DALAM PROSES REVISI
"Lebih baik, kau mati saja!"
Ucapan Bram membuat Cassandra membeku. Dia tidak menyangka sang suami dapat mengeluarkan pernyataan yang menyakiti hatinya. Memang kesalahannya memaksakan kehendak dalam perjodohan mereka hingga keduanya terjebak dalam pernikahan ini. Akan tetapi, dia pikir dapat meraih cinta Bramastya.
Namun, semua hanya khayalan dari Cassandra Bram tidak pernah menginginkannya, dia hanya menyukai Raina.
Hingga, keinginan Bram menjadi kenyataan. Cassandra mengalami kecelakaan hingga dinyatakan meninggal dunia.
"Tidak! Kalian bohong! Dia tidak mungkin mati!"
Apakah yang terjadi selanjutnya? Akankah Bram mendapatkan kesempatan kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Masa Lalu
Hubungan masa lalu yang tak banyak diketahui orang. Hal itu bermula direktur muda yang tengah naik daun, memutuskan untuk merekrut seorang staf baru di divisi pemasaran. Raina Maharani.
Nama itu mungkin tak asing bagi sebagian orang yang dekat dengan Bram. Dia adalah teman masa kecil Bram, seseorang yang pernah mengisi bagian kecil dalam hidupnya, meski tak pernah ada ikatan yang benar-benar dalam.
Namun keputusan Bram untuk menerima Raina bukan tanpa pertimbangan. Raina muncul tiba-tiba di hari wawancara terakhir, menyodorkan CV dengan senyum manis dan sikap percaya diri yang membuat para panel seleksi terkesima.
Akan tetapi, yang membuat Bram membuka pintu lebih lebar adalah satu kalimat sederhana dari Raina, “Aku tahu ini mungkin terdengar egois, tapi aku hanya ingin bekerja di tempat yang membuatku merasa dekat dengan kamu, Bram.”
Bram tak mengira Raina akan bicara seintim itu, apalagi di tengah proses rekrutmen. Saat itu, Cassie belum resmi menjadi istrinya. Mereka masih dalam proses penjajakan setelah dijodohkan oleh keluarga besar Nugroho dan Wijaya.
Hubungan mereka berjalan rapi seperti yang diharapkan dua keluarga besar. Namun belum banyak cinta yang tumbuh di antara Cassie dan Bram, hanya rasa hormat dan usaha untuk saling mengenal lebih jauh. Raina melihat celah itu. Hal itu dimanfaatkan oleh Raina.
Hari-hari pertama Raina di kantor dipenuhi dengan senyum manis, perhatian berlebihan, dan pengingat akan masa lalu. Dia akan datang lebih pagi, membawakan kopi favorit Bram, atau menyelipkan catatan kecil di meja kerja Bram berisi semangat hari ini. Bram sempat merasa itu berlebihan, tapi ia terlalu sibuk untuk benar-benar memperhatikan.
Lambat laun, sikap Raina berubah lebih agresif. Ia mulai menyinggung hubungan Bram dan Cassie.
"Kamu yakin bahagia dengan perjodohan itu? Aku cuma takut kamu mengorbankan hidupmu demi kesepakatan keluarga."
Bram tidak pernah membalas kalimat-kalimat semacam itu. Namun, ia juga tidak menghentikan perbuatan Raina. Di situlah kesalahannya bermula.
Raina menafsirkan diam Bram sebagai lampu hijau.
Suatu malam lembur, hanya mereka berdua yang tersisa di kantor. Hujan turun deras di luar, dan Raina datang membawakan makan malam.
“Kamu harus jaga kesehatan. Aku ingat kamu suka makan nasi goreng,” ujarnya sambil tersenyum lembut.
Bram menerima makanan itu dengan sopan, mencoba bersikap profesional. Namun Raina melangkah lebih dekat, duduk di kursi tamu dan menatap Bram dalam-dalam.
“Kamu tahu, aku pernah berpikir... kalau kita bisa tumbuh besar bersama, mungkin sekarang aku yang berdiri di sisimu, bukan dia.”
Bram terdiam.
Raina kemudian berdiri dan memegang tangan Bram, menggenggamnya erat. “Kamu belum menikah, Bram. Itu artinya masih ada waktu untuk memilih.”
Bram menarik tangannya pelan. “Raina, aku menghargai masa lalu kita. Tapi aku tidak ingin mencampuradukkan kerja dengan perasaan.”
