NovelToon NovelToon
Cinta Terakhir Untuk Gendis

Cinta Terakhir Untuk Gendis

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Angst
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: 9irlpower

Sekuel ketiga, dari kisah cinta Gendis yang tragis, dan menyedihkan.

Setelah serentetan kejadian yang menimpa Gendis. Gendis pun sudah berusaha lagi untuk bangkit, dengan bantuan para power rangersnya dan teman-temannya yang lain.

Kali ini, Gendis dipertemukan dengan seorang wanita baik yang mau memberikan cintanya ke Gendis. Wanita itu berniat menjodohkan Gendis dengan putra bungsungnya.

Siapakah dia? yang akan menjadi tambatan hati Gendis. Dan apakah kali ini Gendis bisa mengakhiri serentetan kisah tragisnya? dan berakhir dengan dia—, yang nggak pernah Gendis sangka-sangka, akan ada di dalam kisah percintaannya yang terakhir.

Dan semua kisah pun akan terkuak di seri terakhirnya Gendis, dengan kemunculan orang-orang lama yang pernah ada di kesehariannya Gendis.

Yuk ... kembali ramaikan kisahnya Gendis.

Yang kepo sama kisah sebelumnya, baca dulu yuk [Cinta Pertama Gendis] dan [Mencob Jatuh Cinta Lagi] Karya 9irlpower.

Selamat Membaca 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 9irlpower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Season 3 [Persiapan Mental]

Hari ini, Gendis udah sampaikan ke bu Denayu kalau dia mau bertemu dan mau membicarakan mengenai perjodohan.

Dan nanti setelah pulang sekolah, supir bu Denayu akan menjemput Gendis di sekolahnya.

Baru sampai di lobby SMK Horizon, Gendis berpapasan dengan Widi yang baru dateng sama Yani. Yani langsung ke kelasnya di ruang kelas travel, yang ada di sebelah kanan lobby. Sementara Gendis dan Widi berjalan ke sebelah kiri, menuju ruang kelas perhotelan.

"Masih mikirin soal perjodohan lo?" tanya Widi sambil merangkul Gendis, dengan maksud supaya ucapannya nggak terdengar sama murid-murid lainnya.

Gendis merespon dengan menghela napasnya, sambil menatap Widi dan berjalan ke kelas mereka.

"Iya lah, menyita pikiran banget. Dan hari ini gue lagi nyiapin mental, dan berharap banget sama hasilnya nanti," ucap Gendis, yang kemudian disahuti Widi.

"Nanti? Maksud lo, mau langsung di lamar hari ini?"

"Kemarin, lo nggak jelasin kalau hari ini lo mau langsung dilamar." cicit Widi lagi, masih dengan nada berbisik dan penasaran tentunya.

Gendis dengan sabar menyahuti Widi, dan menjelaskan jadwalnya nanti sepulang sekolah.

Widi merespon dengan mengangguk-anggukkan kepalanya, dan menimpali juga kalau dia setuju sama ide yang Maya kasih.

"Yaudah, masalah lo itu buat entar aja. Kita mau ke ruangan praktek Ndis. Bahaya, kalau lo bengong mikirin perjodohan lo," ucap Widi menasihati sahabatnya itu.

Gendis iyakan, nasihat Widi dan keduanya pun udah sampai di kelas mereka, lalu langsung siap-siap memakai seragam masak.

...****************...

Jam pulang sekolah, Gendis udah bersiap-siap untuk pulang.

Ponsel Gendis bergetar dari dalam tasnya, dan gegas Gendis periksa ponselnya. Takutnya pak Toni supir bu Denayu, sudah sampai di gerbang sekolah.

Tapi ternyata, begitu Gendis memeriksa ponselnya. Gendis malah melihat pesan sms, yang nggak lain dari Bram.

["Ndis ... kak Bram kangen banget pengen ketemu kamu. Kita ketemu yuk?"]

Di situ masih ada banyak teman-teman sekelasnya, termasuk Widi. Jadi Gendis memilih menghiraukan pesan sms itu, dan pura-pura menutupi ketakutannya, yang dialihkan Gendis dengan mengirim sms ke pak Toni, dan memberitahukan kalau Gendis sudah selesai jam sekolah.

