yang nganggur, sadar diri ! Jangan cuma tahu menghabiskan uangku saja ! “ tekan Rexo kesal, karena istrinya hanya memikirkan kesenangan semata.
“Kamu ngatain aku pengangguran ? Aku juga kerja !! “ sahut Lea tak terima dikatakan pengangguran.
“Kerja apa kamu ? “ tanya Rexo bingung.
“Ya–ya adalah… “
Rexo menyipitkan kedua matanya membuat Lea gugup, wajah Rexo terlihat sedang mengintimidasinya membuat Lea salah tingkah, namun setelah itu Rexo pergi meninggalkan Lea tanpa membicarakan apapun.
“Dia kenapa sih ? “ Setelah itu, Lea kembali melihat keluarga Anggara. Berbeda dengan Rexo, dia pergi dengan sejuta rasa penasaran.
“Dia mirip seperti Roraku … “ lirihnya sendu.
Rexo teringat dengan Aurora mantan kekasihnya yang dia khianati dulu. Tapi aneh, apa hubungan keduanya. Tapi setahunya, Anggara sudah memiliki istri dan itu bukan Aurora.
“Mereka hanya mirio, bukan berarti itu adalah Aurora.. “
Lea yang sudah bosan segera meninggalkan tempat itu dengan wajah penasaran, “ kemana Liyana, mengapa suami dan keluarganya berada disana ? Siapa yang sakit ? “.
“ Ahhh, peduli apa aku tentang mereka tidak membuatku kaya ! “.
Sementara itu, Rosa berkali-kali menatap pintu rumah sakit. Berharap jika anak dan menantunya datang, namun harapan tak sesuai keinginannya yang datang hanyalah dokter yang akan memeriksa keadaan besannya.
“Bagaimana dok, keadaan besan saya ? “ tanya Rosa.
“Beliau terkena stroke ringan dan akan sembuh dalam waktu dua atau tiga minggu. Banyak-banyak berlatih dan minum obat secara teratur, agar cepat sembuh… “
“Baik dok. Apa hari ini kami bisa membawanya pulang ? “
“Tentu saja, saya akan jadwalkan kepulangan nyonya Dea… “ sahut dokter itu.
“Baik dok, “.
Setelah kepergian dokter, datanglah Rexo dan Lea putrinya. Rosa berpamitan untuk kembali ke kantor karena dia memiliki pertemuan dengan klien.
“ Kalian sudah kembali, “
Rexo mendehem, lalu mengangguk. Lea berniat ingin pulang namun Rosa memintanya untuk tinggal. Tapi Lea tak menyerah, ia menggunakan nama Reza agar bisa pulang padahal bocah itu sedang dijaga oleh baby sitter.
“Kamu disini, temani suami dan mama mertuamu ! “
“Tapi maaaa, Reza … “
“Sudahlah, kamu saja jarang mengurusnya. Jangan menjadikan Reza sebagai alasan ! “ tegur Rosa kepada putrinya itu.
“Mamaaaaa ihhh… “ rengek Lea kesal dan menghentak-hentakan kakinya.
Rosa tak peduli, dia yang terburu-buru keluar dari ruang rawat besannya. Di lorong rumah sakit, karena tidak memperhatikan jalan, Rosa tak sengaja menabrak seorang dokter yang baru menyelesaikan visitnya bersama dengan seorang perawat yang menemaninya.
‘Bugh ! ‘
Rosa yang tak sempat menahan bobot tubuhnya akhirnya terjatuh dan terduduk di lantai dingin rumah sakit. Dokter yang ditabrak langsung membantu Rosa dan meminta maaf.
“Maaf, maaf nyonya ! “ ujarnya.
Rosa mengangkat wajahnya dengan kesal, namun saat melihat siapa yang ditabraknya, wajah Rosa mendadak pucat.
“Ro–rosaaa !! “
“Ve—rzz… “ lirihnya takut.