Raina hanya tersenyum, tapi sorot matanya menunjukkan bahwa ia tak menyerah.
Yang tak diketahui Bram adalah Rini, ibu dari Raina, memiliki ambisi besar. Ia tahu jika Raina berhasil menikah dengan Bram Wijaya, maka otomatis keluarganya akan memiliki tempat di kelas sosial.
“Jika kamu bisa menjadi nyonya besar di rumah itu, maka semua akan berubah, Nak,” kata Rini suatu malam pada Raina. “Kita akan dihormati. Ibu tidak akan lagi diremehkan oleh siapa pun.”
Raina yang haus akan pengakuan dan perhatian, melihat perkawinan dengan Bram sebagai jalan keluar. Ia tidak peduli kalau Bram sudah dijodohkan. Menurutnya, Cassie hanya wanita pilihan keluarga, bukan cinta sejati Bram.
Puncaknya terjadi saat Bram dan beberapa pegawai, termasuk Raina, dikirim ke luar kota untuk menghadiri seminar dan kerja sama strategis dengan perusahaan mitra.
Raina memanfaatkan momen itu. Ia mendekati Bram secara emosional, menampilkan sosok wanita penyayang, perhatian, dan manis. Bahkan ada saat di mana ia memaksa masuk ke kamar hotel Bram dengan alasan membicarakan presentasi. Hal itulah yang dimanipulasi oleh Raina.
Sekembalinya dari luar kota, Raina mulai menyebar rumor halus bahwa dia dan Bram memiliki hubungan khusus. Ia bahkan membicarakannya di pantry kantor, dengan suara pelan namun cukup keras untuk didengar.
“Kadang perasaan itu tumbuh di tempat yang tak terduga. Aku dan Bram semakin dekat saat di luar kota. Tapi, yah... dia belum siap mengakuinya,” katanya kepada dua rekan kerjanya yang langsung menyebarkan gosip itu.
Raina pun mulai menghindari tugas kantor dan mengaku mual-mual. Tak lama, ia datang ke kantor dengan membawa hasil USG.
“Ini anak Bram,” katanya pada sekretaris pribadi Bram sambil menangis. “Dia harus bertanggung jawab atas semua perbuatannya."
Yang membuat semua ini makin rumit adalah sikap Bram yang lambat menyikapi gosip itu. Ia mengira semua akan mereda seiring waktu. Tapi tekanan dari keluarga, media, bahkan karyawan di kantor membuatnya tak bisa lagi berdiam diri.
Kini semuanya berada di ujung jurang.Cassie terluka. Bram terjebak. Dan Raina terus bermain di balik layar.
Namun satu hal yang tak diketahui Raina dan Rini, Bram sudah bergerak diam-diam untuk mengumpulkan bukti. Ia mulai menyelidiki semua rekaman CCTV hotel dan mencari saksi yang dapat membuktikan bahwa malam itu, dia dan Raina tak pernah berada dalam satu kamar.
Meski disesatkan oleh kelambanannya sendiri, Bram kini sadar bahwa sikap diamnya di masa lalu memberi Raina ruang untuk menabur kebohongan.
Ia menatap keluar jendela dari ruang kantornya, wajah Cassie melintas dalam pikirannya. Wajah perempuan yang ia lukai karena ketidaktegasannya.
Bram mengepalkan tangan. "Aku akan buktikan semuanya. Aku yang akan menyelesaikan kekacauan ini."
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca...
Dan juga Bram sekarang sudah bisa bersikap tegas sama Raina & emaknya, setelah dia menyadari kesalahannya dan gak mudah menggapai hati cassie
Dan kamu Bram memang harus sabar dan menunggu bumil untuk membuka hati lagi?? 🤔😇😇💪💪💪
semoga bumil kali ini bisa menjalani kehamilannya dengan happy dan kerjain Bram dengan ngidammu yg menyusahkan ya calon dekbay?? 🤔😇😇
Selamat menikmati buah kebodohanmu? dan selamat berjuang menaklukan bumil yg sensitif karena hormonal dan rasa kecewanya padamu??? 🤔😇😇😇
Alhamdulillah semua ingatanmu telah kembali dan kamu juga telah positif hamil lagi?? jadi semua kenangan pahit sebelum kecelakaan terjadi kamu telah mengingatnya?? gak salah kalau sekarang kamu ingin pergi jauh dari Bram?? kalau dia benar2 mencintaimu dg tulus pasti akan berusaha mengejarmu ??🤔😇😇