"Gue duluan ya Wid? supirnya Bu Denayu udah di jalan." pamit Gendis, yang direspon Widi dengan menepuk bahu Gendis, lalu berucap. "Semangat, gue doain yang terbaik buat lo. Langsung kabarin hasilnya, biar nanti gue dan yang lainnya bisa bantu kasih saran lain."

Gendis anggukkan kepalanya, dan nggak lupa mengucapkan terima kasih, dan bersyukur punya sahabat yang bisa membantunya dalam segala situasi.

Gendis pun pergi dari kelasnya dengan terburu-buru.

Ada yang Gendis hindari setelah membaca pesan sms dari Bram tadi, dan makin bikin Gendis was-was sama keselamatannya Daniel. Apalagi Gendis belum bilang ke bu Denayu, soal kendala yang akan bu Denayu hadapi kalau nekat menjodohkan Gendis dengan anak bungsunya.

...****************...

Sementara itu di perjalanan, Daniel yang baru pulang sekolah mendapat informasi dari pak Toni, "Niel, saya disuruh nyonya jemput Gendis di sekolahnya. Kamu mau saya cari tau apalagi, selain pacarnya?"

Daniel yang juga sudah siap pulang, langsung tersenyum mendengar ucapan pak Toni.

"Jemput Daniel di tempat biasa pak, Daniel punya ide lain." katanya dengan masih tersenyum senang, menyampaikan ke pak Toni gagasan yang juga masih Daniel rahasiakan dari pegawai Maminya itu.

"Baik, saya on the way ke sana ya?" ucap pak Toni, yang langsung melajukan kendaraanya, menuju tempat biasa beliau menjemput Daniel.

Melihat Daniel terburu-buru membereskan tasnya, sepupu Daniel yang juga satu sekolah dengannya, pun menegur Daniel yang ada di sebelah kiri tempat duduknya.

"Mau ke mana lo buru-buru?"

"Pak Toni mau jemput gue, jadi gue mau ke luar duluan. Biar nggak mencolok kalau gue dijemput supir," ucap Daniel, disampaikannya sambil berbisik.

Sepupu Daniel pun menggelengkan kepalanya, sambil mengomentari dengan nada kecil. "repot banget sih Niel, sekali-kali biarin aja pak Toni jemput di depan sekolah."

Daniel meresponnya dengan cengiran, lalu menepuk bahu sepupunya itu. Dan gegas Daniel bangkit dari tempat duduknya, namun ada seorang murid perempuan yang menghadang kepergian Daniel.

Daniel langsung pasang tampang ketus, lalu berucap. "Mau ngapain? gue buru-buru!"

"Mau bahas kerja kelompok, mau di rumah siapa Niel?" tanya murid perempuan ini, dengan antusias dan tatapan mata yang berbinar-binar saat berbicara dengan Daniel.

"Gue nggak bisa hari ini, lo minta ketuanya aja tuh buat bahas mau kerja kelompok di mana." Daniel langsung menyerocos, dan nggak menunggu respon murid perempuan itu, dia langsung pergi begitu aja.

"Mikaela ..., Mikaela ... selain tebal muka, lo juga seneng banget menyakiti diri sendiri ya?" ucap sepupu Daniel, menyindir sambil melewati murid perempuan yang tadi berbicara dengan Daniel.

"Bilang aja lo cemburu, gue nolak lo karena naksirnya sama sepupu lo!" balas Mikaela diakhiri dengan senyum jemawa, karena puas bisa membalikkan ucapan sepupu Daniel.

Sepupu Daniel nyatanya nggak termakan ucapan Mikaela, dan memilih pergi dari situ.

...****************...

Daniel sudah tiba di tempat yang jauh dari sekolahnya, dan memang Daniel merahasiakan kalau dirinya terlahir dari keluarga kaya raya. Selain nggak mau murid perempuan di sekolahnya tau siapa dia, Daniel juga punya alasan lain kenapa dia nggak mau terlihat mencolok di lingkungan sekolahnya yang bukan sekolah swasta.