“Rosa ! Akhirnya aku menemukan kamu !! Kemana saja kamu, aku dan istriku sudah lama mencari keberadaan kamu ! “ kata Dokter Verz senang saat melihat Rosa sahabat istrinya.
Tapi, respon Rosa membuat senyuman Dokter Verz luntur. “ Maaf, tapi a–aku tak mengenali anda dokter.. “
“Bohong ! Kamu bohong ! Kamu Rosa sahabat istri saya !! “ ujar Dokter Verz sedikit keras.
Ia bahkan belum melepaskan pegangannya dari pundak Rosa, membuat wanita itu merasa kesakitan apalagi Dokter Verz mencekramnya sangat kuat.
“Sa–sakit ! “ lirihnya.
“Katakan Rosaaaa !!! Katakan padaku, dimana putriku, Rosa !! Katakan dimana putriku berada !! “ bentak Dokter Verz mengundang perhatian orang-orang yang berlalu lalang.
“Sshhh, lepaskan aku ! Aku nggak kenal sama kamu !” teriak Rosa takut.
“Kamu bohong Rosa !! Jelas-jelas, kamu dan Sanjaya yang membawa putriku berlibur ! Tiba-tiba kalian menghilang bak ditelan bumi !! “.
“Katakan padaku, dimana Velzy putriku !! “ bentak Dokter Verz lagi.
Suster yang menemani dokter Verz, berusaha menenangkan atasannya. Namun, bukannya mereda, Dokter Verz malah semakin memojokan wanita tua dihadapan mereka.
“Katakan Rosa, dimana putri kandungku ! Kamu tega membuat istriku tersiksa seperti ini ! Kamu tega, Rosa. Merusak kebahagian sahabatmu demi dirimu sendiri ! “ isak Dokter Verz.
Beliau menangis mengingat keadaan istrinya saat ini. Semenjak putri mereka menghilang, istrinya seperti mayat hidup selalu mengurung diri dan selalu memanggil nama putrinya membuat Dokter Verz hancur.
Rosa sahabat dari istrinya malah memberikan luka yang dalam di kehidupan istrinya. Dampaknya membuat istrinya stres dan menolak untuk berbicara dengan siapapun termasuk dirinya. Sebab itulah, Dokter Verz bekerja lebih keras lagi untuk mencari keberadaan sahabat istrinya dan putri mereka.
“Katakan padaku, dimana putriku, Rosa ! Tolongggg, beritahu aku ! “ isaknya semakin keras.
Dirinya sudah sangat putus asa, mencari putrinya dan berusaha menyembuhkan istrinya dalam proses lama membuatnya ikut hancur. Rosa yang ingin segera pergi dari sana, malah mengatakan omong kosong yang membuat tubuh Dokter Verz luruh.
“Putrimu telah tiada dua puluh tahun yang lalu ! “
“Tidak !! Tidak mungkin !! “ teriak Dokter Verz tak percaya dengan apa yang dikatakan Rosa kepadanya.
“Terserah, percaya atau tidak ! “ kata Rosa dan bergegas pergi dari sana dengan cepat.
“Aku tak akan membiarkan kalian bertemu dengannya ! “ lirihnya dendam.
*
*
*
*
*
Di sisi lain, Anggara dan keluarganya sedang menunggu dokter keluar namun sudah dua jam, tidak ada tanda-tanda membuat Anggara khawatir begitu juga Aurora.
“Lama sekali ! Apa yang mereka lakukan di dalam sana !! “ teriak Anggara panik.
“Gara, tenanglah ! Kita tunggu du,—” ucapan Gilbert terhenti bersamaan dengan pintu yang terbuka dari dalam.
Seorang dokter keluar dengan wajah penuh keringat. Ia menatap satu persatu keluarga pasiennya dengan wajah lelahnya, lalu menggeleng lemah.
“Maaf, kami sudah melakukannya dengan semaksimal mungkin. Namun, nona kecil tidak bisa berjuang lagi. Kami… .