Pak Toni pun sudah tiba di lokasi, dan setelah Daniel memastikan nggak ada yang melihat, gegas Daniel duduk di samping pak Toni.

"Wajahnya seneng banget Niel," komentar pak Toni, saat Daniel sudah masuk dan duduk di samping beliau.

Daniel tersenyum membalas ucapan pak Toni, lalu berucap. "Gimana nggak seneng pak, Daniel udah nungguin dari lama."

Pak Toni yang udah tau kisah pertemuan Daniel dengan Gendis, ikut tersenyum mendengarkan penuturan anak bosnya itu.

"Jadi, nanti saya harus apa nih?" sela pak Toni, sambil melajukan kendaraannya.

"Tetep ditanya aja pak, kita tunggu respon dari dia, nanti Daniel yang nambahin pakai ide Daniel, " katanya dengan wajah yang semringah, dan kedua tangan yang bersedekap di dada, pikiran Daniel juga sambil membayangkan kejadian nanti saat bertemu dengan Gendis.

Perjalanan menuju SMK Horizon, memakan waktu sekitar 25 menit, karena ruas jalan dipadati para murid sekolah yang rata-rata baru aja bubaran sekolah.

Seperti biasa, Gendis malas duduk di belakang kalau nggak ada yang menemani di sampingnya.

Baru aja Gendis mau membuka pintu, kaca mobil pun terbuka. Dan terpampang lah wajah Daniel, yang sedang menahan senyuman.

"Iiih! Kok ada lo sih!?" protes Gendis dengan tampang kesal.

"Lah, pertanyaan lo aneh banget. Ini kan mobil keluarga gue, ya pastinya ada gue lah. Pak Toni juga seperti biasa jemput gue di sekolah," ucap Daniel, menyerocos panjang lebar disela dengan kebohongan kalau aslinya Daniel nggak pernah mau dijemput di sekolah, dan lebih senang naik angkutan umum.

"Maaf ya, saya tidak bilang kalau ada Daniel di mobil." sela pak Toni, untuk mengalihkan perdebatan antara dua remaja di dekatnya itu.

Gendis pasrah aja, lalu masuk ke mobil dan saat mau duduk di kursi belakang. Gendis pun di sapa seorang cowok, yang langsung ditatap Daniel dengan tatapan mengintimidasi, karena mengira kalau cowok itu adalah pacarnya Gendis.

"Dijemput siapa lagi Ndis?"

Gendis pun menoleh, dan terlihat di situ Rafli yang sudah nangkring di motornya.

"Sodara gue. Udah ya, gue buru-buru Raf."

"Iya, hati-hati ya Ndis." balas Rafli, lalu pergi lebih dulu tanpa menunggu balasan dari Gendis.

"Itu siapa Ndis?" tanya pak Toni, setelah Gendis duduk di kursinya.

"Temen sekelas Gendis pak," jawabnya, lalu ponsel Gendis pun bergetar.

["Ndis, sms kak Bram kenapa ga dibales? Kak Bram kangen Gendis, kak Bram ga mau Gendis deket-deket cowok lain. Inget ya Ndis, kamu milik kak Bram! Kalau ada yang coba-coba deketin kamu, tau sendiri kan akibatnya?"]

Gendis menghela napasnya, sepanjang membaca pesan dari Bram, dan terlihat wajahnya yang cemas dan juga pucat.

"Ada apa Ndis?" tanya pak Toni sambil melirik ke kaca spion tengah, dan pertanyaannya itu direspon sama Daniel, yang ikutan menoleh ke belakang, memastikan kondisi Gendis.

"Nggak pak," ucap Gendis, tentunya berbohong dengan diakhiri senyuman, guna menutupi kepanikannya.

"Syukurlah kalau tidak pa-pa," ucap pak Toni, sambil melirik ke Daniel sebagai kode kalau kali ini, pak Toni akan mulai mengajukan pertanyaan seperti yang Daniel sampaikan ke beliau.

"Bagaimana kesehariannya di sekolah?"