Aurora menggeleng kuat, air matanya kembali luruh. Anggara, pria itu mematung ditempat, air matanya mengalir deras. Isak tangis terdengar menyayat hati, Arumi langsung memeluk suaminya dengan sangat erat. Pelangi memeluk Bibi Sally dan menangis histeris.
Aurora menerobos masuk tanpa memperdulikan kepalanya yang mulai terasa sakit.
“Arishaaaaaaaa !! “
“Arishaaaa bangunnnnn sayang !!! Bangun hiks !!! Jangan tinggalkan bundaaaaa !! “ teriak Aurora histeris.
Aurora memeluk tubuh putrinya yang sudah dingin, wajah pucat putrinya membuat Aurora tak percaya jika putrinya pergi meninggalkan dirinya. Almer yang duduk di brankar Arisha menangis tanpa henti. Dirinya merasa bersalah karena tidak becus menjaga Arisha dengan baik.
Anggara datang langsung memanggil putrinya, ia meraung meminta Arisha untuk bangun. Ini pertama kalinya ia menangis. Anggara tak menyangka jika dia memiliki seorang putri, putri yang tidak diketahuinya.
“Risha sayang, bangun ya nak. Ini daddy, daddynya Risha ! Risha katanya kangen sama daddy. Ini daddy pulang nak, daddy jemput Risha dan bunda. Risha nggak akan di bully sama teman-teman kontrakan Risha… “
“Ayo, sayang ! Bangun ya… Risha katanya mau ketemu daddy… Bangun ya, jangan diam. Risha ayo, bangun !! “ isak tangis Anggara membuat pria itu rapuh.
Tangan dingin milik Arisha membuat pria itu menggenggamnya dan menciumnya dengan brutal, berusaha untuk menghangatkan tubuh putrinya.
“Kamu dingin, daddy peluk ya. Tapi kamu harus bangun ! Kasihan bunda, Almer, oma Arumi , opa Gilbert, onti pelangi dan nenek… Mereka sedih melihat kamu seperti ini sayang… “ kata Anggara yang berusaha untuk membangunkan Arisha.
“Sayang, bunda nggak pernah minta apa-apa dari Risha. Risha tau, jika daddy Risha sudah pulang. Risha nggak mau ketemu daddy, abangnya Risha juga nungguin Risha bangun nih. Sayang, ayo bangun ! “ isak Aurora.
Mereka berusaha membangunkan Arisha, namun mungkin Tuhan lebih sayang Arisha sehingga secepat itu Tuhan mengambilnya.
“Hiks, bibi… aku merasa sedih hiks. Arisha belum merasakan kasih sayang abang. Tapi kenapa hiks, kenapa diambil duluan… Apa nggak boleh ditukar gitu… “ isak Pelangi menatap bibi Sally yang sontak menghentikan tangisannya.
“Ditukar apa ? “ tanya bibi Sally dengan suara serak.
“Ditukar waktunya, kayak menukar uang receh di indomaret. Kasihan, Arisha dia selalu menginginkan sosok ayahnya. Dia pernah cerita jika dia sangat rindu, tapi tidak bisa menghubunginya karena nggak punya ponsel.. “
“Katanya, kak Rora bilang kalau Arisha hanya bisa mengirim doa walau nggak punya nomor telepon surga… “
Mendengar ucapan adiknya, Anggara menatap datar Aurora, “ Maksud kamu, aku sudah meninggal gitu ? “.
Aurora diam, bingung mau menjawab apa. Namun, dia juga tidak sepenuhnya salah. Dia juga tidak tahu siapa pria yang menghamilinya. Saat putrinya bertanya, spontan Aurora mengatakan untuk mengirim doa karena mereka tidak memiliki nomor untuk di hubungi.
“Aku juga nggak tau bapaknya siapa, spontan aja bilang kirim doa. Ya, anakmu itu aja yang menganggap dirimu meninggal bukan aku… “ cicit Aurora pelan.
\*\*\***Happy Reading\*\*\***
Jangan lupa komen yang banyak ! 😂🙏