"Oh iya! Gendis punya sesuatu untuk pak Toni, tadi Gendis praktik buat roti." sambil Gendis merogoh tasnya, dan membuka tempat makannya.

Gendis berikan roti berbentuk bulat, yang sudah tertutup pembungkus plastik dan di situ tertulis isi cokelat.

Pak Toni menerimanya dengan tangan kiri, karena tangan satunya menghandel setir.

"Wah ... Terima kasih ya? Nanti saya makan, setelah selesai tugas."

Gendis anggukkan kepalanya, sementara Daniel terlihat mengharapkan diberikan roti yang seperti halnya pak Toni.

"Niih ... Buat lo," ucap Gendis, dengan tulus memberikan ke Daniel, karena di dalam box makannya masih ada dua roti lagi.

"Makasih," ucap Daniel, sambil tersenyum tipis.

Interaksi Daniel dengan Gendis, diperhatikan pak Toni yang ikut tersenyum, karena tau kalau anak majikannya selama ini memendam perasaan suka ke calon tunangannya itu.

"Dua lagi untuk pacar kamu ya?" ledek pak Toni, sudah mulai mengikuti permintaan Daniel.

Gendis tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Ini buat Bundanya Gendis dan Jingga pak."

"Loh ... Pacar kamu nggak kebagian? Atau punya saya saja, yang dikasih ke pacar kamu." sambil pak Toni mengambil roti tadi, yang mau dikembalikan ke Gendis.

"Jangan pak, itu memang Gendis siapkan untuk bapak."

"Yaudah nih, roti yang lo kasih ke gue. Buat cowok lo aja," ucap Daniel, pura-pura nggak enak hati padahal saat ini Daniel sedang emosi karena cemburu.

"Udah, ambil aja. Tadinya itu buat bu Denayu, tapi nanti buat bu Denayu ambil punya nyokap gue aja. Anggep aja gue bayar jasa baik lo, karena ngajarin gue bahasa Inggris."

Pak Toni pun menimpali, "lalu, untuk pacar kamu gimana?"

"Nggak ada pak, Gendis nggak punya pacar." balasnya, dengan diakhiri senyuman lalu Gendis mengalihkan pandangan ke sisi jendela di sebelah kanannya.

Daniel pun tersenyum, mendengar ucapan yang Gendis lontarkan. Namun melihat Gendis yang tiba-tiba aja diam, Daniel khawatir juga, dan mengira kalau hubungan Gendis dengan kekasihnya sudah kandas karena tau Gendis akan dijodohkan.

Pak Toni pun menyenggol Daniel, mengkode agar Daniel memeriksa ponselnya, karena pak Toni sudah mengirimi pesan ke Daniel, karena laju kendaraan pun terhambat kemacetan.

"Mau ditanya apa lagi Niel?"

["Kok dia sedih sih pak? Apa dia udah putus sama pacarnya?"] balas Daniel, sambil mengetik Daniel sampai menghela napasnya karena keikut sedih sama responnya Gendis.

Pak Toni lalu melirik ke spion tengah, dan melihat raut wajah Gendis yang memang menunjukkan kalau Gendis terlihat sedih.

Kesedihan Gendis, nggak lain karena teringat semua kenangannya dengan Rezy. Dan belum lagi, sekarang Gendis memang lagi cemas memikirkan Bram, yang ditakutkannya akan bertindak lagi kalau sampai Bram tau Gendis deket sama cowok baru, setelah kepergian Rezy dan juga Teddy yang sudah menjaga jarak darinya.

["Nggak usah pak. Nanti aja pas di rumah, Daniel yang tanya-tanya lagi. Terima kasih untuk bantuannya tadi pak."]

Pak Toni membaca pesan Daniel sambil membalas, "iya, sama-sama Niel. Kalau ada yang kamu butuhkan, jangan sungkan meminta bantuan."

Daniel tersenyum, saat membaca pesan pak Toni dan nggak membalasnya karena langsung dibalas dengan anggukan kepala, dan mobil pun sudah melaju lagi.

🔜Next Part🔜

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!